Notes: Tulisan ini dibuat 1 tahun yang lalu, saat gue baru mengenal konsep mindfulness. Lama terdiam di draft, baru dilanjutkan hari ini, di mana gue sudah lebih mengeksplor dan memahami konsep mindfulness, dan menjadikannya topik penelitian jurnal.
Baru-baru ini gue dengerin podcast mas Adjie Santosoputro di aplikasi Inspigo, yang judulnya Living with Mindfulness. Gue cukup sering denger kata mindfulness tapi ngga bener-bener tau itu apa. Yang gue pikirkan cuma "Berada di sini, saat ini." dalam arti kita secara fisik hadir di sini dan pikiran kita juga di sini. Nggak kemana-mana, ngga ke masa depan, ataupun masa lalu.
Baru-baru ini gue dengerin podcast mas Adjie Santosoputro di aplikasi Inspigo, yang judulnya Living with Mindfulness. Gue cukup sering denger kata mindfulness tapi ngga bener-bener tau itu apa. Yang gue pikirkan cuma "Berada di sini, saat ini." dalam arti kita secara fisik hadir di sini dan pikiran kita juga di sini. Nggak kemana-mana, ngga ke masa depan, ataupun masa lalu.
Ternyata setelah gue dengerin podcast tersebut lebih lanjut, Mindfulness lebih dari sekedar berada di sini saat ini. Dan bisa dibilang, gue mulai jatuh cinta sama konsep ini. Semakin gue dengerin podcast ini, semakin gue gue ngerasa "Wah gila sih." kadang senyum-senyum sendiri, kadang ngerasa tertampar.
Terakhir gue mempraktekkan mindfulness itu pas yoga. Saat masa self-healing. Dan itu udah lama banget. Ketika dengerin podcast ini jadi berasa di-refresh lagi ingatannya, diingatkan lagi untuk "mawas diri".
Saking kerennya konsep ini menurut gue, pas dengerin podcast ini gue sampe nyatet loh. Banyak poin penting yang bisa jadi catatan hidup atau buat refleksi. Mungkin persepsi orang beda-beda tentang konsep mindfulness ini. Ada aja orang-orang yang bilang bosen dengerinnya, bikin ngantuk, tapi buat sebagian orang dengerin ini udah kayak terapi menenangkan diri. Dan gue termasuk kelompok yang kedua.
Karena menurut gue ini bermanfaat, kali ini gue pengen membagi sedikit catatan-catatan gue, dan dari sudut pandang gue. Semoga bisa bermanfaat buat yang membaca :)
***
First thing first. Apa itu mindfulness?
Sederhananya, mindfulness itu berada di sini, kini. Kalo mau sedikit scientific, definisi mindfulness adalah perhatian yang ditujukan terhadap kejadian yang terjadi saat ini tanpa judgment tertentu. Jadi terima apa adanya, tanpa terlalu berusaha untuk menilai atau mempersepsi kejadian tersebut.
Berada di sini artinya tubuh dan pikiran benar-benar hadir di sini. Nggak badan di sini tapi pikiran di tempat lain. Berada di saat ini (present moment) berarti pikiran kita bukan berada di masa lalu atau di masa depan.
Dari konsep sederhana ini, kita bisa memperdalam satu persatu. Gimana supaya pikiran nggak berada di masa lalu? Artinya kita memang udah harus selesai dengan urusan-urusan yang lalu. Udah bisa berdamai dengan masa lalu, udah bisa menerima apa yang terjadi di masa lalu, udah bisa melepaskan apa yang seharusnya dilepaskan.
Supaya pikiran nggak di masa depan juga mengajarkan kita untuk nggak terlalu berambisi meraih masa depan, nggak overthinking terhadap apa yang akan terjadi, karena toh kita nggak tahu apa yang akan terjadi sampai itu kejadian kan? Kita juga nggak bisa ngontrol itu. Selain mengajarkan untuk melepaskan dan mengikhlaskan masa lalu, mindfulness juga mengajarkan untuk mengikhlaskan masa depan. Cukup jalanin aja. (This is a serious note to myself)
Buat sebagian orang mungkin konsep kedua itu agak nggak masuk. Sebagian orang ngerasa bahwa masa depan perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, perlu diusahakan, perlu punya plan A-Z dalam meraih mimpi. Mindfulness nggak mengajarkan kita untuk pasrah dan nggak berusaha, tapi mengajarkan kita untuk jalanin aja. Punya rencana itu baik, tapi jangan sampe ekspektasi dan harapan yang terlalu tinggi itu justru malah membebani kita dan membuat kita khawatir bahwa kita ngga akan mencapai itu. Jangan sampe keinginan untuk sukses dan bahagia justru membuat kita ngga bahagia. Bukannya memotivasi, bisa jadi harapan yang terlalu dipaksakan justru akan membelenggu kita. Kalo yang selalu dikatakan para praktisi mindfulness, jangan mencoba untuk mengejar bahagia, tapi jalani dan nikmati aja apa yang ada sekarang, maka dengan sendirinya akan menjadi bahagia.
Menurut gue konsep ini berguna banget untuk orang-orang yang ambisius, selalu gerak cepet, dan worry alias cemas. Mindfulness mengajarkan kita untuk senantiasa berada. Kini, dan disini. Juga mengajarkan kita untuk istirahat sejenak, berhenti sejenak. Apa maksudnya?
Ada penjelasan mas Adjie yang gue suka banget. Dulu kita terlalu lambat, sehingga orang tua, guru, atasan, dan orang-orang lain menyuruh kita untuk bergerak cepat, bahkan banyak seminar-seminar motivasi yang tujuannya adalah memacu semangat, mempercepat laju gerak, dan hal-hal ambisius lainnya. Tapi setelah itu kenyataannya sekarang kita bergerak terlalu cepat. Dengan pola pikir cepat yang sudah dipegang hampir semua orang, dengan disrupsi teknologi dan lainnya, membuat semua hal di dunia ini bergerak terlalu cepat.
Ibaratnya kalo pembalap disuruh melaju kencang, dia tetap butuh rem supaya ngga nabrak. Dia perlu menyeimbangkan gas dan rem, supaya tau kapan harus melaju kencang, melaju pelan, atau berhenti. Semuanya dikombinasikan untuk mencapai garis finish tanpa menabrak atau celaka. Hal yang sama berlaku untuk kehidupan kita. Kita ngga harus selalu melaju kencang. Ada kalanya kita butuh berhenti sejenak, menenangkan batin dan pikiran, melihat sekitar secara obyektif, lalu kembali fokus untuk melaju lagi. Jangan sampe ngegas dan ngebut terus sampai ngga sempet liat kanan-kiri dan akhirnya nabrak. Ada yang bilang bahwa hal-hal indah hanya bisa dilihat ketika kita slowing down, bergerak perlahan.
Dengan segitu banyak hal yang perlu kita kerjakan dan kita pikirkan, pastinya pikiran kita bercabang-cabang. Cabangnya kemana-mana, begitu pun dengan pikiran kita. Kita ngerjain A, tapi yang dipikirin B. Kita lagi di tempat A, tapi pikirannya di tempat lain. Lagi ngelakuin A sekarang, tapi udah mikirin B yang akan terjadi di masa depan atau justru C di masa lalu. Mindfulness ngajarin untuk menghadirkan pikiran kita pada apa yang sedang kita lakukan sekarang. Kalo lagi kerja ya kerja, kalo lagi nonton ya nonton, kalo lagi makan ya makan.
Bahkan mindfulness itu bisa sangat spesifik untuk setiap kegiatan kita, kayak mindful sitting, mindful eating, mindful walking, dll. Maksudnya gimana? Misalnya, saat jalan kaki (mindful walking) kita jalan sambil menyadari bahwa kita sedang berjalan, bukan sekedar gerakan otomatis kaki dari tempat A ke tempat B. Di sepanjang jalan kita perhatikan sekeliling kita, jangan sambil main hp atau denger lagu. Sadari bahwa kita lagi berjalan dari titik A ke titik B.
Kemudian mindful eating, nah ini adalah kegiatan yang tanpa gue tahu gue sudah mempraktikkannya dari dulu. Saat mindful eating, sadari sepenuhnya bahwa kita lagi memakan makanan yang kita makan. Gunakan indera perasa kita untuk benar-benar merasakan rasa makanan tersebut. Dulu gue makan bisa lama banget, minimal 15 menit, sering kali setengah jam. Biasanya kalo makan bareng selesainya terakhir. Gue ngga sadar hal ini sampe temen-temen suka pada komentar. "Dyani makannya menikmati banget ya", "Biasanya orang yang makannya lama itu justru kurus, karena dia sadar kalo dia udah makan. Jadi kenyangnya lama."
Disitu gue mikir, iya juga ya. Gue memang menikmati setiap rasa yang ada di mulut gue. Bagi gue, makan itu bukan sekedar makan, tapi bagaimana mengapresiasi sebuah masakan, sebuah karya seni dari percampuran ingredients sehingga menjadi sebuah sajian yang harmoni. Dan gue juga baru menyadari kenapa gue ngga laperan orangnya, karena gue sadar bahwa gue udah makan, gue udah memenuhi kebutuhan perut gue. Beda dengan orang-orang yang makan ya makan aja, ngapain makan aja dipikirin. Ngemil sambil nonton TV, tanpa sadar kalo dia lagi makan. Ngga sadar kalo sebenernya dia ga butuh makanan itu, akhirnya kerjanya makan terus dan akhirnya jadi kebiasaan yang dilakukan secara otomatis tanpa menyadari bahwa sebenernya tubuh kita ngga butuh itu.
Hal-hal tersebut membantu kita melatih mindfulness, untuk menyadari apa yang sedang kita kerjakan, untuk memusatkan pikiran pada present moment. Dan pernah suatu waktu gue merasa lagi susah banget mindful, pikiran kemana-mana banget, disuruh fokus engga bisa fokus, disitu gue mulai menyadari bahwa gue udah jarang mempraktikkan mindfulness. Gue mulai sering makan sambil nonton TV, YouTube, atau Netflix, tempo makan gue udah lebih cepet karena mengejar tugas-tugas dan kerjaan yang harus diselesaikan.
Awalnya gue merasa itu suatu achievement karena bisa makan cepet (or at least normal kayak orang pada umumnya), awalnya ngerasa kemajuan bisa makan sambil nonton (dulu engga bisa banget, harus makan ya makan aja, nonton ya nonton aja). Tapi ternyata efeknya ngga baik di gue, gue jadi ngga mindful eating. Dan tanpa disadari efeknya jadi kemana-mana. Nggak hanya saat makan, gue jadi terbiasa untuk multitasking (uh I hate that word). Mengerjakan A tapi pikiran di B, lagi ngerjain kerjaan tapi ada lagu yang mendistrak fokus. Di situ gue sadar bahwa gue harus kembali mengerjakan sesuatu itu satu per satu. One thing at a time. Multitasking lebih cepet dan efisien mungkin, tapi tidak baik untuk kesehatan mental gue.
Dan balik lagi, melalui mindfulness juga gue belajar untuk istirahat. Menyediakan waktu untuk rehat, menenangkan batin dan pikiran, melakukan hal-hal yang memberikan kebahagiaan, agar nantinya bisa kembali optimal mengerjakan tugas selanjutnya. Lagi sesibuk apapun tetep perlu istirahat sejenak secara berkala. Ibaratnya HP, kalo dimainin terus lama-lama panas dan bisa rusak. Perlu didiemin secara berkala, perlu dicharge ketika batrenya udah mau habis, jangan sampe keasikan dimainin dan kita lupa untuk nge-charge dan ngisi energi, tau-tau batre drop dan habis lalu nggak bisa digunakan. The same idea berlaku untuk diri kita. Jangan sampe terlalu diforsir sampe lupa ngecharge tubuh dan pikiran kita, bisa-bisa nanti jadinya burnout dan mau meledak.
Masih banyak lagi yang bisa dibahas dari mindfulness. Bisa dari sisi pekerjaan, bisa dari sisi kehidupan sehari-hari, bisa dari mana-mana. Tapi karena tulisan ini sudah cukup panjang, kita akhiri dulu ya sharing kali ini. Semoga punya cukup niat untuk membuat tulisan tentang mindfulness lagi hehe. In the meantime, kalo tertarik untuk mendalami silakan baca-baca tentang mindfulness di internet, dengerin podcast-podcast mindfulness di Inspigo, dan follow para praktisi mindfulness di social media; ada Adjie Santosoputro, Reza Gunawan, dr. Jiemi Ardian, dan Gobind Vashdev for the next level hehe.
Dari konsep sederhana ini, kita bisa memperdalam satu persatu. Gimana supaya pikiran nggak berada di masa lalu? Artinya kita memang udah harus selesai dengan urusan-urusan yang lalu. Udah bisa berdamai dengan masa lalu, udah bisa menerima apa yang terjadi di masa lalu, udah bisa melepaskan apa yang seharusnya dilepaskan.
Supaya pikiran nggak di masa depan juga mengajarkan kita untuk nggak terlalu berambisi meraih masa depan, nggak overthinking terhadap apa yang akan terjadi, karena toh kita nggak tahu apa yang akan terjadi sampai itu kejadian kan? Kita juga nggak bisa ngontrol itu. Selain mengajarkan untuk melepaskan dan mengikhlaskan masa lalu, mindfulness juga mengajarkan untuk mengikhlaskan masa depan. Cukup jalanin aja. (This is a serious note to myself)
Buat sebagian orang mungkin konsep kedua itu agak nggak masuk. Sebagian orang ngerasa bahwa masa depan perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, perlu diusahakan, perlu punya plan A-Z dalam meraih mimpi. Mindfulness nggak mengajarkan kita untuk pasrah dan nggak berusaha, tapi mengajarkan kita untuk jalanin aja. Punya rencana itu baik, tapi jangan sampe ekspektasi dan harapan yang terlalu tinggi itu justru malah membebani kita dan membuat kita khawatir bahwa kita ngga akan mencapai itu. Jangan sampe keinginan untuk sukses dan bahagia justru membuat kita ngga bahagia. Bukannya memotivasi, bisa jadi harapan yang terlalu dipaksakan justru akan membelenggu kita. Kalo yang selalu dikatakan para praktisi mindfulness, jangan mencoba untuk mengejar bahagia, tapi jalani dan nikmati aja apa yang ada sekarang, maka dengan sendirinya akan menjadi bahagia.
Menurut gue konsep ini berguna banget untuk orang-orang yang ambisius, selalu gerak cepet, dan worry alias cemas. Mindfulness mengajarkan kita untuk senantiasa berada. Kini, dan disini. Juga mengajarkan kita untuk istirahat sejenak, berhenti sejenak. Apa maksudnya?
Ada penjelasan mas Adjie yang gue suka banget. Dulu kita terlalu lambat, sehingga orang tua, guru, atasan, dan orang-orang lain menyuruh kita untuk bergerak cepat, bahkan banyak seminar-seminar motivasi yang tujuannya adalah memacu semangat, mempercepat laju gerak, dan hal-hal ambisius lainnya. Tapi setelah itu kenyataannya sekarang kita bergerak terlalu cepat. Dengan pola pikir cepat yang sudah dipegang hampir semua orang, dengan disrupsi teknologi dan lainnya, membuat semua hal di dunia ini bergerak terlalu cepat.
Ibaratnya kalo pembalap disuruh melaju kencang, dia tetap butuh rem supaya ngga nabrak. Dia perlu menyeimbangkan gas dan rem, supaya tau kapan harus melaju kencang, melaju pelan, atau berhenti. Semuanya dikombinasikan untuk mencapai garis finish tanpa menabrak atau celaka. Hal yang sama berlaku untuk kehidupan kita. Kita ngga harus selalu melaju kencang. Ada kalanya kita butuh berhenti sejenak, menenangkan batin dan pikiran, melihat sekitar secara obyektif, lalu kembali fokus untuk melaju lagi. Jangan sampe ngegas dan ngebut terus sampai ngga sempet liat kanan-kiri dan akhirnya nabrak. Ada yang bilang bahwa hal-hal indah hanya bisa dilihat ketika kita slowing down, bergerak perlahan.
Dengan segitu banyak hal yang perlu kita kerjakan dan kita pikirkan, pastinya pikiran kita bercabang-cabang. Cabangnya kemana-mana, begitu pun dengan pikiran kita. Kita ngerjain A, tapi yang dipikirin B. Kita lagi di tempat A, tapi pikirannya di tempat lain. Lagi ngelakuin A sekarang, tapi udah mikirin B yang akan terjadi di masa depan atau justru C di masa lalu. Mindfulness ngajarin untuk menghadirkan pikiran kita pada apa yang sedang kita lakukan sekarang. Kalo lagi kerja ya kerja, kalo lagi nonton ya nonton, kalo lagi makan ya makan.
Bahkan mindfulness itu bisa sangat spesifik untuk setiap kegiatan kita, kayak mindful sitting, mindful eating, mindful walking, dll. Maksudnya gimana? Misalnya, saat jalan kaki (mindful walking) kita jalan sambil menyadari bahwa kita sedang berjalan, bukan sekedar gerakan otomatis kaki dari tempat A ke tempat B. Di sepanjang jalan kita perhatikan sekeliling kita, jangan sambil main hp atau denger lagu. Sadari bahwa kita lagi berjalan dari titik A ke titik B.
Kemudian mindful eating, nah ini adalah kegiatan yang tanpa gue tahu gue sudah mempraktikkannya dari dulu. Saat mindful eating, sadari sepenuhnya bahwa kita lagi memakan makanan yang kita makan. Gunakan indera perasa kita untuk benar-benar merasakan rasa makanan tersebut. Dulu gue makan bisa lama banget, minimal 15 menit, sering kali setengah jam. Biasanya kalo makan bareng selesainya terakhir. Gue ngga sadar hal ini sampe temen-temen suka pada komentar. "Dyani makannya menikmati banget ya", "Biasanya orang yang makannya lama itu justru kurus, karena dia sadar kalo dia udah makan. Jadi kenyangnya lama."
Disitu gue mikir, iya juga ya. Gue memang menikmati setiap rasa yang ada di mulut gue. Bagi gue, makan itu bukan sekedar makan, tapi bagaimana mengapresiasi sebuah masakan, sebuah karya seni dari percampuran ingredients sehingga menjadi sebuah sajian yang harmoni. Dan gue juga baru menyadari kenapa gue ngga laperan orangnya, karena gue sadar bahwa gue udah makan, gue udah memenuhi kebutuhan perut gue. Beda dengan orang-orang yang makan ya makan aja, ngapain makan aja dipikirin. Ngemil sambil nonton TV, tanpa sadar kalo dia lagi makan. Ngga sadar kalo sebenernya dia ga butuh makanan itu, akhirnya kerjanya makan terus dan akhirnya jadi kebiasaan yang dilakukan secara otomatis tanpa menyadari bahwa sebenernya tubuh kita ngga butuh itu.
Hal-hal tersebut membantu kita melatih mindfulness, untuk menyadari apa yang sedang kita kerjakan, untuk memusatkan pikiran pada present moment. Dan pernah suatu waktu gue merasa lagi susah banget mindful, pikiran kemana-mana banget, disuruh fokus engga bisa fokus, disitu gue mulai menyadari bahwa gue udah jarang mempraktikkan mindfulness. Gue mulai sering makan sambil nonton TV, YouTube, atau Netflix, tempo makan gue udah lebih cepet karena mengejar tugas-tugas dan kerjaan yang harus diselesaikan.
Awalnya gue merasa itu suatu achievement karena bisa makan cepet (or at least normal kayak orang pada umumnya), awalnya ngerasa kemajuan bisa makan sambil nonton (dulu engga bisa banget, harus makan ya makan aja, nonton ya nonton aja). Tapi ternyata efeknya ngga baik di gue, gue jadi ngga mindful eating. Dan tanpa disadari efeknya jadi kemana-mana. Nggak hanya saat makan, gue jadi terbiasa untuk multitasking (uh I hate that word). Mengerjakan A tapi pikiran di B, lagi ngerjain kerjaan tapi ada lagu yang mendistrak fokus. Di situ gue sadar bahwa gue harus kembali mengerjakan sesuatu itu satu per satu. One thing at a time. Multitasking lebih cepet dan efisien mungkin, tapi tidak baik untuk kesehatan mental gue.
Dan balik lagi, melalui mindfulness juga gue belajar untuk istirahat. Menyediakan waktu untuk rehat, menenangkan batin dan pikiran, melakukan hal-hal yang memberikan kebahagiaan, agar nantinya bisa kembali optimal mengerjakan tugas selanjutnya. Lagi sesibuk apapun tetep perlu istirahat sejenak secara berkala. Ibaratnya HP, kalo dimainin terus lama-lama panas dan bisa rusak. Perlu didiemin secara berkala, perlu dicharge ketika batrenya udah mau habis, jangan sampe keasikan dimainin dan kita lupa untuk nge-charge dan ngisi energi, tau-tau batre drop dan habis lalu nggak bisa digunakan. The same idea berlaku untuk diri kita. Jangan sampe terlalu diforsir sampe lupa ngecharge tubuh dan pikiran kita, bisa-bisa nanti jadinya burnout dan mau meledak.
Masih banyak lagi yang bisa dibahas dari mindfulness. Bisa dari sisi pekerjaan, bisa dari sisi kehidupan sehari-hari, bisa dari mana-mana. Tapi karena tulisan ini sudah cukup panjang, kita akhiri dulu ya sharing kali ini. Semoga punya cukup niat untuk membuat tulisan tentang mindfulness lagi hehe. In the meantime, kalo tertarik untuk mendalami silakan baca-baca tentang mindfulness di internet, dengerin podcast-podcast mindfulness di Inspigo, dan follow para praktisi mindfulness di social media; ada Adjie Santosoputro, Reza Gunawan, dr. Jiemi Ardian, dan Gobind Vashdev for the next level hehe.
5 comments
Halo kak, sebelumnya aku mau bilang makasih udah sharing info tentang minfulness. Aku suka banget bacanya. Kalo berkenan untuk sharing lagi, aku penasaran kira2 mindfulness itu bisa diterapin di ranah perusahaan nggak ya? Misal, untuk meningkatkan kinerja karyawan atau meningkatkan produktivitas kerja atau yang lainnya mungkin? Soalnya kalo liat konsepnya mindfulness kan kayak slowing down gitu gerak perlahan dengan penuh kesadaran. Sedangkan pergerakan dalan lingkup perusahaan itu berjalan sangat cepat, kayak buat sadar kita lagi jalan atau lagi duduk aja kayaknya nggak sempet gitu. Atau mungkin kakak pernah ada pengalaman nerapin mindfulness di bidang pio? Kalo ada boleh sharing dong hehe
ReplyDeleteHaloo. First of all maaf banget baru reply sekarang :(
DeleteYess mindfulness bisa banget diterapin di berbagai konteks kehidupan salah satunya di pekerjaan atau ranah PIO. Di PIO sendiri mulai banyak penelitian2 ttg mindfulness, dan makin kesini praktik mindfulness di perusahaan juga semakin banyak.
Betul banget kalo di dunia kerja sekarang semuanya bergerak cepet banget, bahkan terlalu cepat yang kalo kita ikutin terus yang ada lama2 meledak hehe. Ada kalanya perlu memberikan jeda. Pause sebentar ibaratnya buat ngecharge, setelah itu justru bisa lebih produktif. Take time aja sebentar, 5-15 menit in between the rush untuk slowing down, take a breath, kembaliin kesadaran disini dan kini, and realize that you are in control to manage yourself. Ga perlu sepanjang kerja menerapkan mindfulness, tapi ambil waktu once in a while untuk mempraktikkan mindfulness. Misal saat lunch time, bisa mempraktikkan mindful eating dengan bener2 makan tanpa liat hp, kerja, atau banyak ngobrol.
Mindfulness di pekerjaan juga membantu kita lebih legowo ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang mungkin ga ideal atau bikin stres.
Di perusahaan2 juga sekarang mulai ada yang ngadain webinar atau sharing session dengan praktisi mindfulness, buat belajar konsep dan praktik mindfulness di pekerjaan. Ada juga bahkan training atau latihannya.
For future reference, bisa dengerin juga podcast Mindfulness at Work di aplikasi Inspigo :D
Selamat siang kak, It's a really interesting article to read. It's opened my mind on how to live the present. I learned that we do allow to expect the future, but just expect the right amount of it and not too much. Sometimes we, ourselves held our own back. Thank you so much for this. I really need this atm. God bless you and your fam. Semoga sehat selalu. Amin.
ReplyDeleteSelamat siang kak, It's a really good article to read. It's opened my eye on how we supposed to live the present. We do allow to expect the future, but we shall put the right amount of expectation to it. Not too much, Just the right amount. I've learned that sometimes we, ourselves hold our back from the things that we gonna do. Thank you for this great lessons. Appreciated it. May you reach the goals and happiness in your life. Stay safe and healthy kak. God bless.
ReplyDeleteHi Daniel,
DeleteThank you for the kind words. Glad if this article could help you :)
I hope the same things for you and your family. Stay safe and sane!