Tahun lalu habis resign dari kantor sebelum masuk kuliah, nganggur sebulan di rumah membuat gue memutar otak untuk cari kegiatan supaya ga bosen. Tentunya kegiatan yang ga ngabisin duit alias bisa dilakukan di rumah. For the first time in forever, gue coba membuka Netflix. Lucky me, kakak gue langganan Netflix jadi ku bisa menonton gratis :3
Nonton film atau series di laptop itu bukan kebiasaan gue banget karena emang ga suka nonton di laptop. Dulu pernah nyoba nonton series yang lagi happening pada zamannya, Gossip Girl dan Pretty Little Liars. Tapi gue ga bisa banget beneran deh. Ga tahan gue nonton GG, kayak ga jelas aja gitu ceritanya mau dibawa kemana. 1 season DVD pun ga pernah gue selesaiin. PLL mungkin lebih mending. Dia punya tujuan, misteri untuk dipecahkan, jadi berasa kalo nonton tuh tau arahnya mau kemana. Plus ceritanya yang agak-agak serem. Gue lebih enjoy nonton ini, tapi ga berhasil nyelesaiin juga karena lama-lama eneg kebanyakan season. Gue cuma bertahan sampai season 2 itu pun ngga habis.
Berbekal Netflix, gue pun coba mulai nonton series yang lagi happening lagi. Dari beberapa pilihan, pilihan pertama gue jatuh ke 13 Reasons Why. Kebanyakan dari kalian pasti udah nonton ini. Iya, gue telat emang. Ternyata gue menikmati nonton series ini! Gue berhasil nyelesaiin 1 season dan akhirnya jadi suka nontonin TV series yang ada di Netflix. Biasanya gue nonton emang yang udah ada full 1 season biar bisa binge-watching dan ga nunggu-nunggu episode berikutnya hehe.
Nah kali ini gue mau cerita sedikit beberapa series yang udah gue tonton.
Nah kali ini gue mau cerita sedikit beberapa series yang udah gue tonton.
13 Reasons Why emang sempet jadi perbincangan banget karena cerita yang diangkat cukup sensitif dan katanya "relatable". Bahkan ada temen yang bilang kalo abis nonton series ini jadi susah bahagia. Dan beberapa temen lainnya bilang "Hmm iya sih" ketika gue tanya itu. Segitunya kah?? Antara penasaran dan takut jadinya buat nonton. Hanya ada 1 orang temen yang bilang series ini ngga bagus dan terlalu Teen. Dari opini itu gue mikir oh mungkin ngga segitunya. Ngga sepowerful itu. Akhirnya gue pun memutuskan untuk mulai nonton karena penasaran dan film ini punya tujuan di akhir cerita.
Buat yang belum tau, cerita 13 Reasons Why (13RW) ini tentang seorang perempuan bernama Hannah Baker yang bunuh diri, dan dia menceritakan 13 alasan kenapa dia bunuh diri. Kalo boleh sedikit spoiler, mostly alasannya itu karena lingkungan sosial.
Nggak seperti series lain yang gue coba tonton, 13RW ini gue tonton dengan antusias dan penasaran. Mungkin sebagai orang berlatar belakang Psikologi, 13RW ini menarik banget untuk dikulik dan dianalisis.
Beberapa orang bilang 13RW ini related banget sama kehidupan sehari-hari. Hmm in my humble opinion, it might be related to some of us, but it's not common in Indonesia, at least in my surroundings. Masalah-masalah yang dihadapai mungkin ada yang mirip, tapi case di 13RW ini sebenernya cukup ekstrim untuk terjadi di kehidupan sehari-hari. I mean, mungkin kita bisa relate dengan case A atau case B, tapi mungkin ngga separah Hannah dan seseorang kayaknya jarang untuk mengalami banyak case sekaligus seperti pemeran utama series ini. Ngga tau sih kalo di negara lain, tapi rasanya di Indonesia ini agak uncommon.
Yang mau gue bilang disini adalah, every person, each person, has their own story, has their own problem. Kita ngga akan pernah tau kenapa seseorang bisa jadi seperti A atau seperti B tanpa tau histori kehidupannya. Jujur di film ini perhatian gue cukup tertuju sama sosok Justin, seseorang yang tampak nakal dan begajulan but fragile inside. Ketika tau dia berasal dari broken family, dan apa yang terjadi di hidupnya dia, justru gue kasihan banget sama dia terlepas dari apa yang dia lakukan.
Setiap orang dengan setiap masalahnya, punya potensi untuk melakukan bunuh diri seperti yang Hannah lakukan. Hanya aja, potensi itu berbeda-beda tingkatannya. Bunuh diri mungkin terdengar ekstrim, tapi surprisingly, I met those cases at least 4 times in the past 4 years. No, no, bukan gue mencoba bunuh diri, but my friends did.
Setidaknya gue punya 4 temen dari circle berbeda, dengan usia dan jenis kelamin berbeda, yang pernah punya pemikiran bahkan pernah melakukan percobaan bunuh diri. Ini di luar temen-temen yang pernah mengalami depresi, ya, the real depression. Soal mental health and suicidal thought ini nanti mungkin bisa dibahas di lain post kali ya.
Nah selesai nonton season 1 gue ga langsung lanjut ke season 2 karena season 2 lebih nyeritain tentang kehidupan masing-masing tokohnya dan katanya kurang bagus. Meskipun kayaknya bakal nambah pemahaman sih buat gue yang seneng pelajarin histori hidup orang sehingga tau kenapa seseorang berperilaku demikian.
Insatiable
Dari 13 RW lanjut ke another teen movie! Ini film remaja yang cukup unik tapi relevan untuk isu negara barat sih menurut gue. Ceritanya tentang seorang perempuan gemuk bernama Patty yang sering diolok-olok, tiba-tiba jadi kurusan banget, jadi cantik, dan jadi incaran cowok-cowok. Nah menariknya, cewek ini pengen bales dendam ke orang-orang yang dulu ngehina dia dengan ngebuktiin bahwa dia bisa jadi "seseorang". Caranya adalah dengan cara ikut beauty pageant alias kontes kecantikan!
Disini dia dibantu sama seorang coach yang lagi terpuruk karirnya dan berusaha naikin reputasinya lagi, dengan cara bikin Patty menangin kontes kecantikan. Bener-bener segala cara dilakuin buat menangin kontes itu.
Meskipun rating di IMDB dan Rotten Tomatoes jelek, tapi jujur gue suka wkwk. Karena ringan, kocak, ga perlu mikir, terus amarah dan ambisinya realistis, meskipun konfliknya agak drama dan ga realistis sih. But it is just a movie, isn't it? Btw tipe komedinya disini dark humor.
Nah.. Ending season 1 ini masih gantung. Gue berharap banget ada season 2-nya meskipun banyak yang kritik film ini. Salah satunya bilang film ini mengangkat body-shaming. Iya bener film ini mengangkat tema body-shaming tapi rasanya emang itu menggambarkan apa yang terjadi di kenyataan. Justru menurut gue film ini dengan berani mengangkat sesuatu yang cukup tabu.
SUKA BANGET!! Ini salah satu series yang hype di kalangan anak Psikologi. Hype secara umum juga sih. Series ini tentang seorang cowok bernama Joe yang obsessed sama seorang perempuan bernama Beck. Bukan cuma suka, tapi udah sampe obsessed. Pikiran-pikiran Joe di episode awal itu relevan banget sih dan dekat sama kehidupan sehari-hari. Yang bikin komentar "Wah iya bener. Bener banget sih. Wah gila." dan sedikit merasa tersentil haha.
Gue ga mau cerita banyak soal series ini karena serunya tuh ditonton sendiri! Super bikin penasaran sekaligus deg-degan, karena emang ini termasuk film thriller, crime, dan drama. Jujur awal-awal gue takut nonton ini, takut sadis dan menegangkan. Tapi ternyata nggak segitunya kok. Masih bisa ditoleransi sama gue yang ga demen film sadis dan bikin takut nonton sendiri. Intinya mah I highly recommend this series! Buruan cuss nonton.
The Good Place
Setelah kehabisan ide mau nonton apa, gue ngikutin rekomendasi temen buat nonton ini. Wah.. Ternyata seriesnya menarik banget sih. So far gue udah nonton 2 season dan lagi nunggu season ketiganya masuk Netflix.
Ceritanya tentang after life, kehidupan setelah kematian. Instead of namain heaven and hell, mereka pake namanya the good place dan the bad place. Tapi tenang, penggambaran surga dan nerakanya nggak serem kok. Justru disajikan dengan modern. Inti ceritanya apa ga bisa gue kasih tau disini karena akan jadi spoiler.. Yang pasti series ini ada tujuan akhirnya, bukan yang ngalor-ngidul ga jelas. Terus menurut gue series ini lucu dan ringan. Komedinya cocok di gue. Plus, no bad words and sexual scene because it is prohibited LOL.
Tapii di satu sisi series ini reflektif banget banget buat gue. Bikin jadi mikir, gue di dunia ini ngapain aja ya? Banyakan hal baik atau buruk yang gue lakuin? Apa iya hal-hal yang selama ini gue pikir baik itu beneran baik? Dan bener-bener ngerasa kalo setiap hal kecil yang kita lakuin itu dihitung. Sumpah ada masanya gue bener-bener jadi mikir dan galau sendiri pas nonton series ini. Di satu sisi terhibur nontonnya tapi di satu sisi jadi merasa penuh dosa. Ga nyangka sih gue pikiran-pikiran reflektif dan spiritual itu bisa dateng gara-gara film macem ini.
Anyway, overall it is a good series! Am looking forward for the third series.
Dating Around
Di tengah-tengah kesibukan kuliah dan kerja, kadang gue pengen refreshing sebentar jadi cari series yang ringan, durasinya sebentar, dan ga bikin penasaran buat binge watching. Gue pun iseng-iseng nonton series ini. Meskipun series ini masih on-going belum full 1 season, tapi gapapa karena ini ga bersambung dan ga bikin penasaran juga haha.
Ceritanya tentang proses dating, kencan, PDKT, apalah namanya. Intinya proses perkenalan buat mencari calon pasangan yang cocok. Konsepnya menarik, realistis, dan mengambil perspektif dari berbagai macam orang dan kalangan. Ada yang perempuan nyari laki-laki, ada yang laki-laki nyari perempuan, ada juga yang laki-laki mencari laki-laki, sampe opa-opa duda nyari pasangan. Setiap episode ceritanya beda-beda dan ga berhubungan satu sama lain.
Cerita diawali dengan 5 kencan pertama. Lalu pelan-pelan dari 5 orang tersebut ada yang "tereliminasi" karena di perjalanannya menemukan ketidakcocokan. Sampe akhirnya si peran utama memutuskan mau kencan kedua sama yang mana. Menurut gue ceritanya sederhana. Setiap karakter disini membawa latar belakang dan cerita yang beda-beda. Ga banyak konflik, ga drama, ga neko-neko. Jadi kalo kalian lagi pengen sesuatu yang sophisticated, this isn't it. Nonton ini rasanya kayak lagi observasi perilaku manusia saat dating aja sih haha. Dasar anak psikologi, kerjanya merhatiin orang mulu.
Yang gue suka dari series ini adalah the idea of straight-forward dating. Kayak udah gede, sama-sama tau kalo mereka lagi dating buat nyari potential partner, cocok lanjut kalo ga cocok ya udah no baper. Bukan tipe dating yang buat flirting doang gitu. Ga bertele-tele juga, bener-bener saling mengenal dari pertemuan pertama. Bahkan banyak pembicaraan yang lumayan personal walaupun baru kenal. Pembicaraannya pun cukup realistis.
Series ini nggak dibuat untuk wow-ing, nggak mengeluarkan kalimat-kalimat atau adegan-adegan yang mengejutkan, dan bukan series yang bikin kamu bergumam "awww" juga. Bener-bener sederhana deh. Tapi satu episode yang paling gemes buat gue itu siih yang ada opa-opa nyari partner. Gemashh liat elderly kencan haha.
Ternyata film dan seriesnya Netfix bagus-bagus ya. Dan banyak yang berani angkat isu-isu tabu. Di luar series yang gue ceritain ini sempet ada beberapa series lain yang gue tonton tapi cuma beberapa episode karena nggak cocok. Kalo kamu sukanya nonton series apa? Let me hear yours.
Nggak seperti series lain yang gue coba tonton, 13RW ini gue tonton dengan antusias dan penasaran. Mungkin sebagai orang berlatar belakang Psikologi, 13RW ini menarik banget untuk dikulik dan dianalisis.
Beberapa orang bilang 13RW ini related banget sama kehidupan sehari-hari. Hmm in my humble opinion, it might be related to some of us, but it's not common in Indonesia, at least in my surroundings. Masalah-masalah yang dihadapai mungkin ada yang mirip, tapi case di 13RW ini sebenernya cukup ekstrim untuk terjadi di kehidupan sehari-hari. I mean, mungkin kita bisa relate dengan case A atau case B, tapi mungkin ngga separah Hannah dan seseorang kayaknya jarang untuk mengalami banyak case sekaligus seperti pemeran utama series ini. Ngga tau sih kalo di negara lain, tapi rasanya di Indonesia ini agak uncommon.
Yang mau gue bilang disini adalah, every person, each person, has their own story, has their own problem. Kita ngga akan pernah tau kenapa seseorang bisa jadi seperti A atau seperti B tanpa tau histori kehidupannya. Jujur di film ini perhatian gue cukup tertuju sama sosok Justin, seseorang yang tampak nakal dan begajulan but fragile inside. Ketika tau dia berasal dari broken family, dan apa yang terjadi di hidupnya dia, justru gue kasihan banget sama dia terlepas dari apa yang dia lakukan.
Setiap orang dengan setiap masalahnya, punya potensi untuk melakukan bunuh diri seperti yang Hannah lakukan. Hanya aja, potensi itu berbeda-beda tingkatannya. Bunuh diri mungkin terdengar ekstrim, tapi surprisingly, I met those cases at least 4 times in the past 4 years. No, no, bukan gue mencoba bunuh diri, but my friends did.
Setidaknya gue punya 4 temen dari circle berbeda, dengan usia dan jenis kelamin berbeda, yang pernah punya pemikiran bahkan pernah melakukan percobaan bunuh diri. Ini di luar temen-temen yang pernah mengalami depresi, ya, the real depression. Soal mental health and suicidal thought ini nanti mungkin bisa dibahas di lain post kali ya.
Nah selesai nonton season 1 gue ga langsung lanjut ke season 2 karena season 2 lebih nyeritain tentang kehidupan masing-masing tokohnya dan katanya kurang bagus. Meskipun kayaknya bakal nambah pemahaman sih buat gue yang seneng pelajarin histori hidup orang sehingga tau kenapa seseorang berperilaku demikian.
Insatiable
Disini dia dibantu sama seorang coach yang lagi terpuruk karirnya dan berusaha naikin reputasinya lagi, dengan cara bikin Patty menangin kontes kecantikan. Bener-bener segala cara dilakuin buat menangin kontes itu.
Meskipun rating di IMDB dan Rotten Tomatoes jelek, tapi jujur gue suka wkwk. Karena ringan, kocak, ga perlu mikir, terus amarah dan ambisinya realistis, meskipun konfliknya agak drama dan ga realistis sih. But it is just a movie, isn't it? Btw tipe komedinya disini dark humor.
Nah.. Ending season 1 ini masih gantung. Gue berharap banget ada season 2-nya meskipun banyak yang kritik film ini. Salah satunya bilang film ini mengangkat body-shaming. Iya bener film ini mengangkat tema body-shaming tapi rasanya emang itu menggambarkan apa yang terjadi di kenyataan. Justru menurut gue film ini dengan berani mengangkat sesuatu yang cukup tabu.
You
Gue ga mau cerita banyak soal series ini karena serunya tuh ditonton sendiri! Super bikin penasaran sekaligus deg-degan, karena emang ini termasuk film thriller, crime, dan drama. Jujur awal-awal gue takut nonton ini, takut sadis dan menegangkan. Tapi ternyata nggak segitunya kok. Masih bisa ditoleransi sama gue yang ga demen film sadis dan bikin takut nonton sendiri. Intinya mah I highly recommend this series! Buruan cuss nonton.
The Good Place
Ceritanya tentang after life, kehidupan setelah kematian. Instead of namain heaven and hell, mereka pake namanya the good place dan the bad place. Tapi tenang, penggambaran surga dan nerakanya nggak serem kok. Justru disajikan dengan modern. Inti ceritanya apa ga bisa gue kasih tau disini karena akan jadi spoiler.. Yang pasti series ini ada tujuan akhirnya, bukan yang ngalor-ngidul ga jelas. Terus menurut gue series ini lucu dan ringan. Komedinya cocok di gue. Plus, no bad words and sexual scene because it is prohibited LOL.
Tapii di satu sisi series ini reflektif banget banget buat gue. Bikin jadi mikir, gue di dunia ini ngapain aja ya? Banyakan hal baik atau buruk yang gue lakuin? Apa iya hal-hal yang selama ini gue pikir baik itu beneran baik? Dan bener-bener ngerasa kalo setiap hal kecil yang kita lakuin itu dihitung. Sumpah ada masanya gue bener-bener jadi mikir dan galau sendiri pas nonton series ini. Di satu sisi terhibur nontonnya tapi di satu sisi jadi merasa penuh dosa. Ga nyangka sih gue pikiran-pikiran reflektif dan spiritual itu bisa dateng gara-gara film macem ini.
Anyway, overall it is a good series! Am looking forward for the third series.
Dating Around
Di tengah-tengah kesibukan kuliah dan kerja, kadang gue pengen refreshing sebentar jadi cari series yang ringan, durasinya sebentar, dan ga bikin penasaran buat binge watching. Gue pun iseng-iseng nonton series ini. Meskipun series ini masih on-going belum full 1 season, tapi gapapa karena ini ga bersambung dan ga bikin penasaran juga haha.
Ceritanya tentang proses dating, kencan, PDKT, apalah namanya. Intinya proses perkenalan buat mencari calon pasangan yang cocok. Konsepnya menarik, realistis, dan mengambil perspektif dari berbagai macam orang dan kalangan. Ada yang perempuan nyari laki-laki, ada yang laki-laki nyari perempuan, ada juga yang laki-laki mencari laki-laki, sampe opa-opa duda nyari pasangan. Setiap episode ceritanya beda-beda dan ga berhubungan satu sama lain.
Cerita diawali dengan 5 kencan pertama. Lalu pelan-pelan dari 5 orang tersebut ada yang "tereliminasi" karena di perjalanannya menemukan ketidakcocokan. Sampe akhirnya si peran utama memutuskan mau kencan kedua sama yang mana. Menurut gue ceritanya sederhana. Setiap karakter disini membawa latar belakang dan cerita yang beda-beda. Ga banyak konflik, ga drama, ga neko-neko. Jadi kalo kalian lagi pengen sesuatu yang sophisticated, this isn't it. Nonton ini rasanya kayak lagi observasi perilaku manusia saat dating aja sih haha. Dasar anak psikologi, kerjanya merhatiin orang mulu.
Yang gue suka dari series ini adalah the idea of straight-forward dating. Kayak udah gede, sama-sama tau kalo mereka lagi dating buat nyari potential partner, cocok lanjut kalo ga cocok ya udah no baper. Bukan tipe dating yang buat flirting doang gitu. Ga bertele-tele juga, bener-bener saling mengenal dari pertemuan pertama. Bahkan banyak pembicaraan yang lumayan personal walaupun baru kenal. Pembicaraannya pun cukup realistis.
Series ini nggak dibuat untuk wow-ing, nggak mengeluarkan kalimat-kalimat atau adegan-adegan yang mengejutkan, dan bukan series yang bikin kamu bergumam "awww" juga. Bener-bener sederhana deh. Tapi satu episode yang paling gemes buat gue itu siih yang ada opa-opa nyari partner. Gemashh liat elderly kencan haha.
***
Ternyata film dan seriesnya Netfix bagus-bagus ya. Dan banyak yang berani angkat isu-isu tabu. Di luar series yang gue ceritain ini sempet ada beberapa series lain yang gue tonton tapi cuma beberapa episode karena nggak cocok. Kalo kamu sukanya nonton series apa? Let me hear yours.
0 comments