life

YouTube

November 19, 2019

Dulu gue pernah ngobrol sama seorang temen, dia bilang bahwa ga tau kenapa ngga bisa lepas dari YouTube. Dia suka banget nonton YouTube, dan waktunya dihabiskan buat nonton YouTube. At that point, I can't relate karena gue jarang buka YouTube dan bingung juga mau nonton apa di YouTube. Saat itu yang gue tahu YouTube kebanyakan isinya vlog-vlog dan video hiburan yang kurang penting alias kurang berfaedah.

Beberapa waktu setelah itu gue baru rajin buka YouTube buat denger lagu. Jadi biasanya sambil kerja sambil pasang YouTube, bahkan sampe sekarang. Kadang-kadang buka YouTube juga buat cari macem-macem tutorial, mulai dari tutorial photoshop, SPSS, install software, piano, bahkan tutorial bikin label undangan haha. Kadang-kadang nemu konten menarik juga kayak Jubilee, Soul Pancake, dan semacamnya, tapi nggak yang sampe attached atau bahkan addicted buat nonton itu secara rutin.

Nah, beberapa bulan belakangan gue mulai menemukan konten-konten yang gue suka di YouTube, yang bikin gue jadi sering buka dan nonton YouTube, bisa dibilang hampir setiap hari. Konten-konten itu adalah konten wawancara, konten ngobrol berfaedah, sama konten tentang human relations.

Gue suka nonton video-videonya Boy William yang ngewawancara orang, PORD-nya Raditya Dika, QnA Metro TV, baru-baru ini juga lagi eksplor Ngobam-nya Gofar Hilman, Baru Kenal-nya Uus, dan konten-konten wawancara berfaedah lainnya. Gue suka gimana mereka (terutama Boy William dan Raditya Dika) menggali sisi lain dari para public figure, dapetin cerita jujur yang mungkin ga akan kita dapet di TV, dan akhirnya kita jadi tau pain points dan pemikiran dari para public figure tersebut.

Gue salut gimana mereka bisa menggali cerita yang sangat personal dengan santai dan tanpa menyinggung narasumbernya. Gue sebagai anak Psikologi yang diajarin untuk selalu berhati-hati dalam mewawancara dan menggali orang, terutama untuk isu-isu sensitif, somehow amazed gimana mereka bisa menggali itu dengan sangat santai. Mereka bisa bertanya dengan sangat straight-forward dan mungkin frontal, tapi narasumbernya bisa terbuka untuk menceritakan itu. Di satu sisi gue mikir mungkin justru dengan mereka bersikap santai, orang juga jadi lebih santai untuk cerita kali ya. 

Lewat video-video itu gue jadi tau sisi lain dari para public figure. Mungkin orang yang tadinya gue kurang suka, orang-orang yang cukup jadi public enemy, lewat video-video ini gue jadi dapet perspektif lain tentang orang tersebut, what they've been going through, their struggle, yang bikin gue jadi lebih netral melihat orang tersebut. Because after all, we're just human. They're also human. Everyone has their own story and journey.

Ngga cuma wawancara public figure, gue juga kadang nonton wawancara-wawancara kaum minoritas yang jarang diekspos media dan jarang juga gue dapetin ceritanya di lingkungan sehari-hari. Menarik, dan nambah perspektif baru. Yha emang dasarnya anak Psikologi, paling suka dengerin cerita-cerita kehidupan orang hehe.

Kadang gue ngerasa amazed gimana orang-orang itu bisa bangkit dari keterpurukan, gimana perjuangan mereka untuk sukses, gimana mereka bisa melewati titik terendah mereka dan bisa kembali berkarya sampe kayak sekarang. Shout out to all survivors out there.

Ya, YouTube memang punya segudang konten untuk segala macam kebutuhan orang. Tinggal gimana kita memanfaatkannya sesuai kebutuhan kita. Dan setelah menemukan konten-konten yang cocok buat gue, sekarang gue paham kenapa ada orang-orang yang ga bisa lepas dari YouTube.

You Might Also Like

0 comments