Tired of looking for a job? Bosen dapet reject letter atau digantungin recruiter terus? Bertanya-tanya kenapa sih kok susah banget dapet kerja? So did I. Dulu gue pernah mengalami ada di fase ini. Pernah sampe se-down itu sampe rada hopeless dapet kerja. Almamater universitas, IPK tinggi, pengalaman organisasi dan kepanitiaan bejibun, gue pikir cukup untuk bikin kita mudah dapet kerja. Then reality hit me.
Sepaket modal di atas ternyata ga membuat kita gampang dapet kerja, hanya sedikit mempermudah. Tanya kenapa? Setelah mengalami hal tersebut berkali-kali, ngobrol sama orang-orang, dan sekarang gue berperan sebagai recruiter, gue dapet insight dan mau coba jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala temen-temen kenapa sekarang segitu susahnya cari kerja. Hopefully ini bisa memberikan insight ya buat temen-temen.
Semua orang tau gimana perekonomian Indonesia saat ini, terutama sejak tahun 2015. Saat itu perekonomian bener-bener lagi turun, perusahaan banyak yang collapse, terus jadinya melakukan efisiensi cost. Efisiensi ini juga tentu berdampak ke tenaga kerjanya. Yang udah di dalem di-PHK untuk mengurangi pengeluaran perusahaan, yang resign ga dicari gantinya (karena ga ada budget juga), dan kalopun mereka cari orang untuk mengisi suatu posisi, yang mau banyak banget tapi posisi sangat terbatas. Jadi mau ga mau mereka pasti akan sangat selektif dalam memilih karyawan yang paling pas untuk perusahaan mereka. Kenapa gue bilang yang paling pas? Karena sesungguhnya yang dicari perusahaan itu adalah yang pas/fit/cocok, bukan yang terbaik :)
Modal yang gue sebutkan di atas itu, most likely hanya membantu kita untuk lolos screening CV kemudian dipanggil tes atau interview. Kunci utamanya sebenernya di interview. Kalo tes kemudian gagal, yaudah lah ya udah jelas alesannya berarti kita ga lolos minimum score-nya mereka. Tapi kalo di interview terus gagal atau ga ada kelanjutannya? Nah ini yang banyak jadi pertanyaan orang-orang.
Sebenernya jawabannya itu akan ada banyak banget faktor. Yang perlu digarisbawahi, gagal nggak selalu karena kita ga bagus. Simply bisa aja karena ada yang lebih bagus, atau banyak faktor lain yang bikin kita nggak bisa lanjut. Disini gue mau coba jelasin faktor yang pada umumnya terjadi ketika kita nggak lolos sebuah interview.
1. Kamu belum memenuhi kualifikasi
Kalo alasan ini ga usah dipertanyakan lagi lah ya. Udah jelas kenapanya. Ini alasan yang paling umum dan sering terjadi ketika seleksi kerja. Misalnya, kamu daftar perusahaan multinasional yang mewajibkan karyawannya fluent berbahasa Inggris terus kamu nggak bisa bahasa Inggris atau masih terbata-bata, yaudah bye aja. Terus misalnya kualifikasi yang dibutuhkan itu harus bisa mengoperasikan tools atau software tertentu terus kamu nggak bisa, maka kecil kemungkinan kamu untuk lolos. Ya bisa aja sih nanti pas masuk diajarin, tapi kadang perusahaan maunya kandidat yang "siap pakai" karena ngga ada waktu untuk ngajarin dari 0. Makanya penting untuk kita cari tahu skill set apa yang dibutuhkan pekerjaan yang kita inginkan, supaya kita bisa mulai belajar misalnya ikut les, workshop, magang, atau otodidak.
2. Kamu nggak cocok dengan culture perusahaan atau job spec
Ini juga sering banget terjadi, tapi para jobseeker biasanya nggak tau adanya faktor ini. Yang mereka tau cuma "Kualifikasi gue bagus, kenapa gue ga lolos?". Percaya ga percaya, justru hal ini lah yang lebih penting dari sekedar kita memenuhi kualifikasi atau ngga. Yang dicari adalah kecocokan antara personality, visi, prinsip, dan harapan kandidat dengan culture perusahaan. Misalnya nih, kamu termasuk orang yang dinamis, gerak cepet, seneng melakukan hal-hal baru dan pengen tugas yang variatif, seneng keluar dan ketemu banyak orang, tapi ternyata perusahaan tersebut ritme kerjanya slow-pace, jobdesc yang ditawarkan posisi tersebut itu monoton, sifatnya rutinitas, di belakang komputer terus. Nah itu kan ga match. Yang ada nanti kamu ga betah, terus baru sebentar udah cabut.
Terus misalnya kamu tipe yang family man banget. Yang ga mau lembur, yang ga bersedia weekend atau hari liburnya dikorbankan, sedangkan pekerjaannya itu pake sistem shift, atau banyak lemburnya. Ada juga misalnya yang program MT, dirotasi ke seluruh Indonesia dengan beban kerja yang tinggi. Ternyata kita belum semandiri itu untuk tinggal jauh dari keluarga, belum siap tinggal di pelosok-pelosok, dengan beban kerja yang tinggi juga. Ga diterima ga berarti buruk buat kalian kan? Nanti kalo diterima malah ngeluh-ngeluh lagi karena disuruh masuk weekend atau karena homesick.
Ini dia makanya kenapa ada personality assessment atau yang umumnya disebut psikotes. Selain dari interview, personality assessment ini juga salah satu tools yang membantu dalam pengambilan keputusan. Daaan, banyak orang di luaran sana yang nanya gimana sih cara lolos psikotes, atau googling kunci jawaban sebuah psikotes, atau tips n trick cara ngerjain psikotes tertentu. Nih ya dengerin. Kalo kita ngikutin tips n trick itu, kita memodifikasi jawaban kita sesuai jawaban di internet, itu namanya kita malsuin diri kita sendiri dan nantinya akan ngerugiin diri sendiri juga. Kenapa? Misalnya nih kita disuruh gambar pohon, katanya kalo gambar pohonnya gini artinya gini, kalo gambar pohonnya gitu artinya gitu. Terus kita bikin yang kayak gitu supaya kita lolos. Inget, personality assessment itu tujuannya melihat diri kita yang sebenarnya. Kita bisa aja memanipulasi sehingga kita lolos, tapi nanti ternyata di dalemnya kita sendiri yang akan pusing atau ngerasa ga cocok sama kerjaannya atau perusahaannya. So, be yourself. Akan ada waktunya dimana pekerjaan yang cocok untuk kalian itu datang. Sekali lagi, ga diterima bukan berarti buruk buat kalian dan diterima bukan berarti baik bagi kalian kalau dengan cara memanipulasi.
3. Ada kandidat yang lebih baik/cocok
Mengutip kata-kata salah satu temen gue, "Di atas langit masih ada langit." That's truly what it is. Seberapa bagus dan hebatnya kita, akan ada orang di luaran sana yang lebih dari kita. Bukan berarti kita ga bagus, hanya saja ada yang lebih bagus atau lebih cocok dari kita. Bisa juga misalnya perusahaan butuh urgent, terus ada kandidat yang bisa join lebih cepet sedangkan kita baru bisa join bulan depan, maka perusahaan akan pilih kandidat yang bisa join lebih cepet itu. As simple as that.
4. Kamu overqualified
Nah yang ini banyak juga yang ga menyadari hal ini. Kalo sebelumnya kita ga memenuhi kualifikasi, bisa juga kejadian kita overqualified. Seringkali ketika gagal, kita bertanya apa yang kurang dari diri kita. Padahal bisa aja terjadi sebaliknya. Gimana ceritanya bisa overqualified?? Bisa lah. Misalnya kamu punya kemampuan analisis yang luar biasa, seneng menganalisis dan menciptakan sesuatu, tapi ternyata pekerjaan tersebut kebanyakan administratif, monoton, dan ga banyak hal yang bisa dianalisis dan dikembangkan. Maka skill kamu itu akan mubadzir.
Atau misalnya kamu sekarang udah sebagai senior staff terus apply pekerjaan lain yang untuk entry-level dan ga butuh skill yang gimana-gimana, nah itu juga overqualified. Karena semakin skilled orang tersebut, bayarannya juga pasti lebih mahal, sedangkan perusahaan belum tentu butuh itu. Terus juga, nanti orang itu bosen karena mikir "Oh kerjaannya gini-gini aja. Gue ga belajar hal baru disini, ga banyak yang bisa gue kembangin disini". Terus ga lama pindah deh.
5. Posisi tersebut di-hold
Kebutuhan perusahaan bisa aja berubah sewaktu-waktu. Tadinya sebuah posisi dibutuhin, tapi setelah dievaluasi lagi bisa aja ternyata karyawan yang sekarang ada udah mencukupi dan ga butuh karyawan tambahan. Sehingga kandidat yang udah diproses kemudian statusnya di-hold. Secara kualifikasi dia nggak failed, tapi karena posisi tersebut ga dibutuhin lagi atau ga jadi dibutuhin, kandidat ini jadinya di-hold sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Kalo udah gini, kandidatnya ga bisa ngapa-ngapain sih karena semuanya tergantung kebutuhan perusahaan.
6. Belum "klik" sama user-nya
Seseorang ga semata-mata dinilai hanya dari kualifikasi dan kecocokannya dia dengan perusahaan atau pekerjaannya, tapi juga dengan usernya. Siapa sih user itu? User itu adalah yang akan menggunakan jasa kita di perusahaan nanti. Paling sering sih user itu atasan kita. Nah ketika user interview, mereka akan coba ngebangun chemistry dengan kandidat ini. Dia akan mengevaluasi apakah dia dan kandidatnya akan cocok kerja bareng atau ngga. Kalau memang user ini merasa "klik" sama kita, besar kemungkinan kita lanjut. Tapi kalo engga, kemungkinan besar engga lanjut. Terdengarnya emang subjektif dan agak ga adil, tapi ini kenyataannya. Terima ga terima, ini beneran kejadian juga. Karena untuk kerjasama dalam waktu yang lama, biasanya seseorang itu perlu ngerasa "klik" sama partner-nya nanti.
Itulah hal yang pada umumnya terjadi ketika perusahaan nggak meloloskan kandidat saat seleksi kerja. Masih banyak lagi faktor lain, tapi gue rasa hal-hal inilah yang ga diketahui para jobseeker dan gue rasa mereka perlu tahu dari kacamata perusahaan. Ga melulu soal "Gue kurang apa?" Karena again, ga lolos bukan semata-mata karena kita ga bagus, tapi banyak faktor di luar kendali kita yang bikin kita ga lolos. Jadi sekarang harapannya bukan sekedar cepet dapet kerja, tapi supaya dapet pekerjaan yang cocok dengan kita :)
So, believe in yourself and good luck!
Sepaket modal di atas ternyata ga membuat kita gampang dapet kerja, hanya sedikit mempermudah. Tanya kenapa? Setelah mengalami hal tersebut berkali-kali, ngobrol sama orang-orang, dan sekarang gue berperan sebagai recruiter, gue dapet insight dan mau coba jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala temen-temen kenapa sekarang segitu susahnya cari kerja. Hopefully ini bisa memberikan insight ya buat temen-temen.
Semua orang tau gimana perekonomian Indonesia saat ini, terutama sejak tahun 2015. Saat itu perekonomian bener-bener lagi turun, perusahaan banyak yang collapse, terus jadinya melakukan efisiensi cost. Efisiensi ini juga tentu berdampak ke tenaga kerjanya. Yang udah di dalem di-PHK untuk mengurangi pengeluaran perusahaan, yang resign ga dicari gantinya (karena ga ada budget juga), dan kalopun mereka cari orang untuk mengisi suatu posisi, yang mau banyak banget tapi posisi sangat terbatas. Jadi mau ga mau mereka pasti akan sangat selektif dalam memilih karyawan yang paling pas untuk perusahaan mereka. Kenapa gue bilang yang paling pas? Karena sesungguhnya yang dicari perusahaan itu adalah yang pas/fit/cocok, bukan yang terbaik :)
Modal yang gue sebutkan di atas itu, most likely hanya membantu kita untuk lolos screening CV kemudian dipanggil tes atau interview. Kunci utamanya sebenernya di interview. Kalo tes kemudian gagal, yaudah lah ya udah jelas alesannya berarti kita ga lolos minimum score-nya mereka. Tapi kalo di interview terus gagal atau ga ada kelanjutannya? Nah ini yang banyak jadi pertanyaan orang-orang.
Sebenernya jawabannya itu akan ada banyak banget faktor. Yang perlu digarisbawahi, gagal nggak selalu karena kita ga bagus. Simply bisa aja karena ada yang lebih bagus, atau banyak faktor lain yang bikin kita nggak bisa lanjut. Disini gue mau coba jelasin faktor yang pada umumnya terjadi ketika kita nggak lolos sebuah interview.
1. Kamu belum memenuhi kualifikasi
Kalo alasan ini ga usah dipertanyakan lagi lah ya. Udah jelas kenapanya. Ini alasan yang paling umum dan sering terjadi ketika seleksi kerja. Misalnya, kamu daftar perusahaan multinasional yang mewajibkan karyawannya fluent berbahasa Inggris terus kamu nggak bisa bahasa Inggris atau masih terbata-bata, yaudah bye aja. Terus misalnya kualifikasi yang dibutuhkan itu harus bisa mengoperasikan tools atau software tertentu terus kamu nggak bisa, maka kecil kemungkinan kamu untuk lolos. Ya bisa aja sih nanti pas masuk diajarin, tapi kadang perusahaan maunya kandidat yang "siap pakai" karena ngga ada waktu untuk ngajarin dari 0. Makanya penting untuk kita cari tahu skill set apa yang dibutuhkan pekerjaan yang kita inginkan, supaya kita bisa mulai belajar misalnya ikut les, workshop, magang, atau otodidak.
2. Kamu nggak cocok dengan culture perusahaan atau job spec
Ini juga sering banget terjadi, tapi para jobseeker biasanya nggak tau adanya faktor ini. Yang mereka tau cuma "Kualifikasi gue bagus, kenapa gue ga lolos?". Percaya ga percaya, justru hal ini lah yang lebih penting dari sekedar kita memenuhi kualifikasi atau ngga. Yang dicari adalah kecocokan antara personality, visi, prinsip, dan harapan kandidat dengan culture perusahaan. Misalnya nih, kamu termasuk orang yang dinamis, gerak cepet, seneng melakukan hal-hal baru dan pengen tugas yang variatif, seneng keluar dan ketemu banyak orang, tapi ternyata perusahaan tersebut ritme kerjanya slow-pace, jobdesc yang ditawarkan posisi tersebut itu monoton, sifatnya rutinitas, di belakang komputer terus. Nah itu kan ga match. Yang ada nanti kamu ga betah, terus baru sebentar udah cabut.
Terus misalnya kamu tipe yang family man banget. Yang ga mau lembur, yang ga bersedia weekend atau hari liburnya dikorbankan, sedangkan pekerjaannya itu pake sistem shift, atau banyak lemburnya. Ada juga misalnya yang program MT, dirotasi ke seluruh Indonesia dengan beban kerja yang tinggi. Ternyata kita belum semandiri itu untuk tinggal jauh dari keluarga, belum siap tinggal di pelosok-pelosok, dengan beban kerja yang tinggi juga. Ga diterima ga berarti buruk buat kalian kan? Nanti kalo diterima malah ngeluh-ngeluh lagi karena disuruh masuk weekend atau karena homesick.
Ini dia makanya kenapa ada personality assessment atau yang umumnya disebut psikotes. Selain dari interview, personality assessment ini juga salah satu tools yang membantu dalam pengambilan keputusan. Daaan, banyak orang di luaran sana yang nanya gimana sih cara lolos psikotes, atau googling kunci jawaban sebuah psikotes, atau tips n trick cara ngerjain psikotes tertentu. Nih ya dengerin. Kalo kita ngikutin tips n trick itu, kita memodifikasi jawaban kita sesuai jawaban di internet, itu namanya kita malsuin diri kita sendiri dan nantinya akan ngerugiin diri sendiri juga. Kenapa? Misalnya nih kita disuruh gambar pohon, katanya kalo gambar pohonnya gini artinya gini, kalo gambar pohonnya gitu artinya gitu. Terus kita bikin yang kayak gitu supaya kita lolos. Inget, personality assessment itu tujuannya melihat diri kita yang sebenarnya. Kita bisa aja memanipulasi sehingga kita lolos, tapi nanti ternyata di dalemnya kita sendiri yang akan pusing atau ngerasa ga cocok sama kerjaannya atau perusahaannya. So, be yourself. Akan ada waktunya dimana pekerjaan yang cocok untuk kalian itu datang. Sekali lagi, ga diterima bukan berarti buruk buat kalian dan diterima bukan berarti baik bagi kalian kalau dengan cara memanipulasi.
3. Ada kandidat yang lebih baik/cocok
Mengutip kata-kata salah satu temen gue, "Di atas langit masih ada langit." That's truly what it is. Seberapa bagus dan hebatnya kita, akan ada orang di luaran sana yang lebih dari kita. Bukan berarti kita ga bagus, hanya saja ada yang lebih bagus atau lebih cocok dari kita. Bisa juga misalnya perusahaan butuh urgent, terus ada kandidat yang bisa join lebih cepet sedangkan kita baru bisa join bulan depan, maka perusahaan akan pilih kandidat yang bisa join lebih cepet itu. As simple as that.
4. Kamu overqualified
Nah yang ini banyak juga yang ga menyadari hal ini. Kalo sebelumnya kita ga memenuhi kualifikasi, bisa juga kejadian kita overqualified. Seringkali ketika gagal, kita bertanya apa yang kurang dari diri kita. Padahal bisa aja terjadi sebaliknya. Gimana ceritanya bisa overqualified?? Bisa lah. Misalnya kamu punya kemampuan analisis yang luar biasa, seneng menganalisis dan menciptakan sesuatu, tapi ternyata pekerjaan tersebut kebanyakan administratif, monoton, dan ga banyak hal yang bisa dianalisis dan dikembangkan. Maka skill kamu itu akan mubadzir.
Atau misalnya kamu sekarang udah sebagai senior staff terus apply pekerjaan lain yang untuk entry-level dan ga butuh skill yang gimana-gimana, nah itu juga overqualified. Karena semakin skilled orang tersebut, bayarannya juga pasti lebih mahal, sedangkan perusahaan belum tentu butuh itu. Terus juga, nanti orang itu bosen karena mikir "Oh kerjaannya gini-gini aja. Gue ga belajar hal baru disini, ga banyak yang bisa gue kembangin disini". Terus ga lama pindah deh.
5. Posisi tersebut di-hold
Kebutuhan perusahaan bisa aja berubah sewaktu-waktu. Tadinya sebuah posisi dibutuhin, tapi setelah dievaluasi lagi bisa aja ternyata karyawan yang sekarang ada udah mencukupi dan ga butuh karyawan tambahan. Sehingga kandidat yang udah diproses kemudian statusnya di-hold. Secara kualifikasi dia nggak failed, tapi karena posisi tersebut ga dibutuhin lagi atau ga jadi dibutuhin, kandidat ini jadinya di-hold sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Kalo udah gini, kandidatnya ga bisa ngapa-ngapain sih karena semuanya tergantung kebutuhan perusahaan.
6. Belum "klik" sama user-nya
Seseorang ga semata-mata dinilai hanya dari kualifikasi dan kecocokannya dia dengan perusahaan atau pekerjaannya, tapi juga dengan usernya. Siapa sih user itu? User itu adalah yang akan menggunakan jasa kita di perusahaan nanti. Paling sering sih user itu atasan kita. Nah ketika user interview, mereka akan coba ngebangun chemistry dengan kandidat ini. Dia akan mengevaluasi apakah dia dan kandidatnya akan cocok kerja bareng atau ngga. Kalau memang user ini merasa "klik" sama kita, besar kemungkinan kita lanjut. Tapi kalo engga, kemungkinan besar engga lanjut. Terdengarnya emang subjektif dan agak ga adil, tapi ini kenyataannya. Terima ga terima, ini beneran kejadian juga. Karena untuk kerjasama dalam waktu yang lama, biasanya seseorang itu perlu ngerasa "klik" sama partner-nya nanti.
Itulah hal yang pada umumnya terjadi ketika perusahaan nggak meloloskan kandidat saat seleksi kerja. Masih banyak lagi faktor lain, tapi gue rasa hal-hal inilah yang ga diketahui para jobseeker dan gue rasa mereka perlu tahu dari kacamata perusahaan. Ga melulu soal "Gue kurang apa?" Karena again, ga lolos bukan semata-mata karena kita ga bagus, tapi banyak faktor di luar kendali kita yang bikin kita ga lolos. Jadi sekarang harapannya bukan sekedar cepet dapet kerja, tapi supaya dapet pekerjaan yang cocok dengan kita :)
So, believe in yourself and good luck!