Menjelang akhir tahun, udah waktunya nyiapin post reflection & throwback. Huhu rasanya belum rela ngakhirin tahun ini karena ngerasanya masih banyak utang nulis. Sejauh ini bulan Desember baru publish 1 post, padahal yang mau ditulis ada banyak banget, tapi waktunya bener-bener engga sempet. Jadi mari kita mulai nyicil dengan tulisan yang satu ini.

Sebelumnya gue udah pernah bilang belum sih kalo I'm not a type of "New Year Resolution" person? Gue pribadi nggak pernah menargetkan apa-apa setiap pergantian tahun, karena menurut gue pergantian tahun sama aja kayak pergantian hari. Nothing new, nothing special. Buat gue kalo emang mau berubah mah bisa kapan aja ga harus tahun baru. Fun fact-nya adalah resolusi (resolution) itu berasal dari Latin yang artinya "melepas", "menyederhanakan", yang berarti menyederhanakan sesuatu menjadi lebih simple, sedangkan sekarang mungkin resolusi orang itu adalah menambah daftar hal yang ingin dicapai dan diraih, bukan dilepas.

Balik lagi ke gue, sekali-kalinya bikin resolusi tahun baru karena dipaksa sama temen wkwk. Waktu itu untuk tahun 2018 gue diminta bikin 3 resolusi. Satu di antaranya tercapai, yaitu melanjutkan S-2. Satu lagi setengah tercapai (?) yaitu tidur sebelum jam 12 malem. Yaa.. Ini on off sih kadang suka nggak ketat sama diri sendiri.

Tapi terlepas dari not a type of a resolution person, I am a good reflective person instead. Jadi rasanya membuat refleksi akhir tahun lebih cocok untuk gue. Dan kali ini gue memutuskan untuk coba membuat reflection post untuk melihat apa aja yang udah terjadi sama gue di tahun ini. Beda sama tahun-tahun sebelumnya yang cuma menceritakan what (events) happened throughout the year, kali ini mau cerita what happened to me throughout the year. Di akhir tahun 2018 ini gue akan ngebedain reflection post dan review post :)

Sebelumnya, di bulan September kemarin sebenernya udah bikin post semacam ini, but let's make another one when the year nearly ends.

1. What was the single best thing that happened this past year?
Hmm... Difficult question. What a difficult start haha. I would say that it is work at Inspigo! As you may know, I love that podcast app. I occasionally share it on my social media, sometimes pull myself back not to share it too often because I love it that much and want everyone know that inspirational app. And then the opportunity come, latter I work for that company :)

2. What was the single most challenging thing that happened?
Transition from work to college. To change everything; mindset, behavior, ways of thinking, including changing my lifestyle as I don't get fix salary as I used to.

3. What was an unexpected joy this past year?
I finally figured out what I really want to do. I'd always 'play safe' and not be brave enough to go out from that safe zone. This year, I try to overcome my fear in taking risk, start doing what I want to do, and it feels so good.

Another thing is I realize that I am done with myself. Kalo dalam Bahasa Indonesianya sadar bahwa udah selesai sama diri sendiri :) Maybe I did (done with myself), but I have just realized it and it is so peaceful when I'm aware of it

4. What was an unexpected obstacle?
Didn't get into my targeted uni. Everything seemed to work smoothly, I even got accepted at that uni, until my mom stated that she didn't want me to enter that uni.

5. Pick three words to describe this past year.
Challenging, learning, discovery.

6. What were the best books you read this year?
Trading vs Investing? Haha. Honestly I hadn't read books since graduated from college, until I started to learn stocks this year. So this year I only finish 2 books (and both are about stocks) and for me it's an accomplishment!

7. What was your biggest personal change from January to December of this past year?
Start introverting again (yes it is a term). Referring to the journal article I read, introverting means that someone passes their time wrapped up in their own thoughts and lived in their own inner world. The past years I spent much time with other people, to socialize, to work, to play, to get refreshed. This year I mostly spend time with myself. Not alone, but with myself. I differentiate alone and with oneself because with oneself, I have a dialogue with myself, understand myself more about my needs, what I want and don't want, then fulfill those needs. Someone said that the relationship you have with yourself is the most important relationship of your life. Thus invest some effort to know yourself better.

So this year I don't spend much time with other people as I used to. Specifically I don't hang out with friends often, but when I do, it feels more meaningful than just a hang out.

8. In what way(s) did you grow emotionally, spiritually, physically?
Not really. Frankly speaking it is declining in these areas. I'm a bit messed up this year, focusing on some aspects of my life and don't really focus on these aspects. And that is the worse part, the guilty feeling when you realize something's wrong but not put an effort to fix it.

9. What was your single biggest time waster in your life this past year?
Being overthinking! While previous year I waste my time on social media, this year I don't spend much time on social media. If you see that I keep posting content, I just post what I want to post without too much viewing others' or scrolling my timeline. But this time I feel like wasting my time thinking of what I shouldn't think of. The worst part is lately my panic attack strikes again several times. Something that I had overcame and I must manage it again.

10. What was the best way you used your time this past year?
Make my free time to gain money haha. You may have heard that time is money, but do you really know how to make money from your free time? Now I do! Being a freelancer, being an independent contractor, being a research panel could be another source of income. It also means that less time to do meaningless activities. I become more mindful in using my time.

11. What was biggest thing you learned this past year?
A concrete one is invest stocks. But life lesson learnt is that you'll never know until you try. Sounds cliche but it is true.

12. What creative projects do you want to bring into the world this upcoming year?
Soon! I am too excited. Just wait for it ;)

13. Create a phrase or statement that describes this past year for you.
Start over again.

Wow, ternyata tak mudah yang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. As I said I am a good reflective person but to choose the most, the best, the worst one is different thing. Dalam setahun banyak ups and downs, tapi untuk memilih yang paling itu ternyata nggak gampang. Karena ini post pertama dan belum terbiasa melakukan ini, mari dimaklumkan saja hehe.

Sebagai penutup, mau kasih satu quote yang aku setuju banget.

"Lihat segalanyaa... Lebih dekaatt.. Dan kaaau.. Akan mengerti..."

Hayo siapa yang ikut nyanyi? Yap, lagu itu adalah lagunya Sherina yang jadi soundtrack film Petualangan Sherina. Siapa sangka kalo pas udah gede gini saya baru menangkap maknanya? Kalo dulu cuma seneng dengerin dan nyanyiin, kalo sekarang lebih paham maksudnya.

Dengan hadirnya social media, semua tampak ideal dan perfect. Nggak jarang seseorang (apalagi di usia 20 tahunan yang sedang merintis kehidupan) ngerasa insecure ngeliat temen-temennya udah lebih sukses, lebih kaya, lebih happy, lebih segala-galanya. Kenapa gue bilang di usia 20 tahunan itu sedang merintis kehidupan? Karena di periode ini orang-orang memang lagi merintis karier, kehidupan percintaan, keluarga baru, pendidikan lebih lanjut, intinya menjajaki banyak fase baru di kehidupan. Kecepatan orang lain dalam memulai dan meraih sesuatu seringkali bikin kita ngerasa tertinggal. Hayo ngaku, siapa yang suka ngerasa gini?

Tapi, apa benar yang kamu liat itu bener-bener yang terjadi? Belakangan ini, mata gue banyak dibukakan. Entah kenapa, belakangan ini tiba-tiba satu persatu hal yang gue liat di social media dan gue pikir beneran terjadi, nyatanya ga benar-benar seperti apa yang gue pikirkan. Ternyata apa yang tampak di social media itu menciptakan asumsi audiensnya.

Belakangan ini gue abis cerita-cerita sama beberapa temen lama dari circle yang berbeda-beda, yang gue liat mereka fine-fine aja di social media. Yang terlihat menikmati kehidupan pekerjaannya, yang abis dipromosi, atau yang justru nggak terlihat apa-apa di social media sehingga membuat gue berasumsi bahwa mereka lagi nyaman dengan kehidupan mereka. Dari cerita-cerita tersebut baru terungkap bahwa ternyata apa yang mereka rasakan berkebalikan dengan apa yang ditampilkan (atau dengan apa yang gue asumsikan). Ada yang jujur mengakui kalo konten social media mereka itu pencitraan, ada yang ternyata lagi nggak bahagia dengan hidupnya, ada juga yang lagi dalam masalah besar. I spent 5 hours to get updated. We would not even go home if the restaurant didn't close.

Jujur gue kaget. Yang gue pikir selama ini bahagia-bahagia aja, nyaman-nyaman aja, seneng-seneng aja, di belakang itu mereka punya berbagai masalah, kecemasan, dan ketidaknyamanan atas apa yang mereka jalani sekarang. Meski selama ini gue (dan kalian pasti) sering denger bahwa apa yang terlihat di social media belum tentu sesuai dengan kenyataan, tapi disitu gue bener-bener baru sadar akan hal tersebut. And it hits me right in the face untuk ga boleh terlalu berasumsi (yang bahkan bisa sampe bikin insecure). Mesti denger sendiri dari orangnya. Mesti denger dulu ceritanya. Baru disitu kita akan paham akan keadaan yang sebenarnya.

Jujur ada perasaan sedih juga sih ketika denger masalah yang dihadapi dan dirasain temen-temen itu. Di balik yang keliatannya baik-baik aja, ternyata mereka punya masalah yang memenuhi pikiran dan memberatkan hidup mereka. Tapi di sisi lain juga jadi sadar, bikin mikir dan ngerasa bahwa kita hanyalah manusia yang nggak lepas dari masalah. We have flaws, we are all the same. Nggak ada yang sempurna, seideal apapun itu terlihatnya. We just don't know it yet. If you think someone or something is perfect, means you don't know it well. Balik lagi, lihat lah lebih dekat, dan kamu akan mengerti.

Kita hanyalah manusia. Ini adalah insight yang juga gue dapet dari kumpul sama 2 orang temen lama. Terus yang bikin ngerasa aman dan "kembali pulang" adalah bahwa ternyata kita nggak sendiri. Mau sesukses, semaju apapun temen-temen kita, mereka tetaplah orang yang sama seperti yang kita kenal dulu. Mereka tetap dengan kekonyolannya, dengan insecurities-nya, dengan kebaikan hatinya. Di tengah kehidupan yang serba cepat dengan segala perubahan yang ada di dalamnya, berhenti sejenak dan kembali ke temen-temen lama, melakukan apa yang biasa kita lakukan bersama-sama itu sangat membahagiakan. It feels really good to be back home. Reminiscing the good old days, without talking about the past memories. Rather than talking about the past memories, we feel it instead.

Jadi, coba sekarang buka aplikasi chat kamu, cari kontak temen lama, dan tanya, "Apa kabar?"

Sebulan sudah gue menjalani peran ganda, yaitu sebagai mahasiswa dan juga sebagai pekerja. Well, sebenernya ngga cuma ganda sih tapi majemuk alias lebih dari 2 (ganda). Karena sejatinya di hidup ini banyak peran yang kita jalani, yaitu sebagai anak, sebagai teman, sebagai pasangan, sebagai anggota sebuah komunitas, dan peran-peran lainnya. Tapi karena fokus utamanya mau bahas tentang 2 peran utama yang sedang gue jalani saat ini yaitu kuliah dan kerja, mari kita anggap kalo gue menjalankan peran ganda.

Seperti yang gue ceritakan sebelumnya, setelah menjalani kehidupan S-2 selama sebulan gue udah lebih bisa dapet pola kerjanya dan mengatur waktu, energi, dan pikiran dengan lebih baik. Impact-nya adalah gue jadi punya banyak waktu lowong, bahkan ngga jarang mati gaya bingung mau ngapain lagi. Di satu sisi nggak mau menghabiskan uang dengan banyak jalan-jalan atau nongkrong-nongkrong di waktu senggang, apalagi sekarang udah nggak berpenghasilan kayak pas kerja dulu.

Gue ngerasa waktu lowong ini perlu dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna. Bukan cuma berguna, tapi juga bisa mengembangkan diri gue dan menghasilkan. Meskipun mayoritas orang bilang kalo kuliah S-2 Profesi itu berat banget, gue tetap pada keyakinan bahwa itu balik lagi ke kitanya. Gue pede aja mau sambil kerja, seenggaknya di semester pertama yang (ternyata) cukup lowong ini.

Kepedean (dan kenekatan) gue ini bukan tanpa alasan. Gue punya 2 role model yang membuktikan bahwa bisa kok menjalani kuliah Profesi sambil kerja. 2 orang itu adalah Neysa dan Arnold. Keduanya anak-anak Profesi Psikologi yang udah lebih dulu memulai daripada gue, bahkan keduanya sempet kerja secara full-time. Tulisan di blog-nya Neysa selalu gue inget (dan gue jadikan panutan) bahkan sebelum gue memutuskan untuk daftar S-2. Menumbuhkan keyakinan bahwa semua bisa kalo kita mau. It won't be easy, but it is possible :) Thank you for sharing ya Ney.

Pertanyaannya, gue kerja apa?

Karena jadwal kuliah gue agak ga menentu, suka ada perubahan-perubahan mendadak, artinya gue ga bisa kerja di pekerjaan yang terikat jadwal. Misalnya jadi freelance tester, interviewer, atau yang berbau psikologi rasanya sulit karena biasanya pekerjaan itu berhubungan dengan jadwal ketemu kandidat. Nggak mungkin gue iyain untuk ngetes misalnya, tapi tiba-tiba gue batalin karena ada kelas pengganti.

Sempet ada tawaran jadi freelance researcher juga dari kantor sebelumnya (yang mana ini salah satu pekerjaan impian gue dan pengen banget gue coba), tapi lagi-lagi itu berhubungan sama jadwal ketemu responden.

Lalu apa kerjaan gue?

Masih inget cerita gue tentang Inspigo? Singkat cerita gue sekarang kerja disana sebagai Freelance Content Researcher. Kerjaannya ngapain akan diceritain di post terpisah ya. Selain karena suka produk, bisnis, dan kerjaannya, alasan gue apply kerja disana adalah karena fleksibilitasnya. Gue bisa kerja remote dan ke kantor sebisanya gue. Jadi biasanya gue ke kantor pas lagi libur kuliah. Meskipun begitu, kerjaannya ngga bisa dibilang gampang juga. Apalagi ini bidang baru buat gue.

Selain itu gue juga daftar di Appen (Leapforce), sebuah perusahaan teknologi yang berbasis crowdsourcing. Mungkin tentang Appen ini juga gue jelasin terpisah kali ya di lain waktu. Yang pasti ini bisa dikerjakan secara remote dari mana aja dan tergantung kita maunya kapan. Fleksibel banget lah. Tapi tetep ada minimum hoursnya dari mereka. Yang bikin menarik lagi adalah ini dibayarnya pake USD! Kalo kata Atha, temen gue yang ngenalin Appen ini, ini tuh easy money banget haha. Kenapa easy money? Karena kerjaannya adalah rating dan evaluasi iklan-iklan yang ada di social media, ngerjainnya 1 jam per hari bisa lewat hp pula, tapi hasilnya lumayan buat sampingan. Btw mau ngucapin sebanyak-banyaknya buat Atha yang udah ngenalin Appen ke aku <3

Tapi buat gue ternyata ini nggak se-easy money itu. Kenapa? Karena gue punya segambreng aktivitas yang harus dijalani. Mengalokasikan waktu 1 jam per hari itu jadi berasa banget effort-nya karena dalam 1 hari gue harus kuliah, ngurus basic needs (makan, mandi, dll), ngerjain tugas, ngerjain kerjaan lain, istirahat, sehingga waktu itu bener-bener kerasa berharga. 1 jam aja berasa banget. Beda sama kalo gue gabut, 1 jam tuh kayak yaudah lah, ga banyak effort dan easy money. Tapi karena padatnya aktivitas ini kerjaan Appen jadi terasa nggak mudah. Gue pun biasanya ngerjain sambil makan atau nonton TV.

Not to mention ada beberapa kerjaan printilan lainnya yang perlu diluangin waktunya juga. Salah satu alasannya adalah karena gue bukan Crazy Rich Asians yang kekayaannya bisa sampe 7 turunan dan ngongkang-ngongkang doang duitnya ga abis-abis. Dengan ga kerja full-time karena kuliah selama 2,5 tahun, sedangkan umur terus bertambah dan hidup terus berjalan gue ga bisa gini-gini aja. Ada masa depan yang harus dipikirin. Ada aset yang harus dibangun. 

Juggling between school, work, and the other things is not easy. Nggak cuma perlu manage waktu, tapi juga perlu manage energi dan terutama pikiran. Manage waktu okelah, manage energi bisa, manage pikiran itu yang PR banget. Berusaha untuk mindful itu yang susah. Bahwa kalo lagi di kelas ya fokus ke dosennya jangan mikirin kerjaan. Kalo lagi ngerjain tugas ya jangan mikirin kerjaan. Kalo lagi di tempat kerja ya jangan kepikiran tugas-tugas. Kalo lagi di jalan ga usah worry kepikiran hal-hal yang mesti dikerjain. Hal ini yang masih gue latih sampe sekarang. Karena dari overlap pikiran ini, berkembang jadi overthinking, dan berujung capek. Jadi energi terkuras bukan karena bener-bener capek beraktivitas tapi capek karena pikiran. Yang seharusnya ga perlu dipikirin segitunya.

Ini mungkin karena gue berprinsip untuk melakukan semaksimal yang gue bisa di segala aktivitas yang gue jalani. Karena gue ngerasa gue ngelakuin itu atas pilihan sendiri, dan gue harus bertanggung jawab atas hal itu. Ga fair kalo user di pekerjaan gue dapet hasil yang ga maksimal atas kerjaan gue. Rugi juga gue kalo kuliah ngga maksimal, karena gue udah mengorbankan banyak hal untuk lanjut sekolah lagi. Kasian juga temen-temen kelompok kalo gue ga berkontribusi secara optimal. Dan nggak enak juga sama organisasi atau komunitas kalo gue ga ngerjain kerjaan dengan bener. Kalo emang setengah-setengah ya mending ga usah. Jadi ini bukan cuma masalah komitmen sama orang lain tapi juga sama diri gue sendiri.

Gue sendiri ga bisa menilai kualitas kerjaan gue gimana. Apakah yang gue rasa maksimal ternyata belum maksimal untuk orang lain. Tapi percayalah gue selalu berusaha ngelakuin semaksimal yang gue bisa. Maaf kalo ternyata belum sesuai ekspektasi. 

Seperti yang gue bilang sebelumnya, aktivitas pun nggak cuma berkisar antara kuliah dan kerja. Tapi ada kegiatan organisasi dan komunitas yang juga dijalani, ada temen-temen dan keluarga yang mesti diluangin waktunya untuk ketemu dan cerita, dan ada waktu untuk merawat diri sendiri.

Gue menemukan satu quote yang bagus banget.

"Although being determined and hardworking is admirable, it's easy to neglect other aspects of your life that are equally as important."

Jangan sampe ngelupain aspek-aspek lain di kehidupan kita yang sebenernya ngga kalah penting. Dengan seabrek aktivitas yang harus dijalani, istilah work-life balance itu rasanya kurang tepat. Gue pernah baca beberapa artikel yang menjelaskan bahwa work-life balance itu nggak lagi relevan dengan kondisi kita saat ini. Sulit (atau mustahil) rasanya untuk bisa menyeimbangkan proporsi waktu yang kita habiskan di pekerjaan dan kehidupan pribadi kita. Ngga bakal bisa 50:50. Yang ada kita malah jadi stres karena berusaha menyeimbangkan/menyamakan proporsinya, yang mana kayaknya sulit tercapai di zaman sekarang ini hehe.

Makanya terus muncul istilah work-life harmony, di mana seharusnya pekerjaan dan kehidupan itu bisa berjalan beriringan tanpa harus sama jumlah waktu yang kita habiskan disana. Coba googling deh artikel-artikel tentang work-life harmony, menarik.

Tapi buat gue pribadi, work-life harmony juga rasanya masih kurang cocok, karena work itu bagian dari kehidupan kita bukan? Jadi work itu ada di dalam life, sama seperti aktivitas lain kayak family, friends, community, hang-out, workout, spirituality, dst. Jadi kenapa work aja yang dipisahin? Kenapa nggak community-life harmony? Kenapa nggak spirituality-life harmony? Kenapa harus work-life harmony?

Jadi menurut gue pribadi term yang lebih tepat adalah life harmony, di mana semua aktivitas yang kita jalani bisa berjalan beriringan tanpa berusaha menyeimbangkan/menyamakan (secara proporsi dan kuantitas) semuanya. Kalo punya 10 aktivitas ya ga perlu 10:10:10:10:10 gitu. Yang penting semuanya bisa kita jalani dengan baik.

Dengan menambahkan aktivitas-aktivitas baru tentu ada trade off-nya sendiri buat gue. Yang jelas berasa banget adalah waktu buat ketemu temen-temen. Kalo di tahun-tahun sebelumnya gue sering banget ketemu dan nongkrong sama temen-temen, sekarang hmmmm jarang banget :) Coba tanya kapan terakhir kali gue ketemu sama si A, B, C. Kalo dulu bisa cerita, eh kemaren gue ketemu si A... Sekarang ngga kayak gitu lagi. Sebagai orang yang cukup jadi inisiator dalam kumpul-kumpul, dengan gue ga ngajak orang ketemuan otomatis frekuensi ketemuan juga jadi berkurang banget. Biasanya ngajak ketemu kalo udah bener-bener butuh cerita dan refreshing.

Waktu istirahat pun juga cukup berkurang. Sekarang kalo punya waktu lowong lebih dipake buat istirahat dan self-care, quality time dengan diri gue sendiri. Gue jadi sangat menikmati waktu dengan diri sendiri, nonton sendiri, pergi sendiri. Sebagai anak yang introvert ini energy-charging banget ketika akhirnya ga perlu banyak berinteraksi dengan orang-orang haha.

Dan sekarang gue selalu keep in mind to make time for yourself. Jangan lupa luangin waktu buat olahraga, buat blogging, buat browsing ga penting, buat nonton TV atau Netflix (Sumpah udah jarang banget banget nonton Netflix :" ), atau hal-hal lain yang disuka. Jangan semua waktu kita abis buat orang lain dan kita malah stres. Luangkan lah waktu untuk merawat diri sendiri.

Anyway, don't get me wrong. Gue bukan merasa terbebani dengan ini semua. Kalo katanya mbak Aline, yang kayak gini tuh happy stress, blessing in disguise. Gue sangat bersyukur atas semua aktivitas yang ada di hidup gue sekarang. Walaupun need much effort, it is totally worth it. Ini jadi tempat aktualisasi diri. Melakukan hal yang gue bisa, mengoptimalkan kemampuan diri, belajar banyak hal, itu bikin bahagia :) I found myself back. Karena jujur, udah lama gue ga ngelakuin hal-hal ini. Dan salah satu hal yang diingat dan dijadiin panutan adalah "Make the most of your 20s." Mumpung masih single, mumpung punya banyak waktu, mumpung punya energi, mumpung belum banyak risiko dan tanggungan, mumpung ada kesempatan, dan mumpung-mumpung lainnya.

Terus sekarang apa?

Sekarang masih belajar kok untuk menyeimbangkan aspek-aspek lain di kehidupan gue, yang ga banyak di-mention disini. Masih banyak hal yang harus ditingkatin supaya ngga tenggelam dengan aspek-aspek lainnya. Self-care menjadi aspek penting yang jangan sampe lupa dilakuin. Ngga cuma soal duniawi tapi juga tentang spiritualitas yang harus ditingkatkan lagi. Doain semuanya berjalan lancar ya :")

Akhirnya Dyani bisa nulis dengan sepenuh hati lagi. Akhirnya bisa mencurahkan pikiran dan perasaan yang selama ini dipendam-pendam. Akhirnya bisa luangin waktu buat nulis dengan proper. Walaupun sekarang udah jamnya tidur, tapi ku rela untuk hal yang satu ini, mumpung ada semangat dan energi buat nulis. Sungguh gue seneng banget bisa nulis kayak gini lagi :") Makasih juga loh udah baca curhatanku sampe abis :") 

Satu mantra yang selalu berhasil menenangkan gue, bikin merasa cukup, mengurangi worry, dan stop untuk bekerja terlalu berlebihan adalah

Hopefully it works for you too.

All the best,

Dyani

Sekali lagi, saya butuh katarsis. Saya butuh liburan sejenak :") Pengen jalan-jalan, melepas semua tugas dan tanggung jawab dan menikmati waktu aja. Salah satu liburan yang masih ngebekas banget adalah liburan terakhir ke Jepang. Negaranya ngangenin. Ngga cukup banget cuma sekali kesana. Apalagi temen-temen banyak yang lagi liburan ke Jepang. Ditambah acara TV juga lagi banyak yang jalan-jalan ke Jepang. Dan nggak tau kenapa gue suka nontoninnya. Suka ngeliat orang-orang ke Jepang juga. Rasanya flashback waktu lagi disana. Alhasil dengan nontonin instastory dan TV itu gue semakin rindu :")

Setelah sebelumnya cerita tentang adventure gue disana, sekarang mau throwback sedikit foto-foto aja ah~

Touchdown Tokyo!

Sampe bandara tuker JR Pass dulu. Instruksinya ada dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Petugasnya pun kebetulan bisa Bahasa Indonesia dan sangat helpful membantu turis yang clueless

Jalan kaki menuju hotel. Kebanyakan perjalanan akan jalan kaki, but it was fun! Karena ga bosen sepanjang jalan banyak yang bisa dilihat, kotanya bagus rapi dan bersih <3 Disana jarang ada tong sampah tapi jalanannya bersih BANGET, ngga ada sampah di tengah jalanan. Jadi orang biasanya ngantongin sampah masing-masing dan buang di rumah atau pas ketemu tong sampah. Salah satu alasannya adalah supaya orang ga makan sambil jalan. And it works loh. Gue sendiri jadi mikir mending makan di family mart dulu aja baru jalan lagi karena males bawa-bawa tissue bekas makan. Fun Fact: Sebelum kesana gue nanya temen dulu kira-kira gapapa ga kalo gue pake sepatu putih, takutnya kotor karena disana musim hujan. Dia bilang harusnya aman karena jalanannya nggak becek kotor gitu. Kalopun basah ngga akan kotor. Dan ternyata bener! Pulang-pulang sepatu gue tetep putih :o

Kamar hotel-hotel disana mini banget. Kamarnya sempit dan packed banget. Padahal ini bukan hotel yang low budget banget gitu.

Kamar mandinya pun super mini tapi sangat proper

Amenities-nya lengkap banget

Ini dia tombol toilet Jepang yang terkenal. Toilet disana tombolnya banyak mulai dari yang airnya kecil, besar, angin. Suhu dan volume airnya juga bisa diatur. Ini kayaknya tombol basic aja yang sederhana. Gue pernah liat tombol yang lebih banyak dan complicated haha. Untung ada gambarnya jadi ga clueless banget masing-masing tombol buat apa

Disana complimentary drinking water-nya terbatas banget, bahkan suka ngga dikasih gitu. TAPI air kerannya bisa diminum. Jadi bisa refill sesuka hati. Plus, shampoo sabun dan conditionernya pake Shiseido sebotol gede gitu :)) Jujur rambut gue enak banget keramas pake itu. Lembut walaupun ga pake conditioner

Sekali-kali foto ala ala

Halal Ice Cream di Asakusa Temple! 1 toko jualan macem-macem snack halal. Emang perlu hati-hati karena makanan di Jepang mostly mengandung ingredients non-halal (Bukan cuma babi aja). Even untuk cemilan-cemilan dan sweets yang lucu-lucu

Becak manusia. Kalo disana orangnya lari dan narik kursi penumpangnya :")

Foto latar ini just because warna-warnanya cute

Trying the famous Marion Crepes. Oh ya, di belakang gue itu ada tulisan "Bargain". Waktu disana banyak banget toko yang nempel tulisan Bargain gede-gede. Itu artinya Sale dengan fixed price ya, bukan beneran bisa ditawar kayak di ITC :")

Japan Squad ku. Difotoin sama bule cakep

The famous Hachiko Statue. Disana rame banget orang ngantri mau foto. Jadi 1 orang cuma foto 3 detik terus langsung gantian. Ga bisa tuh gonta-ganti pose. Tapi salutnya disana ngantri rapi dan sopan, ga pake rebutan rusuh. Bahkan kayak saling mempersilakan gitu. Dan orang-orang sengaja minggir jadi ga ada photobomb

Perjalanan panjang mencari masjid. Ini udah di antah berantah semacam sub-urban. Jalanan bener-bener sepi banget dan ngga ngeliat ada kendaraan umum

Sampai! Masjid Tokyo Camii Turkey Cultural Center. Jadi ini masjid dengan nuansa Turki. Kayaknya emang dikelola sama lembaga Turki gitu karena dia memuat berbagai informasi tentang Turki dan jual macem-macem pernak-pernik. Buat yang non muslim tetep bisa masuk kok. Karena interiornya emang bagus banget!

All the blue interior <3

Sekolah legendaris :") Sekolah yang menyumbang banyak cerita dan pengalaman super berkesan. Baca disini untuk tau ceritanya.

Mirror mirror on the wall (and ceiling)

Jalan-jalan sore @Harajuku. Just love the color ambiance

Nggak ngerti kenapa orang mau antre panjang-panjang, bisa sejam, untuk belanja disini. Bahkan ini bukan di pusat keramaian. Ini udah masuk ke gang-gang gitu. Dan ini nggak hanya terjadi di 1 toko, tapi di hampir semua toko Bape. Begitu gue coba masuk, makin ga paham kenapa orang rela ngabisin duit berjuta-juta buat barang itu. Mungkin gue yang ga ngerti fashion, but sorry it makes no sense to me. Gue ngeliatnya ini tren dan prinsip scarcity aja sih yang bikin orang-orang jadi pada gila sama Bape, CDG, Supreme dan semacamnya. Jam 8 teng toko tutup dan semua orang bubar. Disini kebanyakan toko emang tutup jam 8. Jarang banget ada yang buka sampe jam 10 kayak di Jakarta. Dan orang-orang udah tertib aja dibilang tutup ga ada yang maksa-maksa masuk.

Shinkansen! Naik ini bisa kapan aja kalo pake JR Pass. Ga perlu takut ketinggalan kereta karena bisa naik yang berikutnya. Jangan lupa reserve seat juga ya supaya dapet tempat duduk dan buruan masuk supaya bisa naro koper di atas. Apalagi kalo kopernya gede. Kebetulan beberapa kali naik Shinkansen gerbong gue selalu lowong, ngga ada yang sampe full apalagi berdiri

Pemandangan luar Shinkansen <3

Strolling around Kyoto. Kotanya tenang dan tentram banget. Jauh dari hiruk-pikuk kota. Di sepanjang jalan banyak banget toko dan jajanan menarik. Bawaannya pengen mampirin semua. Di beberapa spot rasanya kayak lagi jalan-jalan di Bali. I like this more than Tokyo. Kalo boleh gue mau stay lebih lama disini :")

The famous Arashiyama Bamboo Grove. Mesti sabar kalo mau foto tanpa photobomb. Dan kalo mau foto bagus, jalan lebih masuk ke dalem ya. Kebanyakan orang (dan termasuk saya) langsung foto-foto begitu ketemu bambu-bambu lucu ini. Padahal rame banget dan kurang bagus buat foto. Jalan lebih ke dalem and you'll find what you're looking for. Sayangnya ku cuma bisa sebentar disini huhu

Lepek! Selama disini literally setiap hari harus keramas karena lepek banget. Jalan kaki seharian, cuaca panas, udara lengket, bikin tiap sampe hotel harus berendem air panas untuk ngilangin pegel kaki dan keramas walaupun udah jam 12 malem. Kalo di Jakarta bisa keramas 2 hari sekali, disini ga bisa banget deh pas lagi summer. Btw, yang gue minum (atau makan?) itu Pocari Sweat Jelly

Kurang lebih begini lah tampilan turis di atas jam 2 siang. Muka keringetan kayak abis olahraga, rambut lepek, plus touristy stuff yaitu kacamata item dan kamera

Super unique and yummy ice cream! Es krim rasa cherry blossom dan BAMBU. Iya bambu. Dan surprisingly enak banget banget aku mau lagi

Masih di Kyoto. Coba semua jalanan di Jakarta kayak gini :") Luv banget apalagi jalan sore-sore. FYI di sebelahnya itu ada sungai besar dan di pinggirannya ada rerumputan buat orang beraktivitas kayak di Doraemon gitu. Asik banget deh buat duduk-duduk baca buku, cari inspirasi, atau jogging

Peaceful Kyoto

Mampir masjid underground di Kyoto. Lumayan buat istirahat dan ngadem sebentar. Sesaat sebelum dipertemukan dengan Mr. N, penyelamat hidup di Kyoto. Baca ceritanya disini. Oh ya disini juga beberapa tulisan ditulis dalam Bahasa Indonesia karena mungkin banyak turis muslim dari Indonesia. Disini juga ada toko yang jual berbagai keperluan muslim

Hayo ini dimana coba?

Finally! Kesampean juga nyobain the so-called Butterbeer. Tenang, ini nggak beralkohol sama sekali kok. Rasanya kayak rootbeer tapi di atasnya ada krim yang enak banget. Ada yang dingin biasa ada yang frozen. Rasanya agak beda dan gue lebih suka yang biasa sih

The most beautiful show in USJ!!! Ga sengaja nonton ini dan langsung ambil posisi paling depan sebelum orang-orang dateng. Mau nangis sendiri liat Beauxbatons girls nari dengan segitu indahnya :") Walaupun angin lagi kenceng tapi mereka bisa nari pake ribbon dan heels dengan cantik dan ribbon-nya ngga kelilit sama sekali. Upload videonya ke YouTube ga ya?

Minions Park! Another the most happiest place in USJ besides Wizarding World of Harry Potter. Meskipun bukan big fan of Minions, tapi area ini fun banget buat semua umur

Do You Know? Di USJ kita bisa numpang shalat loh. Secara ga sengaja, gue ketemu ruangan ini di Flying Dinosaur. Jadi ceritanya sepupu gue kan berhijab, terus sama petugasnya disuruh pake ponco untuk ngelindungin hijabnya supaya nggak terbang. Nah kami ber-4 (bukan sepupu gue doang), diajak ke office-nya gitu untuk makein ponco ke sepupu gue. Abis dipakein, kami langsung diajak naik lift ke Flying Dinosaur dan lumayan motong antrian yang super duper panjang :") Terus di depan management office situ ada lounge atau waiting room buat orang nunggu juga ternyata. Tempat nunggunya adem pake AC, ada sofa-sofa, cocok buat orangtua yang nungguin anaknya main. Ini tempatnya tersembunyi banget sih di bawah tangga keluar Flying Dinosaur, deket pintu keluar. Nah karena sebelumnya gue nemu tempat tersembunyi ini dan kebetulan ada wastafel juga, gue sekalian tanya boleh numpang shalat atau ngga. Susah banget komunikasi sama mereka karena mereka ngga ngerti konsep Moslem Prayer, even Pray itself. Karena emang di Jepang banyak penduduknya yang ga beragama. Tapi mereka tetep responsif banget ngebantu dengan cari orang yang ngerti kami ngomong apa. Setelah mereka nangkep maksud gue, kami pun langsung diperbolehkan untuk shalat disini. Jujur nyaman banget karena tempatnya sepi, proper, dan ngga perlu jauh-jauh ke toilet. Yang penting wudhunya jangan becek aja. Karena orang-orang Jepang anti banget sama lantai basah

Finally makan makanan Jepang dengan proper!! Halal pula. Dan langsung kalapp haha. Baca ceritanya disini. FYI selama disana kebanyakan gue makan bekel yang disiapin tante. Pertama kalinya nih gue jalan-jalan ke luar negeri bawa bekel dari Indonesia. Meski repot dan penasaran pengen nyobain makanan lokal sana, tapi lumayan save budget banget jadi uangnya bisa dialokasiin buat yang lain. Bahkan uangnya cukup buat beli tiket Disney dadakan dan belanja oleh-oleh :)

Halal Taiyaki. Bestttt <3

Trying to look nice under the sunny and very hot weather. FYI ini hidden gem di Osaka Castle. Kalo mau ke Osaka Castle saran gue lewat jalan belakang aja karena sepi dan pemandangannya bagus banget! Sepanjang jalan rasanya kayak menemukan hidden gem gitu. Pas balik dari Osaka Castle gue lewat jalan depan, ternyata jauh banget, panas, rame, dan pemandangannya ga sebagus di belakang. Untung udah sempet foto-foto

Namba Dotonburi. Gue akan dengan senang hati kalo disuruh seharian disini aja. Buat gue yang ga terlalu suka belanja aja happy banget disini. Gue mau deh seharian kelilingin ini, liat-liat toko, dan belanja-belanja disini. Saran gue, kalian kalo mau shopping atau jastip langsung sekaligus disini aja, jadi di tempat lain bisa fokus jalan-jalan tanpa perlu bawa tentengan belanjaan.

Mandatory photo with the famous Glicoman

LUSH! Di toko ini, semua karyawannya responsif banget. Sangat-sangat melayani dan product knowledge-nya bagus banget. Mereka ngga segan kasih tester sebanyak gitu, generous banget (dan somewhat bikin ga enak kalo ga beli). Ini ceritanya gue dikasih coba salah satu masker. Mereka olesin maskernya, terus masker itu didiemin 10 menit sambil kita keliling-keliling. Abis itu mereka cuciin tangan kita pake air hangat terus dilapin sampe kering. Bahkan mereka nawarin untuk coba masker jenis lain juga. Kita bisa coba bath bomb juga loh. Gue sampe mikir mereka ga rugi apa kalo setiap customer dikasih coba segitu banyak?? Intinya mereka nyediain experience sih buat pelanggan

Reunited with Disney :") I come back home. Dulu pernah dioleh-olehin mama souvenir-souvenir 25th Anniversary Disney Jepang, dan pas gue kesana lagi 35th Anniversary :") Tapi kok gue ga kepikiran beli souvenir sama sekali ya.... Fokusnya jalan-jalan aja. Pas udah pulang baru kepikiran kenapa ga beli Disney stuff sama sekali :")

PETA! Yap, disini ada peta dalam Bahasa Indonesia juga. Oh ya, di depan Disney Sea ini, di management office deket globe kita bisa numpang shalat loh. Agak jauh sih emang harus keluar Disney Sea dulu tapi tempatnya nyaman banget! Begitu masuk management office mereka langsung tau kalo kita mau shalat dan langsung ngajak masuk ke salah satu ruang meeting yang luas. Mereka mempersilakan kita untuk shalat disana. Gue seneng banget sih sama servisnya mereka. Meskipun bukan negara muslim tapi mereka nggak segan nyediain tempat untuk beribadah. Would be great kalo suatu saat mereka nyediain tempat shalat atau tempat ibadah juga :)

Happiest place under the sea

Every corner & details are too cute

Jalan-jalan malam di Shibuya. Mencari apapun yang masih buka, karena udah jam 10 malem. Dan disini pertama kalinya ketemu pengemis yang nyamperin minta-minta

Sebuah foto bocah setelah mendapatkan apa yang diincar. Setelah perjuangan lari-lari dari Disney Sea demi ngejar toko yang mau tutup. Baca ceritanya disini.

Hasil perburuan snack Jepang. My very own First Aid kit. Hanya dikeluarkan di kondisi darurat, penyelamat di saat stres dan mager beli cemilan keluar kantor.