Malam ini ada seorang temen curhat, tentang hubungan pertemanan dia yang lagi kurang baik. Yang mana dia merasa disindir-sindir dalam sebuah grup karena dia jarang ngumpul sama grup itu tapi sering main sama grup lain. Dia juga tau bahwa kebiasaan orang-orang grup itu adalah ngomongin di belakang.
Well, ketika dia curhat ini gue jadi inget pengalaman gue sendiri. Yang gue alami kondisinya ga persis sama kayak dia, tapi ada 2 kesamaan, yaitu toxic environment & negativity. Pertama kali gue ngerasain ini ketika gue main sama orang-orang yang hobinya gosip. Uh, ga cuma gosipin orang lain tapi juga gosipin satu sama lain. Walaupun yang diomongin bukan temen gue atau orang yang ga gue kenal, tapi itu mengganggu gue banget. Kayak ga ada bahasan lain aja selain gosipin orang lain?
Bukan gue sok suci gue ga pernah gosip atau ngomongin orang, tapi ketika itu dilakukan terus menerus setiap saat dan topik obrolan ga jauh-jauh dari ngomongin orang, kayak capek ga sih? You have lots of topic to be discussed. You can discuss about events, news, ideas. I feel useless kalo ngobrol isinya gosip dan buat apa sih berasumsi terus menerus dan ngomongin kejelekan orang lain? Everybody has their own flaws gitu. PLUS, gosip itu nambah dosa.
Dan ketika mereka bergosip, auranya tuh jadi negatif dan gue sangat merasa ga nyaman berada disitu. I want to have fun but they're having fun with their own way. Alhasil biasanya setelah ngumpul sama mereka, gue ngerasa capek dan mood gue jadi ngga bagus. Kenapa capek? Because I have to catch up with their "discussion" and pretend to be interested.
Ok setelah berpikir cukup panjang, gue pun memutuskan untuk meninggalkan mereka perlahan-lahan. Gue menyadari bahwa kebanyakan main sama mereka hanya akan menguras energi gue karena gue merasa (ngomongin orang mulu) itu buruk dan akan nambah-nambah dosa gue.
Susah? Jujur itu susah. Karena pasti mereka akan bertanya-tanya, gue kenapa? Kok agak menjauh? Kok diajakin ngumpul ga mau? Apalagi gue yang cukup overthinking pasti mikir mereka akan mikir apa. Tapi, balik lagi gue ngerasa itu ngga baik buat gue dan penting bagi gue untuk menjaga kesehatan mental gue sendiri. Gue merasa meninggalkan sebuah pertemanan ini proses pendewasaan banget sih.
Dari situ gue belajar banget. Belajar untuk meninggalkan sesuatu yang emang ga baik buat kita. Dan semakin gede, semakin ketemu banyak orang, ternyata toxic environment atau toxic friendship itu semakin banyak ditemukan. Ga sekali dua kali gue ketemu yang begini baik di kehidupan gue pribadi maupun dari cerita orang lain. Alhasil gue pun jadi lebih mudah untuk memilah-milih lingkungan; Lingkungan yang gue mau aktif terlibat di dalamnya, lingkungan yang cukup hadir dan berinteraksi secukupnya, atau memilih untuk meninggalkan sebuah lingkungan yang negatif.
"Ah itu kan elo punya banyak temen. Gue ga punya temen lain :("
Setelah gue pikir-pikir, ini masalah mau atau engganya kita aja dalam membangun sebuah pertemanan. Coba cari temen yang lain, yang cocok sama kita. Ngerasa ga punya temen lain? Di luar sana masih ada 7 miliar orang lain, pasti ada yang mau jadi temen kita kok. Dan ga ada kata terlambat untuk menjalin relasi baru, pertemanan baru. Caranya tentu bisa macem-macem misalnya ikut kegiatan, komunitas, organisasi, atau bahkan online friends yang berujung jadi offline friends!
Sampai saat ini gue masih temenan kok sama orang-orang yang gue ceritain itu. Menjauh dari mereka bukan berarti musuhan atau putus kontak. Gue tetep temenan, tetep kontakan, sesekali ikutan ngumpul, tetep berhubungan baik tapi secukupnya aja ga perlu sampai terlalu deket. Cukup sampai menjalin silaturahmi dan hubungan baik aja ga perlu sampe jadi sahabat.
So, it's totally okay to leave your toxic friends for your own mental health. Karena kalau bukan kita yang peduli dengan kesehatan mental kita sendiri, siapa lagi yang akan? Dan kalau kamu ngerasa ini adalah kamu, ga perlu klarifikasi ke gue apakah ini lo atau bukan, cukup introspeksi diri sendiri aja :) *Bukan nyinyir kok*