Hi everyone, how's everybody doin'?
Gimana rasanya setelah seminggu #dirumahaja karena Corona outbreak ini? Is everybody ok? This is just me, checkin' on my friends, especially the extrovert fellas. Sebagai orang yang introvert dan terbiasa #dirumahaja sejak setahun lalu, nothing really changes my daily activities gara-gara self-quarantine ini. Di saat orang-orang mengeluhkan bosen di rumah, terutama temen-temen ekstrovert yang udah mati gaya since day 1, gue malah seneng-seneng aja dengan kebijakan working from home (WFH) ini karena berasa back to my roots haha. Gue pribadi udah terbiasa dengan sistem kerja WFH sejak tahun 2016. Apalagi sejak jadi freelancer di tahun 2018, WFH is my daily life haha.
Gue yang lagi dalam periode magang dan harus ke kantor setiap hari jadi back to my roots untuk ngapa-ngapain #dirumahaja mulai dari kerja, nugas, nonton, olahraga, dll. Sebenernya selama ada yang dikerjain, harusnya bisa ga mati gaya. Toh kan judulnya working from home bukan holiday atau day off. Nah tapi emang mesti cari-cari kegiatan juga sih biar ga bosen, terutama kalo weekend.
Tapi yang ngebedain self-quarantine ini dengan WFH sehari-hari paling jadi ngerasa terbatasi untuk pergi-pergi tentunya. Kalo dulu selama WFH dan stay at home bisa bebas pergi kemanapun dan ketemu siapapun kapanpun, sekarang ngga bisa. Mau pergi makan keluar sebentar aja mikiiiirr banget. Banyak janjian yang terpaksa dibatalin atau ditunda, banyak ajakan yang dengan berat hati harus ditolak, ada undangan yang ga bisa dihadiri, dan tiket-tiket acara yang direfund.
Sebagai orang yang hayuk-an kalo diajak pergi, gue harus menguatkan iman banget untuk tetep stay at home. It's not easy, but better safe than sorry. Semua demi kesehatan dan keselamatan bersama. Bukan waktunya egois mentingin keinginan sendiri, tapi mesti peduli sama orang-orang sekitar yang bisa kena dampaknya kalo kita egois memaksakan untuk pergi ke luar. Karena bisa aja kitanya ngga kena Corona tapi jadi carrier dan bisa menularkan orang lain. Ini aja sih yang beratnya dari self-quarantine buat gue, the rest is okay.
Untungnya hubungan sosial masih bisa dimaintain berkat adanya teknologi. Chats, calls, DMs, vicon, go utilize them all. Mari manfaatkan teknologi yang ada di sekitar kita untuk tetep connected dengan orang lain. Satu hal yang emang paling berasa dari stay at home ini adalah interaksi sosial yang pastinya jauh berkurang. Buat yang belum terbiasa pasti berat rasanya, gue pun dulu pas awal-awal jadi freelance sempet ngerasain gitu. Tapi lama-lama terbiasa kok. You'll find your way to stay sane and happy during this period of time.
Fenomena self-quarantine dan #dirumahaja ini mengingatkan gue sama series terbarunya Netflix yang judulnya The Circle. Waktu itu asal pilih aja karena bingung mau nonton apa. Baca sinopsisnya kayaknya seru dan memutuskan untuk nonton. Turns out ternyata emang seru banget!! One of the best reality show I've watched. Go watch it if you have time.
Gimana rasanya setelah seminggu #dirumahaja karena Corona outbreak ini? Is everybody ok? This is just me, checkin' on my friends, especially the extrovert fellas. Sebagai orang yang introvert dan terbiasa #dirumahaja sejak setahun lalu, nothing really changes my daily activities gara-gara self-quarantine ini. Di saat orang-orang mengeluhkan bosen di rumah, terutama temen-temen ekstrovert yang udah mati gaya since day 1, gue malah seneng-seneng aja dengan kebijakan working from home (WFH) ini karena berasa back to my roots haha. Gue pribadi udah terbiasa dengan sistem kerja WFH sejak tahun 2016. Apalagi sejak jadi freelancer di tahun 2018, WFH is my daily life haha.
Gue yang lagi dalam periode magang dan harus ke kantor setiap hari jadi back to my roots untuk ngapa-ngapain #dirumahaja mulai dari kerja, nugas, nonton, olahraga, dll. Sebenernya selama ada yang dikerjain, harusnya bisa ga mati gaya. Toh kan judulnya working from home bukan holiday atau day off. Nah tapi emang mesti cari-cari kegiatan juga sih biar ga bosen, terutama kalo weekend.
Tapi yang ngebedain self-quarantine ini dengan WFH sehari-hari paling jadi ngerasa terbatasi untuk pergi-pergi tentunya. Kalo dulu selama WFH dan stay at home bisa bebas pergi kemanapun dan ketemu siapapun kapanpun, sekarang ngga bisa. Mau pergi makan keluar sebentar aja mikiiiirr banget. Banyak janjian yang terpaksa dibatalin atau ditunda, banyak ajakan yang dengan berat hati harus ditolak, ada undangan yang ga bisa dihadiri, dan tiket-tiket acara yang direfund.
Sebagai orang yang hayuk-an kalo diajak pergi, gue harus menguatkan iman banget untuk tetep stay at home. It's not easy, but better safe than sorry. Semua demi kesehatan dan keselamatan bersama. Bukan waktunya egois mentingin keinginan sendiri, tapi mesti peduli sama orang-orang sekitar yang bisa kena dampaknya kalo kita egois memaksakan untuk pergi ke luar. Karena bisa aja kitanya ngga kena Corona tapi jadi carrier dan bisa menularkan orang lain. Ini aja sih yang beratnya dari self-quarantine buat gue, the rest is okay.
Untungnya hubungan sosial masih bisa dimaintain berkat adanya teknologi. Chats, calls, DMs, vicon, go utilize them all. Mari manfaatkan teknologi yang ada di sekitar kita untuk tetep connected dengan orang lain. Satu hal yang emang paling berasa dari stay at home ini adalah interaksi sosial yang pastinya jauh berkurang. Buat yang belum terbiasa pasti berat rasanya, gue pun dulu pas awal-awal jadi freelance sempet ngerasain gitu. Tapi lama-lama terbiasa kok. You'll find your way to stay sane and happy during this period of time.
Fenomena self-quarantine dan #dirumahaja ini mengingatkan gue sama series terbarunya Netflix yang judulnya The Circle. Waktu itu asal pilih aja karena bingung mau nonton apa. Baca sinopsisnya kayaknya seru dan memutuskan untuk nonton. Turns out ternyata emang seru banget!! One of the best reality show I've watched. Go watch it if you have time.
Jadi The Circle ini semacam social experiment dimana ada sekitar 8 orang (disebut player) yang tinggal di sebuah apartemen, tapi mereka tinggal sendirian di unit apartemen yang beda-beda. Jadi masing-masing dari mereka tinggal di 1 unit apartemen dan ngga pernah ketemu satu sama lain. Mereka juga terisolasi dari dunia luar, ga boleh pegang hp dan laptop. Mereka cuma bisa berinteraksi sama sesama player lewat social media bernama Circle.
Yang kerennya, social media ini voice-activated jadi para player itu ga perlu ngetik, cukup ngomong dan kasih command nanti Circle-nya yang akan langsung ngetikin dan eksekusi perintahnya. Mirip-mirip Siri gitu lah tapi lebih canggih. Misalnya mau ganti profile picture tinggal suruh Circle, mau liat profil orang tinggal bilang Circle, mau start group chat tinggal suruh Circle. Canggih banget Circle ini.
Yang kerennya, social media ini voice-activated jadi para player itu ga perlu ngetik, cukup ngomong dan kasih command nanti Circle-nya yang akan langsung ngetikin dan eksekusi perintahnya. Mirip-mirip Siri gitu lah tapi lebih canggih. Misalnya mau ganti profile picture tinggal suruh Circle, mau liat profil orang tinggal bilang Circle, mau start group chat tinggal suruh Circle. Canggih banget Circle ini.
Ngga sekedar interaksi biasa, di acara ini para player harus bersaing untuk jadi player yang paling disuka untuk menangin hadiah 100 ribu dollar. Setiap harinya mereka akan saling kasih rating, player dengan rating tertinggi akan jadi Influencer dan bisa nge-block player lain. Nah player yang diblock itu akan tereliminasi.
Series ini seru banget karena di setiap episodenya ada sesuatu yang baru jadi bikin penonton surprised. Nah, selama nonton series ini pun sempet timbul beberapa pertanyaan di benak gue. Apakah kebutuhan sosial manusia bisa terpenuhi hanya lewat interaksi dunia maya tanpa interaksi langsung di dunia nyata sama sekali? Apa yang dirasain orang-orang ini selama berhari-hari sendirian dan ga ketemu orang lain? Apakah orang-orang ini ngerasain bosen atau stres karena terkungkung sendirian? Apakah orang bisa bener-bener jalin deep relationship dengan orang-orang yang belom pernah mereka temui secara langsung dan cuma ngobrol lewat dunia maya? Apakah orang-orang di dunia maya bisa beneran dipercaya? Tipe orang kayak apa kah yang disenangi orang lain di dunia maya?
Untuk beberapa pertanyaan sepertinya akan terjawab selama masa self-quarantine ini. Kita bisa liat apakah orang-orang bisa "survive" terisolasi dari dunia luar selama at least 14 hari ini. Apakah orang-orang pada ngerasa bosen atau justru enjoy di rumah aja? Apakah kebutuhan sosial dan interaksi orang-orang bisa terpenuhi tanpa tatap muka langsung sama sekali. Apakah lama-lama orang akan stres karena ga bisa keluar dan ketemu banyak orang. Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin akan terjawab setelah masa self-quarantine ini berakhir. Dan seru banget kalo beneran ada yang bikin riset tentang ini. Someone please make one, I'm really curious.
Gue pribadi sejauh ini masih merasa tercukupi kebutuhan sosialnya lewat dunia maya. Ya itu tadi, socmed, chat, call, vicon, DM, dll. Dan dari pengalaman gue, kita bisa kok jalin true relationship dengan orang-orang lewat dunia maya, bahkan untuk orang-orang yang baru kita kenal atau ga pernah ketemu sama sekali. Kalo nonton The Circle, mungkin ada yang bertanya gimana bisa seorang Shubam segitu terikatnya sama Joey dan Rebecca walaupun belom pernah ketemu, bahkan sampe nyebut mereka sebagai bro & sis. Tapi dari pengalaman gue, ternyata emang possible kok. Kalo tau dulu jamannya Friendster dan MSN, lalu Facebook, banyak banget orang yang tiba-tiba kenal dari sana. Saling add gara-gara ada mutual friends, kenalan, ngobrol-ngobrol, dan pertemanannya berlanjut untuk jangka waktu yang lama bahkan sampe ke dunia nyata.
Lalu sekarang ada Twitter, Instagram, Couchsurfing, dan berbagai macam dating apps yang memungkinkan kita untuk terkoneksi dengan orang-orang baru. Dan sangat memungkinkan untuk dapet temen baru, pasangan baru, bahkan partner kerja baru! Again, teknologi ini sangat memudahkan kita untuk terkoneksi dengan orang lain, dengan orang yang mungkin ga akan kita temui di dunia nyata tapi ternyata bisa cocok sama kita. Dan bisa banget untuk jalin true relationship dengan orang-orang yang kita temui di dunia maya, bahkan dengan yang belom pernah kita temuin sama sekali. Gue percaya bahwa di dunia ini kita bisa terhubung dan cocok sama banyak orang, cuma mungkin ga dapet cukup kesempatan untuk berinteraksi secara lebih dalam. Jadi yang kita butuhin adalah kesempatan untuk bisa kenalan dan berkomunikasi secara lebih intens sama orang lain, lewat apapun medianya.
Gue pribadi ada beberapa temen yang kenalan secara online, jadi temen ngobrol sampe sekarang, ada yang lalu ketemu di dunia nyata tapi bahkan ada yang belom pernah ketemu sama sekali. It's really nice untuk kenalan sama orang dengan berbagai macam latar belakang. Banyak orang yang gue temui secara online yang kayaknya sulit gue temuin di dunia nyata. Mereka punya latar belakang yang unik, cerita dan pengalaman yang seru, yang mungkin ga ada di sekitar kita. Tapi emang mesti hati-hati, mesti bisa baca orang dan situasi supaya terhindar dari penipuan dan/atau hal-hal yang ga diinginkan. Ada art-nya sendiri dalam berkenalan dengan orang dari dunia maya. Jadi karena punya pengalaman ini, gue jadi cukup paham kenapa Shubam bisa segitu merasa terkoneksinya sama Joey dan Rebecca, bahkan sampe menganggap mereka sebagai bro & sis haha.
Jadi, di era teknologi kayak sekarang jangan jadikan social distancing ini sebagai alasan untuk disconnected ya! Banyak banget kemudahan yang ditawarkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan kita, termasuk kebutuhan sosial. Mari berdoa aja biar pandemi Corona ini bisa segera berakhir dan kita bisa ketemu di dunia nyata lagi <3
Stay safe everyone! Jangan lupa rajin-rajin cuci tangan, makan bergizi, minum vitamin, istirahat yang cukup, olahraga, dan #dirumahaja kalo ga penting-penting banget untuk keluar.
Series ini seru banget karena di setiap episodenya ada sesuatu yang baru jadi bikin penonton surprised. Nah, selama nonton series ini pun sempet timbul beberapa pertanyaan di benak gue. Apakah kebutuhan sosial manusia bisa terpenuhi hanya lewat interaksi dunia maya tanpa interaksi langsung di dunia nyata sama sekali? Apa yang dirasain orang-orang ini selama berhari-hari sendirian dan ga ketemu orang lain? Apakah orang-orang ini ngerasain bosen atau stres karena terkungkung sendirian? Apakah orang bisa bener-bener jalin deep relationship dengan orang-orang yang belom pernah mereka temui secara langsung dan cuma ngobrol lewat dunia maya? Apakah orang-orang di dunia maya bisa beneran dipercaya? Tipe orang kayak apa kah yang disenangi orang lain di dunia maya?
Untuk beberapa pertanyaan sepertinya akan terjawab selama masa self-quarantine ini. Kita bisa liat apakah orang-orang bisa "survive" terisolasi dari dunia luar selama at least 14 hari ini. Apakah orang-orang pada ngerasa bosen atau justru enjoy di rumah aja? Apakah kebutuhan sosial dan interaksi orang-orang bisa terpenuhi tanpa tatap muka langsung sama sekali. Apakah lama-lama orang akan stres karena ga bisa keluar dan ketemu banyak orang. Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin akan terjawab setelah masa self-quarantine ini berakhir. Dan seru banget kalo beneran ada yang bikin riset tentang ini. Someone please make one, I'm really curious.
Gue pribadi sejauh ini masih merasa tercukupi kebutuhan sosialnya lewat dunia maya. Ya itu tadi, socmed, chat, call, vicon, DM, dll. Dan dari pengalaman gue, kita bisa kok jalin true relationship dengan orang-orang lewat dunia maya, bahkan untuk orang-orang yang baru kita kenal atau ga pernah ketemu sama sekali. Kalo nonton The Circle, mungkin ada yang bertanya gimana bisa seorang Shubam segitu terikatnya sama Joey dan Rebecca walaupun belom pernah ketemu, bahkan sampe nyebut mereka sebagai bro & sis. Tapi dari pengalaman gue, ternyata emang possible kok. Kalo tau dulu jamannya Friendster dan MSN, lalu Facebook, banyak banget orang yang tiba-tiba kenal dari sana. Saling add gara-gara ada mutual friends, kenalan, ngobrol-ngobrol, dan pertemanannya berlanjut untuk jangka waktu yang lama bahkan sampe ke dunia nyata.
Lalu sekarang ada Twitter, Instagram, Couchsurfing, dan berbagai macam dating apps yang memungkinkan kita untuk terkoneksi dengan orang-orang baru. Dan sangat memungkinkan untuk dapet temen baru, pasangan baru, bahkan partner kerja baru! Again, teknologi ini sangat memudahkan kita untuk terkoneksi dengan orang lain, dengan orang yang mungkin ga akan kita temui di dunia nyata tapi ternyata bisa cocok sama kita. Dan bisa banget untuk jalin true relationship dengan orang-orang yang kita temui di dunia maya, bahkan dengan yang belom pernah kita temuin sama sekali. Gue percaya bahwa di dunia ini kita bisa terhubung dan cocok sama banyak orang, cuma mungkin ga dapet cukup kesempatan untuk berinteraksi secara lebih dalam. Jadi yang kita butuhin adalah kesempatan untuk bisa kenalan dan berkomunikasi secara lebih intens sama orang lain, lewat apapun medianya.
Gue pribadi ada beberapa temen yang kenalan secara online, jadi temen ngobrol sampe sekarang, ada yang lalu ketemu di dunia nyata tapi bahkan ada yang belom pernah ketemu sama sekali. It's really nice untuk kenalan sama orang dengan berbagai macam latar belakang. Banyak orang yang gue temui secara online yang kayaknya sulit gue temuin di dunia nyata. Mereka punya latar belakang yang unik, cerita dan pengalaman yang seru, yang mungkin ga ada di sekitar kita. Tapi emang mesti hati-hati, mesti bisa baca orang dan situasi supaya terhindar dari penipuan dan/atau hal-hal yang ga diinginkan. Ada art-nya sendiri dalam berkenalan dengan orang dari dunia maya. Jadi karena punya pengalaman ini, gue jadi cukup paham kenapa Shubam bisa segitu merasa terkoneksinya sama Joey dan Rebecca, bahkan sampe menganggap mereka sebagai bro & sis haha.
Jadi, di era teknologi kayak sekarang jangan jadikan social distancing ini sebagai alasan untuk disconnected ya! Banyak banget kemudahan yang ditawarkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan kita, termasuk kebutuhan sosial. Mari berdoa aja biar pandemi Corona ini bisa segera berakhir dan kita bisa ketemu di dunia nyata lagi <3
Stay safe everyone! Jangan lupa rajin-rajin cuci tangan, makan bergizi, minum vitamin, istirahat yang cukup, olahraga, dan #dirumahaja kalo ga penting-penting banget untuk keluar.