life

Inner Circle

April 24, 2016


Dulu gue tipe orang yang sukanya nyimpen masalah sendiri. Enggan untuk cerita ke orang lain karena nggak mau ngebebanin orang lain dengan masalah gue. Gue mikir mereka udah punya masalah sendiri, nggak usah lah ditambah sama masalah gue. Ditambah karena gue nggak biasa cerita ke orang lain, sekalinya cerita biasanya panjang dan detil, merangkum semua masalah dari awal sampe akhir. Gue orangnya males cerita tapi sekalinya cerita langsung panjang dari awal sampe akhir. Jadi gue pikir mereka akan bosen dengerin cerita gue. Dan karena gue tau ceritanya itu akan panjang, gue sendiri males untuk cerita.

Sampai pernah suatu ketika gue bener-bener butuh banget cerita sama orang, gue pun menuangkan semua pikiran dan perasaan gue saat itu. Di luar dugaan banget, ternyata orang itu bener-bener mendengarkan dengan seksama, listen to every single details, dan reaksinya sangat sangat supportif. Dia bener-bener menunjukkan kepeduliannya.

Rasanya gue belum pernah ngerasa sediperhatikan itu. Selama ini iya pasti laah pernah curhat, didengerin, ditanggepin, dan disupport, tapi yang kali ini ngerasanya bener-bener di luar dugaan. Kayak tulus banget gitu ngebantunya.

Setelah cerita gue ngerasa super lega. Seeee-lega itu. Gue pun mulai coba lebih membuka diri untuk cerita ke temen-temen yang lain. Dan setelah cerita ke mereka, I got a good feeling. I felt much better. Ternyata yang trully care sama gue bukan orang itu doang. Disitu gue baru bener-bener sadar kalo banyak orang yang peduli sama gue. Dan realize bahwa when they ask something, they do really care.

Dulunya mungkin kalo cerita ke pacar aja, atau ke satu/dua orang terdekat. Mata gue baru bener-bener terbuka terhadap keberadaan mereka. Selama ini mereka ada di sekeliling gue tapi mungkin gue terlalu fokus dengan yang lain.

Sejak saat itu, gue coba lebih terbuka dan membagi masalah dengan yang lain ketika gue mengalami masalah. Dan setelah gue cerita sama mereka, I feel better, and better, and much better. Pikiran gue tentang kebosanan mereka dengerin cerita gue, atau males menambah beban mereka itu ternyata sama sekali nggak terjadi. Malah sebaliknya, mereka ingin tahu dan menunjukkan kalau mereka itu peduli.


Tapi nggak otomatis abis itu gue cerita terus menerus. Orang juga males kali kalo dicurhatin all the time. Gue mulai membagi cerita ke mereka satu persatu secara bergantian, ceritanya gantian kadang ke si ini, besok ke si itu. Jadi guenya bisa cerita terus tanpa mereka terus-terusan dilimpahi cerita gue.

Mereka bisa membantu gue tanpa selalu memberikan advice. You know, kadang kalau kita cerita itu kita nggak butuh advice. Kita hanya butuh didengar. Telinga yang selalu mendengarkan udah cukup untuk gue. 

Biasanya mereka nggak judge or telling me. Mereka nggak bilang gue harus gini gitu, tapi mereka memberikan pandangan mereka terhadap masalah gue, memberikan perspektif yang berbeda, menceritakan pengalaman yang serupa, itu malah justru membuka pikiran gue banget. Dibanding kalau gue diberi saran harus gini gitu, gue justru lebih bisa dapet insight ketika diberikan perspektif lain dari masalah tersebut. Mungkin saat itu gue fokus sama masalah itu dari sudut pandang gue sendiri, tapi setelah mereka memberikan perspektif yang berbeda, gue jadi bisa lihat sisi lain dari suatu masalah dan jadi lebih bisa menerima dan menghadapi masalah tersebut. 

Btw, out of topic sedikit, dosen gue pernah cerita kalo orang mau curhat itu biasanya dia hanya butuh 1 hal dari ketiga ini: Telinga, mulut, atau bahu. Kadang seseorang hanya butuh telinga untuk didengar, mulut untuk mendapat masukan, atau sekedar bahu untuk bersandar. Yaa bisa juga sih orang tersebut butuh 2, atau ketiganya. Kita perlu tau kebutuhan orang tersebut ketika dia datang ke kita supaya kita bisa bantu dengan tepat. Nice share.

Dan inilah orang-orang yang gue syukuri banget kehadirannya ada di dekat gue.

Guards 2013 yang walaupun proyek udah selesai dari kapan tau tapi rasa kekeluargaannya masih kental banget. Salah satu CG dengan bonding terbaik menurut gue. Tanpa perlu cerita atau apa, berada di tengah-tengah mereka selalu berhasil bikin ketawa. Tetap jadi keluarga ya guards :-)

Temen kuliah, temen sekelompok, temen ngekos (walaupun lo ga ngekos bareng kita, tapi kita menganggap lo part of kosan kok nes saking hampir tiap harinya main ke kosan), temen jalan-jalan, temen cerita, temen gosip, temen curhat, who show that they really were psychology students :-)

Geng flowers yang bukan hanya pintar, tapi juga cerdas. Bukan hanya enak untuk diajak diskusi soal kuliah, tapi juga tentang kehidupan. Yang kalo ngobrol atau curhat sama mereka serasa diskusi (in a positive way). Keep blooming gals!

Kokoh yang males diajak foto. Meskipun mukanya begitu, tapi hatinya selembut hello kitty loh percayalah. Berawal dari rekan kerja di kepanitiaan dan organisasi, turned out jadi temen curhat yang seru banget. Satu-satunya temen cowok yang gue bisa ngelepasin semua masalah sampe nangis-nangis depan dia. Keep rocking bro! Tough times don't last, tough people do.

Kalo yang ini ga usah diceritain deh. Tau banget gue dari mulai masih seragam putih-ijo (iya, putih-ijo), sampe sekarang. Udah saling tau jelek-jeleknya, udah tau aib-aibnya, tau lika-liku kehidupannya, dan masih tetap mau menerima kekurangan masing-masing. Meskipun sempet kepisah beberapa tahun, sekalinya ketemu lagi nothing changes. Semoga segera kumpul lengkap lagi ya ber-6 <3 


Nggak ada foto kamu disitu bukan berarti kamu nggak berarti atau berperan penting buatku. Setiap orang punya peran tersendiri dan sumber belajar tersendiri buat aku. Percayalah kalo aku kenal kamu, pasti aku belajar sesuatu dari kamu. I really like to widen my network & build friendship, but I keep the closest ones. And this is a simple way to appreciate their presence in my life.

You Might Also Like

0 comments