financial

Financial Review - Part 2

January 07, 2020

Sejak tahun lalu, gue mulai melakukan yang namanya financial review. Merekap total pendapatan selama setahun, merekap total aset yang dimiliki saat ini, dan melihat pertumbuhan aset termasuk investasi. Di awal tahun ini, di salah satu kegiatan kampus gue diminta untuk menetapkan dream atau goal jangka pendek. Kalo ga salah di situ gue nulis bahwa gue pengen tahun ini aset bertumbuh sebesar 20%. Seumur-umur ga pernah punya target finansial, tapi kali ini ngerasa harus punya biar ada usaha lebih untuk mencapai itu. Biar ga "nabung nabung aja liat segimana dapetnya aja". Biar lebih rapi dan terencana lah.

Di tahun ini pula cukup banyak dinamika di kondisi finansial gue. Kalo dari dulu masih sekolah, kuliah, kerja, polanya sama yaitu tiap bulan dapet duit yang angkanya kurang lebih sama, spend untuk kebutuhan premier lalu sekunder, lalu sisanya ditabung dan diinvestasikan. Jarang menghabiskan uang untuk kebutuhan-kebutuhan tersier yang ga perlu-perlu amat.

Nah di tahun ini, selama setahun penuh gue udah ngga kerja tetap. Sebagai mahasiswa dan freelancer, pendapatan gue setiap bulannya fluktuatif banget. Ada masanya pendapatan gue melebihi gaji saat gue kerja tetap dulu, ada kalanya sama dengan gaji gue dulu, dan ada masanya pula di bawah gaji tetap gue dulu. Apalagi menjelang akhir tahun salah satu project gue selesai dan belum ikut project baru, lumayan berasa sih bedanya. Tapi di satu sisi ngga ngoyo juga harus ikut project baru, mengingat kuliah lagi padat-padatnya dan cukup butuh me-time dan rileks.

Berhentinya gue dari tempat fitness juga merupakan salah satu usaha untuk mengurangi jumlah pengeluaran. Setelah merasakan manfaat YouTube untuk olahraga secara mandiri di rumah, keputusan gue bulat untuk menghentikan fitness membership. Gue pikir, dalam setahun gue bisa menghemat setidaknya 4 juta dengan berhenti fitness. Uangnya bisa gue tabung dan investasikan.

Tapi, siapa sangka ternyata di tahun ini cukup banyak pengeluaran tersier yang gue lakukan, utamanya untuk konser dan acara musik. Mulai dari acara pensi, festival musik, sampe konser artis internasional gue datengin. Gue yang baru merasakan asiknya live music jadi rajin dateng acara musik. Tahun-tahun lalu, hampir ga ada tuh pikiran untuk dateng ini itu buat gue yang introvert. Music concert was not my thing, but now it is. Sampai di penghujung 2019, setidaknya udah 2 tiket yang gue beli untuk 2020 :" Belum 2020 tapi ku sudah bangkrut :"

Tapi tenang, tiket-tiket yang gue beli masih rasional kok. Masih bisa membatasi diri untuk beli di maksimal harga sekian. Masih bisa bilang nggak ketika ada ajakan untuk nonton ini itu. Masih bener-bener melihat siapa aja pengisi acaranya dan seberapa worth it setiap peser yang dibayarkan.

Sadar akan hal ini, gue mulai pasrah dengan target pertumbuhan aset sebesar 20%. Apalagi kondisi pasar modal lagi acak adut ngga jelas. Trade war tanpa henti yang bikin lautan IHSG terombang-ambing, juga nyangkutnya beberapa saham trading yang bikin gue jadi ngga aktif trading. Tahun sebelumnya, pas lagi aktif-aktifnya trading lumayan tuh ngumpulin receh. Sekarang, mon maap itu porto merah-merah semua pada nyangkut.

Akhirnya, dengan perasaan agak takut kemarin gue merekap kondisi keuangan gue. Rada ngga siap sama hasilnya, dan takut kalo asetnya malah turun. But guess what?? Surprisingly setelah direkap-rekap pertumbuhannya hampir 20% guys!! Dengan bocor sana-sini, kondisi saham yang lagi kurang bagus, asetku bisa bertumbuh segitu udah Alhamdulillah banget :"") Jujur ga nyangka.

Di sini gue semakin sadar dan yakin pentingnya diversifikasi portfolio aset. Bahwa semua bukan masalah return, tapi juga soal stabilitas dan keamanan. Bukan gede-gedean return lantas dimasukin saham semua, tapi juga perlu dimasukin ke instrumen-instrumen yang lebih stabil walau return-nya lebih kecil, dan ke instrumen yang lebih likuid. Kalo semua gue masukin ke saham mungkin porto gue minus kali tahun ini.

Gue coba mikir juga, mungkin bocor nonton konser dan spending yang tidak terencana lainnya masih bisa tertutupi dengan gue berhenti fitness. Lalu seringnya go-food ternyata biayanya kurang lebih sama dengan biaya gue makan ke restoran atau kafe seperti tahun-tahun sebelumnya, atau bisa jadi lebih kecil. Kalo sebelum-sebelumnya sering makan ke luar, tahun ini kayaknya lebih banyak go-food dan mengandalkan promo cashback.

Selesai ngerekap hati masih senang dan ga nyangka. Wkwk lebay. Tapi beneran, gue udah expect worse, turned out it's quite good. Semoga 2020 bisa lebih baik lagi. Yang pasti, perlu agak lebih mengencangkan ikat pinggang nih biar ga bablas dan terlena kayak tahun kemarin. Perlu lebih mindful spending seperti dulu :)

You Might Also Like

0 comments