life

Bercerita Secara Jujur

November 20, 2019

Lately, gue merasa kualitas postingan gue menurun. Dari cara nulis, pengemasannya, termasuk foto-foto yang dimasukin. Kalo dulu lumayan niat ngedit foto, baca draft berkali-kali sebelum publish, sekarang seringnya post as it is tanpa banyak review dan editing. Foto yang diupload juga sering raw photo karena rada males ngeditnya.

This is because now I write more for myself. Kalo dulu lumayan niat mempertimbangkan dari sudut pandang pembaca, seberapa informatif dan berfaedah postingan gue, gimana bikin tulisan yang sistematis dan mudah dipahami pembaca sehingga pesannya tersampaikan, sekarang tujuan utama menulisnya adalah menuangkan pikiran dan pengalaman pribadi, membuat jurnal dan merekam memori kehidupan di tempat yang gue bisa baca ulang di lain waktu, atau sekedar menuangkan hasrat menulis. Ngga mikirin apakah postingan itu akan berfaedah dan berguna buat orang lain atau ngga. Ngga mikirin apakah udah enak dibaca atau belom. Yang penting nulis.

Sekarang lebih menggunakan dunia tulis-menulis sebagai sarana katarsis, karena dengan menulis bisa melepaskan stres atau ketegangan. Ketika berhasil nyelesaiin satu tulisan I feel energized.

Nggak hanya di blog, gue juga mulai membuat tulisan-tulisan pribadi yang ngga dipublish dimana-mana, hanya untuk gue sendiri. Tulisan tentang apapun yang menjadi keluh kesah, mungkin semacam diary atau jurnal. Dan ternyata, setelah coba dijalanin efeknya bagus buat gue. Gue bisa cerita secara jujur terutama dengan diri sendiri, bisa menumpahkan segala kekhawatiran, emosi, pikiran, dan perasaan tanpa takut dijudge orang lain, tanpa perlu ngebebanin orang lain dengan cerita-cerita gue yang ga penting.

Dan melalui perjalanan menulis secara jujur ini gue juga jadi lebih paham tentang statement "Berkarya secara jujur". Seringkali gue denger musisi atau pegiat seni bilang bahwa kunci mereka dalam berkarya adalah kejujuran, jujur terhadap diri sendiri. Awalnya gue ga begitu paham maksudnya, tapi setelah menjalani dan juga mengulik lebih dalam karya-karya yang katanya jujur itu, gue jadi lebih paham maksudnya. Dan karya-karya yang dibuat secara jujur itu memang sampai ke hati gue. Kejujurannya terasa, tidak menutupi apa yang mereka rasakan, dan tersampaikan dengan indah. Sekarang gue jadi salut sama para pegiat seni yang bisa berkarya secara jujur, yang bisa anti-mainstream, yang tidak mengikuti semua kemauan pasar dan industri. Karena pada akhirnya setiap karya akan menemukan marketnya kok, yang penting kita menikmati proses pembuatan karyanya.

You Might Also Like

1 comments

  1. Haloo mba Dyani, apa kabar?
    Semoga dilancarkan semua aktivitasnya 😇🙏

    Waah, menarik banget nih artikel tentang "bercerita secara jujur". Aku pernah punya pengalaman ketika aku pengen nulis artikel blog & bercerita "jujur" tentang kekaguman & rasa banggaku pd seorang tetangga berdasarkan point of view ku.

    Jadi,tetangga "satu kelurahan" di daerah asalku (Solo, Jateng), ada yg ikut indonesian idol di saat udah kelas 12 SMA & alhamdulillah lolos ke babak spekta 14 besar. Yg membuat aku kagum sama dia, bukan hanya suaranya yg bagus & bisa sampe spekta. Tp selain itu jg keberaniannya buat mengambil kesempatan ketika dia sbg pelajar kelas 12 SMA punya tanggungan akademik yg besar tapi punya keberanian u/ ikut audisi indonesian idol. Terus, kepikiran lah aku untuk bikin artikel tentang "Courage to take a chance".

    Naah, setelah aku bercerita secara jujur u/ mengungkapkan/mengekspresikan pikiran ku, rasanya jadi lega dan melepas penat :'). Sekarang, menulis artikel blog menjadi salah satu hobiku u/ refreshing. Aku berprinsip, selama tulisanku positif & nggak bernada nyinyir, its ok untuk bercerita secara jujur 😊

    ReplyDelete