Happy New Year! Happy New Decade!
Ini kedua kalinya gue menghabiskan malam tahun baru di luar negeri. Kalo sebelumnya pernah ngerasain tahun baruan di Turki yang ternyata sunyi senyap ngga ada apa-apa, kali ini gue menghabiskan malam tahun baru di kota yang katanya 2020 NYE Top 2 Cities, yaitu Dubai!
Pemilihan Dubai sebagai destinasi wisata kali ini bukan tanpa alasan. Utamanya adalah karena gue dan keluarga nyari destinasi yang lagi ngga bersalju. Cukup sekali aja nyobain liburan saat salju, karena jujur gue anaknya ga tahan dingin, terus bawaannya banyak karena harus bawa baju-baju tebel dan sepatu boots. Belum apa-apa udah berat duluan bawaannya.
Gue pun browsing-browsing negara mana aja yang enak dikunjungi di bulan-bulan Desember. Pemilihannya cukup sulit karena mostly negara yang pengen didatengin lagi winter dan bersalju, apa lagi harus pilih negara yang belum pernah dikunjungi orang tua.
Setelah browsing-browsing, baca sana-sini, pilihan yang memenuhi kriteria adalah Taiwan dan Dubai yang terletak di Uni Emirat Arab. Kedua destinasi ini bukan bucket list gue, bukan yang pengen banget gitu, tapi sepertinya bisa dieksplor lebih lanjut karena ini yang paling possible.
Cari info soal Dubai itu gampang-gampang susah. Susah karena destinasi ini masih terbilang ngga umum untuk turis Indonesia, kecuali yang sekalian umroh, jadi ketika cari di blog orang, postingan di grup traveller, dan website media lokal itu masih minim banget informasinya. Kebanyakan pun pake tur, yang kurang lebih destinasinya mirip-mirip. Sementara itu gue jalan sendiri tanpa tur dan durasinya cukup lama, jadi pengen eksplor tempat-tempat lainnya juga yang ngga ada di itinerary tur.
Untungnya, Dubai itu sangat terbuka dan encourage turis untuk dateng kesana, jadi website-website mereka informatif banget. Informasi yang disediakan sangat lengkap dan memudahkan kami para newbie. Lewat postingan ini, gue akan coba berbagi informasi yang gue kumpulkan, yang semoga bisa memudahkan temen-temen yang mau pergi ke Dubai dan Abu Dhabi nantinya. Loh, kok ada Abu Dhabi?
Iya jadi Dubai dan Abu Dhabi itu deketan, hanya perlu 2 jam perjalanan naik mobil, dan mereka sama-sama bagian dari Uni Emirat Arab. Kedua kota ini adalah kota yang biasa didatengin turis kalo ke UAE. Tur-tur pun biasanya menyelipkan 1 hari Abu Dhabi di tengah tur Dubai.
Kali ini gue akan coba bercerita secara lengkap mulai dari persiapan perjalanan, obyek-obyek beserta harga tiketnya, transportasi selama di sana, tips n trick, dan tentunya pengalaman gue selama disana hehe. Biar bagaimana pun, blog ini ditujukan untuk merekam memori dan pengalaman gue pribadi, termasuk pengalaman jalan-jalan ini :) Cuma karena kemaren gue merasa terbantu dengan informasi yang gue dapetin, jadi mau coba sekalian gue rangkum untuk temen-temen traveller lainnya.
Nah, postingan tentang UAE Trip ini dibagi ke dalam 4 post. Silakan klik bagian yang ingin diketahui.
Part 1 - Pre-Departure
Part 2 - Travel Essentials & Abu Dhabi
Part 3 - Dubai
Part 4 - Dubai
Persiapan: Tiket Pesawat dan Visa
First thing first, gue akan mulai dari tiket pesawat, akomodasi, dan visa. Jujur ini adalah part yang paling bikin deg-degan, karena memutuskan untuk akhirnya ke Dubai itu H-sebulan. Pas mau beli tiket ternyata paspor adek gue udah harus diperpanjang! Alamaak nunggu paspor jadi lama lagi. Waktu itu ngurus perpanjang paspor di ULP Lippo Mall Kemang, paspornya baru jadi 7 hari kemudian, padahal harusnya 3 hari aja. Mungkin kalo ngurusnya di kantor imigrasi yang di Warung Buncit jadinya akan lebih cepet. Belum lagi ngurus visa yang juga butuh waktu.
Waktu itu sempet agak bingung pas mau beli tiket pesawat, karena meskipun banyak pilihan di website-website booking tiket pesawat, tapi ternyata agen-agen tour & travel di Jakarta jarang yang mau buatin visa untuk maskapai non-Emirates! Hampir semua agen yang gue hubungi hanya bisa buatin visa kalo maskapainya Emirates dan Etihad. Ada juga yang mau buatin selain dari 2 maskapai itu, tapi biayanya lebih mahal. Normalnya, visa turis UAE itu harganya 1,6 juta rupiah, nah untuk maskapai non-Emirates biasanya di-charge senilai 2 juta. Padahal, kalo kita beli tiket Emirates kita bisa langsung apply visa via webnya tanpa perlu lewat agen. Di sisi lain, karena gue beli tiketnya kurang dari H-sebulan, tiket Emirates mahalnya udah ga masuk akal.
Sebenernya di internet ada banyak banget website internasional yang bisa apply visa UAE secara online, tanpa persyaratan ribet kayak agen-agen di Indonesia, dan ga harus maskapai Emirates. Nantinya visa ini akan dikirim via email karena UAE udah pake e-visa. Baca review di internet juga lewat web-web ini katanya prosesnya cepet kurang dari seminggu, sedangkan agen-agen di Indonesia bilangnya sekitar 1-2 minggu. Tapi karena belum pernah ngurus e-visa dan waktunya udah mepet, ga berani coba-coba online, takut penipuan.
Akhirnya, setelah menghubungi sana-sini gue dapet kenalan yang bisa buatin visa UAE dengan maskapai non-Emirates. Biayanya pun ternyata ngga lebih mahal dari visa normal, yaitu 1,6 juta. Tentu ini poin plus. Terus ternyata prosesnya pun cepat, yaitu 3-5 hari kerja aja! Dokumen persyaratannya pun ngga ribet, cukup lampirkan scan paspor, scan/foto kartu keluarga, dan tiket pesawat. Ngga perlu foto warna ukuran berapa, ngga perlu rekening koran 3 bulan terakhir, ga perlu isi form ini itu. Nama tour & travel itu adalah AyoWisata. Mereka ini adalah langganan kantor lama gue untuk urus-urus visa, tiket pesawat, dan urusan perjalanan lainnya. But objectively speaking, from my personal experience they still need to improve their service quality. Mesti kitanya yang proaktif sebagai customer.
Yang perlu di-note juga adalah selain dokumen, persyaratan lainnya adalah kita harus pake salah satu jasa mereka sebagai visa guarantor, yaitu antara tiket pesawat, hotel, atau penjemputan dari dan/atau ke bandara. Waktu itu gue pilih penjemputan dari hotel ke bandara, karena udah terlanjut beli tiket pesawat dan hotel di tempat lain. Tapi saran gue mending beli tiket pesawat sekalian di mereka aja dibanding pilih penjemputan atau hotel, karena penjemputan dari/ke bandara mereka terbilang mahal. Waktu itu gue penjemputan untuk 4 orang dengan mobil Previa biayanya 1,3 juta rupiah, padahal kalo naik taksi biasa atau booking mobil online biayanya bisa jauuh lebih murah dari itu. Biaya ini berlaku di seluruh Dubai, ga peduli jarak hotelnya jauh atau deket ke bandara, sedangkan kalo penjemputannya dari/ke Abu Dhabi itu biayanya 3,1 juta.
Akhirnya gue baru bisa beli tiket dan submit dokumen itu sekitar H-2 minggu keberangkatan, nunggu paspor adek gue jadi. Visanya pun baru jadi H-4 keberangkatan. Astaga ini part terdeg-degan sih karena visanya belum keluar sampe Jumat pagi padahal gue berangkat Selasa pagi. Kalo mau diitung working days, udah tinggal 2 hari lagi. Apa lagi katanya kedutaan UAE kalo Jumat libur, astaga bikin panik bangeet. Udah pasrah banget bener deh. Seumur-umur ga pernah ngurus perjalanan semepet ini. Udah nyiapin hati kalau-kalau ga jadi berangkat karena visanya belom keluar.
Alhamdulillah banget banget Jumat siang ternyata visanya keluaar :"""") Leganya bukan main. Kalo dihitung, bener visanya jadi dalam 5 hari kerja. Bener-bener lega dan bersyukur. Setelah visa keluar, gue dan bokap langsung booking tiket-tiket untuk masuk obyek wisata selama di Dubai dan Abu Dhabi.
Nah yang perlu temen-temen perhatiin juga adalah visa untuk negara-negara tempat kalian transit. Meskipun ga keluar bandara, ternyata ada negara dan kota yang tetap membutuhkan visa transit. Waktu itu gue naik maskapai China Southern, yang otomatis transit di Cina. Waktu berangkat transit via Guangzhou, waktu pulang transit via Shenzhen. Ternyata Shenzen butuh visa guys walau ga keluar bandara, padahal Guangzhou-nya engga. Jadi walau masih sama-sama dalam 1 negara, ternyata kebijakan per kotanya bisa beda. Jadi check n recheck lagi ya guys untuk setiap kota yang kalian singgahi!
Persiapan: Entry Ticket
Untuk tiket-tiket obyek, kemaren gue bandingin antara beli tiket on the spot, lewat official website, Klook, Headout, dan TripxTours. Per obyek beda-beda ternyata, ada yang lebih murah lewat Headout, ada yang lebih murah lewat official website, jadi by the time temen-temen mau booking coba cek web-web itu ya. Kalo kemaren gue lebih banyak beli via Headout karena ada kupon juga, jadi jatohnya lebih murah. Yang beli on the spot itu cuma tiket Dubai Miracle Garden dan Dubai Museum, sisanya beli online. Beli online itu nyaman banget karena ga perlu antre beli tiket (yang kebanyakan antreannya lumayan panjang), dapet harga lebih murah, dan kebanyakan juga ga perlu di-print, cukup di-scan via HP. Tapi untuk jaga-jaga kemaren gue tetep print tiket-tiketnya. Nah yang penting untuk dicatat adalah ada obyek yang tiket masuknya itu pake jam, kayak Burj Khalifa, jadi mending beli tiket secara online sebelum berangkat supaya dapet slot di waktu yang diinginkan. Waktu itu aja gue ga dapet di waktu yang dimau karena udah full, jadi harus pilih hari lain.
Persiapan: Itinerary
Ini kedua kalinya gue bikin itinerary sendiri, setelah sebelumnya bikin untuk Japan Trip. Bedanya, kali ini gue bener-bener start from scratch. Kalo sebelumnya gue dapet referensi itinerary dari beberapa temen yang pernah ke Jepang, kali ini gue bikin sendiri karena belum ada temen yang pernah kesana. Kalo ngeliat itinerary tur pun perlu dimodif banget karena kebanyakan tur itu hanya bikin 3-5 hari untuk Dubai dan Abu Dhabi, sedangkan gue 9 hari. Again, website-website Dubai itu informatif banget mulai dari peta turis, cara ke suatu tempat, sampai apa aja yang ada di setiap obyek wisatanya. Ditambah baca review-review dari Trip Advisor dan website lainnya, sangat membantu gue menentukan obyek mana aja yang worth to visit dan bisa diskip.
Dari itinerary yang gue bikin, pada saat di sana ada beberapa adjustment terutama karena timing. Lebih ke dibolak-balik aja sih urutannya, tapi per harinya tetep sama destinasinya.
Day 1 (Abu Dhabi): Dubai Airport (DXB) - Hotel - Sheikh Zayed Grand Mosque - Ferrari World (photo stop) - Yas Mall - Louvre -The Galleria Mall
Day 2 (Abu Dhabi): Abu Dhabi Corniche - Emirates Palace - Etihad Tower (photo stop) - Qasr Al Watan - Heritage Village - Marina Mall
Day 3 (Dubai): The Beach - The Walk - Dhow Cruise @ Dubai Marina - Jumeirah Beach Hotel (Burj Al Arab photo spot) - Souk Madinat Jumeirah - The Pointe, Palm Jumeirah -Atlantis the Palm - Mall of Emirates
Day 4 (Dubai): Al Fahidi Historical Neighbourhood - Dubai Museum - Al Seef - Abra Water Taxi -Spice Souk - Gold Souk - Imagine @ Dubai Festival City
Day 5 (Dubai): At The Top, Burj Khalifa - Dubai Miracle Garden - Global Village
Day 6 (Dubai): La Mer - Jumeirah Mosque - City Walk - Hotel - Desert Safari & Desert Dining
Day 7 (Dubai):Dubai Frame - Dubai Opera - Burj Park - Souk Al Bahar - Dubai Fountain - Dubai Mall - Burj Khalifa (Dubai Downtown) area for NYE
Day 8 (Dubai): Motion Gate - Airport (DXB)
Kebetulan gue sampe di Dubai itu tengah malem, jadi nunggu dulu di bandara sampe jam 6, langsung ke Abu Dhabi. Di saat kebanyakan tur cuma 1 hari di Abu Dhabi, gue nginep 2 hari 1 malam di sana supaya lebih santai dan eksplor obyeknya lebih lama.
Khusus untuk Day 3 urutannya agak ngaco sendiri, awalnya itu gue bikin mulai dari Jumeirah Beach Hotel, Souk Madinat Jumeirah, The Pointe, Atlantis The Palm, Dubai Marina, The Walk, The Beach, tapi karena satu dan lain hal urutannya jadi terbolak-balik dan kurang efisien. Day 4 juga harusnya Souk dulu baru Al Seef, tapi karena belanja mau ditaro di akhir, jadinya Al Seef dulu. Bolak-balik sih jatohnya, jadi nanti coba disesuaikan lagi aja untuk rute yang ini sesuai kebutuhan.
Nah yang gue coret itu adalah yang gue ga jadi datengin, terutama yang mall-mall karena ternyata ya udah aja gitu mallnya. Masih bagusan mall-mall di Jaksel. Masuk ke mall ini rasanya mirip Senayan City, mall yang itu kombinasi Kota Kasablanka dan Grand Indonesia, ini kayak PIM. Haha ya di mana-mana mall mah gitu-gitu aja. Selain mall, ada juga yang ga jadi gue datengin karena ternyata ngga sempet dan bukan prioritas juga.
Kalo mau itinerary lengkap beserta jam, transportasi, biaya transportasi, biaya masuk, dan keterangan lainnya just drop me a message.
Persiapan: Weather, Culture, etc.
UAE dikenal sebagai negara bersuhu tinggi alias panas (banget). Biasanya sih pake baju tipis aja, dan bawa topi mungkin biar ga pusing. Ada seorang temen yang selama di UAE hampir tiap hari minum obat sakit kepala saking kepalanya pusing karena panas.
Tapi, balik lagi bulan apa kamu akan pergi ke negara ini. Paling enak ke UAE itu antara bulan Desember-Februari, karena lagi winter jadi suhunya adem. Gue sendiri kesana bulan Desember, sengaja pilih bulan ini supaya ngga terlalu panas disana. Jangan bayangin winternya akan kayak negara-negara Eropa yang super dingin dan bersalju ya. Winter di UAE itu rasanya kayak lagi di Lembang pagi-pagi. Dingin dingin sejuk, yang kalo kuat ga pake jaket juga masih bisa. Siang harinya matahari tetap terik, tapi suhunya cukup dingin, jadi kalo lagi pas ga kena sinar matahari ya tetep dingin gitu. Anginnya sendiri sih lumayan, tapi ngga yang kenceng banget gitu. Enaknya sih disana udaranya cukup kering, jadi walau kena terik matahari, banyak jalan kaki tapi ngga keringetan. Rambut pun masih on sampai 2 atau 3 hari haha, sedangkan kalo di Indo setengah hari aja udah lepek.
Jujur waktu itu bingung banget harus pake outfit apa ke UAE, karena disana itu terkenal panas, tapi lagi winter gitu loh. Takutnya bawa baju tipis kedinginan, bawa baju tebel takut ketebelan dan salah kostum. Baca di internet pun jawabannya beda-beda. Setelah merasakan sendiri, ternyata pake baju biasa kayak di Indonesia gitu aman kok, paling bawa jaket parasut tipis aja yang bisa nahan angin, buat pagi atau malam hari. Biasanya pagi hari dan jam 4 sore ke atas itu suhunya lebih dingin dan anginnya lebih banyak.
Hal yang juga cukup jadi concern adalah dress code. Berhubung UAE itu negara Islam, kalo gue baca di internet dan hampir semua situs, sangat disarankan pake baju sopan yang menutupi bahu dan lutut. Jadi katanya jangan pake sleveless dan rok atau celana pendek di atas lutut. Jangan juga yang tipis menerawang. Tapi ternyata setelah berada disana dan ngeliat sendiri keadaan aktualnya gimana, orang bebas-bebas aja berpakaian. Dubai dan Abu Dhabi itu udah jadi kota modern, jadi cara berpakaiannya pun cenderung bebas. Banyak kok terutama turis yang pakaiannya terbuka-terbuka gitu. Mungkiin kalo di kota-kota lain masih konservatif gue kurang tau, tapi kalo di Dubai dan Abu Dhabi sendiri udah lebih bebas.
TAPI, yang perlu diperhatikan adalah beberapa obyek wisata punya dress code yang wajib diikuti, terutama obyek yang berkaitan dengan agama kayak Sheikh Zayed Grand Mosque dan Jumeirah Mosque. Semua pengunjung disana apapun agamanya wajib berpakaian tertutup, dan kepalanya juga harus ditutupi alias pake kerudung. Untuk detailsnya nanti gue jelasin di post berikutnya yaa. Tapi intinya beberapa obyek ada yang mewajibkan dress code tertentu, jadi coba dicek-cek lagi rulesnya via web mereka.
Selain tata cara berpakaian, again karena UAE negara Islam ada perilaku-perilaku yang ngga diizinkan disana. Kalo baca di internet sih kayak PDA (public display affection) termasuk gandengan tangan dengan lawan jenis gitu ga boleh. Gue notice hal ini awalnya gara-gara nonton film Sex & The City 2 yang ngambil setting di Abu Dhabi, tapi ternyata hal-hal kayak gini jadi top search di Google juga, kayak boleh ngga holding hands, kissing, unmarried couple stay in one hotel room, dll. Haha mungkin karena kebanyakan turisnya dari negara Barat yang terbiasa kayak gitu kali ya.. Kalo buat orang Indo rasanya hal tersebut ngga terlalu jadi concern. Tapi hal itu perlu di-notice ya, bahwa ada rules setempat yang mengatur hal-hal kayak gitu. Khusus di Sheikh Zayed Grand Mosque, mereka strict banget soal perilaku-perilaku pengunjungnya. Nanti gue ceritain di post berikutnya.
Ngomong-ngomong, film Sex & The City 2 itu cukup ngasih gambaran budaya di UAE sih. Bahkan tentang orang nawarin jam tangan di pasar, yang ternyata akan diajak ke tempat penjualan barang-barang ilegal, ternyata beneran ada juga. Kemaren pas gue ke salah satu pasar (souk) ada orang nawarin jam tangan persis kayak di film itu. Ngga tau beneran akan dibawa ke tempat ilegal apa ngga, tapi lebih baik dihindari aja.
Nah, berikut adalah web-web penting dan informatif seputar Dubai dan Abu Dhabi yang jadi main reference gue kemaren selama persiapan, termasuk list obyek, transportasi menuju kesana, timings, sampe peta wisatanya.
https://www.visitdubai.com/en/discover/things-to-do-in-dubai
https://www.dubai-online.com/
https://visitabudhabi.ae/en/see.and.do/attractions.and.landmarks/iconic.landmarks.aspx
FYI, Kemenlu Indonesia sekarang punya aplikasi bernama Safe Travel loh yang isinya informasi seputar negara-negara, termasuk local rules dan juga kontak KBRI for emergency. Meskipun masih perlu upgrade banget sistem aplikasinya, but this is a good initiative.
Untuk cerita detail tentang transportasi, obyek, dllnya bisa dibaca di post-post berikutnya.
---
Read more here:
Part 2 - Travel Essentials & Abu Dhabi
Part 3 - Dubai
Part 4 - Dubai
Ini kedua kalinya gue menghabiskan malam tahun baru di luar negeri. Kalo sebelumnya pernah ngerasain tahun baruan di Turki yang ternyata sunyi senyap ngga ada apa-apa, kali ini gue menghabiskan malam tahun baru di kota yang katanya 2020 NYE Top 2 Cities, yaitu Dubai!
Pemilihan Dubai sebagai destinasi wisata kali ini bukan tanpa alasan. Utamanya adalah karena gue dan keluarga nyari destinasi yang lagi ngga bersalju. Cukup sekali aja nyobain liburan saat salju, karena jujur gue anaknya ga tahan dingin, terus bawaannya banyak karena harus bawa baju-baju tebel dan sepatu boots. Belum apa-apa udah berat duluan bawaannya.
Gue pun browsing-browsing negara mana aja yang enak dikunjungi di bulan-bulan Desember. Pemilihannya cukup sulit karena mostly negara yang pengen didatengin lagi winter dan bersalju, apa lagi harus pilih negara yang belum pernah dikunjungi orang tua.
Setelah browsing-browsing, baca sana-sini, pilihan yang memenuhi kriteria adalah Taiwan dan Dubai yang terletak di Uni Emirat Arab. Kedua destinasi ini bukan bucket list gue, bukan yang pengen banget gitu, tapi sepertinya bisa dieksplor lebih lanjut karena ini yang paling possible.
Cari info soal Dubai itu gampang-gampang susah. Susah karena destinasi ini masih terbilang ngga umum untuk turis Indonesia, kecuali yang sekalian umroh, jadi ketika cari di blog orang, postingan di grup traveller, dan website media lokal itu masih minim banget informasinya. Kebanyakan pun pake tur, yang kurang lebih destinasinya mirip-mirip. Sementara itu gue jalan sendiri tanpa tur dan durasinya cukup lama, jadi pengen eksplor tempat-tempat lainnya juga yang ngga ada di itinerary tur.
Untungnya, Dubai itu sangat terbuka dan encourage turis untuk dateng kesana, jadi website-website mereka informatif banget. Informasi yang disediakan sangat lengkap dan memudahkan kami para newbie. Lewat postingan ini, gue akan coba berbagi informasi yang gue kumpulkan, yang semoga bisa memudahkan temen-temen yang mau pergi ke Dubai dan Abu Dhabi nantinya. Loh, kok ada Abu Dhabi?
Iya jadi Dubai dan Abu Dhabi itu deketan, hanya perlu 2 jam perjalanan naik mobil, dan mereka sama-sama bagian dari Uni Emirat Arab. Kedua kota ini adalah kota yang biasa didatengin turis kalo ke UAE. Tur-tur pun biasanya menyelipkan 1 hari Abu Dhabi di tengah tur Dubai.
Kali ini gue akan coba bercerita secara lengkap mulai dari persiapan perjalanan, obyek-obyek beserta harga tiketnya, transportasi selama di sana, tips n trick, dan tentunya pengalaman gue selama disana hehe. Biar bagaimana pun, blog ini ditujukan untuk merekam memori dan pengalaman gue pribadi, termasuk pengalaman jalan-jalan ini :) Cuma karena kemaren gue merasa terbantu dengan informasi yang gue dapetin, jadi mau coba sekalian gue rangkum untuk temen-temen traveller lainnya.
Nah, postingan tentang UAE Trip ini dibagi ke dalam 4 post. Silakan klik bagian yang ingin diketahui.
Part 1 - Pre-Departure
Part 2 - Travel Essentials & Abu Dhabi
Part 3 - Dubai
Part 4 - Dubai
Persiapan: Tiket Pesawat dan Visa
First thing first, gue akan mulai dari tiket pesawat, akomodasi, dan visa. Jujur ini adalah part yang paling bikin deg-degan, karena memutuskan untuk akhirnya ke Dubai itu H-sebulan. Pas mau beli tiket ternyata paspor adek gue udah harus diperpanjang! Alamaak nunggu paspor jadi lama lagi. Waktu itu ngurus perpanjang paspor di ULP Lippo Mall Kemang, paspornya baru jadi 7 hari kemudian, padahal harusnya 3 hari aja. Mungkin kalo ngurusnya di kantor imigrasi yang di Warung Buncit jadinya akan lebih cepet. Belum lagi ngurus visa yang juga butuh waktu.
Waktu itu sempet agak bingung pas mau beli tiket pesawat, karena meskipun banyak pilihan di website-website booking tiket pesawat, tapi ternyata agen-agen tour & travel di Jakarta jarang yang mau buatin visa untuk maskapai non-Emirates! Hampir semua agen yang gue hubungi hanya bisa buatin visa kalo maskapainya Emirates dan Etihad. Ada juga yang mau buatin selain dari 2 maskapai itu, tapi biayanya lebih mahal. Normalnya, visa turis UAE itu harganya 1,6 juta rupiah, nah untuk maskapai non-Emirates biasanya di-charge senilai 2 juta. Padahal, kalo kita beli tiket Emirates kita bisa langsung apply visa via webnya tanpa perlu lewat agen. Di sisi lain, karena gue beli tiketnya kurang dari H-sebulan, tiket Emirates mahalnya udah ga masuk akal.
Sebenernya di internet ada banyak banget website internasional yang bisa apply visa UAE secara online, tanpa persyaratan ribet kayak agen-agen di Indonesia, dan ga harus maskapai Emirates. Nantinya visa ini akan dikirim via email karena UAE udah pake e-visa. Baca review di internet juga lewat web-web ini katanya prosesnya cepet kurang dari seminggu, sedangkan agen-agen di Indonesia bilangnya sekitar 1-2 minggu. Tapi karena belum pernah ngurus e-visa dan waktunya udah mepet, ga berani coba-coba online, takut penipuan.
Akhirnya, setelah menghubungi sana-sini gue dapet kenalan yang bisa buatin visa UAE dengan maskapai non-Emirates. Biayanya pun ternyata ngga lebih mahal dari visa normal, yaitu 1,6 juta. Tentu ini poin plus. Terus ternyata prosesnya pun cepat, yaitu 3-5 hari kerja aja! Dokumen persyaratannya pun ngga ribet, cukup lampirkan scan paspor, scan/foto kartu keluarga, dan tiket pesawat. Ngga perlu foto warna ukuran berapa, ngga perlu rekening koran 3 bulan terakhir, ga perlu isi form ini itu. Nama tour & travel itu adalah AyoWisata. Mereka ini adalah langganan kantor lama gue untuk urus-urus visa, tiket pesawat, dan urusan perjalanan lainnya. But objectively speaking, from my personal experience they still need to improve their service quality. Mesti kitanya yang proaktif sebagai customer.
Yang perlu di-note juga adalah selain dokumen, persyaratan lainnya adalah kita harus pake salah satu jasa mereka sebagai visa guarantor, yaitu antara tiket pesawat, hotel, atau penjemputan dari dan/atau ke bandara. Waktu itu gue pilih penjemputan dari hotel ke bandara, karena udah terlanjut beli tiket pesawat dan hotel di tempat lain. Tapi saran gue mending beli tiket pesawat sekalian di mereka aja dibanding pilih penjemputan atau hotel, karena penjemputan dari/ke bandara mereka terbilang mahal. Waktu itu gue penjemputan untuk 4 orang dengan mobil Previa biayanya 1,3 juta rupiah, padahal kalo naik taksi biasa atau booking mobil online biayanya bisa jauuh lebih murah dari itu. Biaya ini berlaku di seluruh Dubai, ga peduli jarak hotelnya jauh atau deket ke bandara, sedangkan kalo penjemputannya dari/ke Abu Dhabi itu biayanya 3,1 juta.
Akhirnya gue baru bisa beli tiket dan submit dokumen itu sekitar H-2 minggu keberangkatan, nunggu paspor adek gue jadi. Visanya pun baru jadi H-4 keberangkatan. Astaga ini part terdeg-degan sih karena visanya belum keluar sampe Jumat pagi padahal gue berangkat Selasa pagi. Kalo mau diitung working days, udah tinggal 2 hari lagi. Apa lagi katanya kedutaan UAE kalo Jumat libur, astaga bikin panik bangeet. Udah pasrah banget bener deh. Seumur-umur ga pernah ngurus perjalanan semepet ini. Udah nyiapin hati kalau-kalau ga jadi berangkat karena visanya belom keluar.
Alhamdulillah banget banget Jumat siang ternyata visanya keluaar :"""") Leganya bukan main. Kalo dihitung, bener visanya jadi dalam 5 hari kerja. Bener-bener lega dan bersyukur. Setelah visa keluar, gue dan bokap langsung booking tiket-tiket untuk masuk obyek wisata selama di Dubai dan Abu Dhabi.
Nah yang perlu temen-temen perhatiin juga adalah visa untuk negara-negara tempat kalian transit. Meskipun ga keluar bandara, ternyata ada negara dan kota yang tetap membutuhkan visa transit. Waktu itu gue naik maskapai China Southern, yang otomatis transit di Cina. Waktu berangkat transit via Guangzhou, waktu pulang transit via Shenzhen. Ternyata Shenzen butuh visa guys walau ga keluar bandara, padahal Guangzhou-nya engga. Jadi walau masih sama-sama dalam 1 negara, ternyata kebijakan per kotanya bisa beda. Jadi check n recheck lagi ya guys untuk setiap kota yang kalian singgahi!
Makanan di pesawat yang enak-enak! Dan halal karena tujuannya ke UAE
Untuk tiket-tiket obyek, kemaren gue bandingin antara beli tiket on the spot, lewat official website, Klook, Headout, dan TripxTours. Per obyek beda-beda ternyata, ada yang lebih murah lewat Headout, ada yang lebih murah lewat official website, jadi by the time temen-temen mau booking coba cek web-web itu ya. Kalo kemaren gue lebih banyak beli via Headout karena ada kupon juga, jadi jatohnya lebih murah. Yang beli on the spot itu cuma tiket Dubai Miracle Garden dan Dubai Museum, sisanya beli online. Beli online itu nyaman banget karena ga perlu antre beli tiket (yang kebanyakan antreannya lumayan panjang), dapet harga lebih murah, dan kebanyakan juga ga perlu di-print, cukup di-scan via HP. Tapi untuk jaga-jaga kemaren gue tetep print tiket-tiketnya. Nah yang penting untuk dicatat adalah ada obyek yang tiket masuknya itu pake jam, kayak Burj Khalifa, jadi mending beli tiket secara online sebelum berangkat supaya dapet slot di waktu yang diinginkan. Waktu itu aja gue ga dapet di waktu yang dimau karena udah full, jadi harus pilih hari lain.
Persiapan: Itinerary
Ini kedua kalinya gue bikin itinerary sendiri, setelah sebelumnya bikin untuk Japan Trip. Bedanya, kali ini gue bener-bener start from scratch. Kalo sebelumnya gue dapet referensi itinerary dari beberapa temen yang pernah ke Jepang, kali ini gue bikin sendiri karena belum ada temen yang pernah kesana. Kalo ngeliat itinerary tur pun perlu dimodif banget karena kebanyakan tur itu hanya bikin 3-5 hari untuk Dubai dan Abu Dhabi, sedangkan gue 9 hari. Again, website-website Dubai itu informatif banget mulai dari peta turis, cara ke suatu tempat, sampai apa aja yang ada di setiap obyek wisatanya. Ditambah baca review-review dari Trip Advisor dan website lainnya, sangat membantu gue menentukan obyek mana aja yang worth to visit dan bisa diskip.
Dari itinerary yang gue bikin, pada saat di sana ada beberapa adjustment terutama karena timing. Lebih ke dibolak-balik aja sih urutannya, tapi per harinya tetep sama destinasinya.
Day 1 (Abu Dhabi): Dubai Airport (DXB) - Hotel - Sheikh Zayed Grand Mosque - Ferrari World (photo stop) - Yas Mall - Louvre -
Day 2 (Abu Dhabi): Abu Dhabi Corniche - Emirates Palace - Etihad Tower (photo stop) - Qasr Al Watan - Heritage Village - Marina Mall
Day 3 (Dubai): The Beach - The Walk - Dhow Cruise @ Dubai Marina - Jumeirah Beach Hotel (Burj Al Arab photo spot) - Souk Madinat Jumeirah - The Pointe, Palm Jumeirah -
Day 4 (Dubai): Al Fahidi Historical Neighbourhood - Dubai Museum - Al Seef - Abra Water Taxi -
Day 5 (Dubai): At The Top, Burj Khalifa - Dubai Miracle Garden - Global Village
Day 6 (Dubai): La Mer - Jumeirah Mosque - City Walk - Hotel - Desert Safari & Desert Dining
Day 7 (Dubai):
Day 8 (Dubai): Motion Gate - Airport (DXB)
Kebetulan gue sampe di Dubai itu tengah malem, jadi nunggu dulu di bandara sampe jam 6, langsung ke Abu Dhabi. Di saat kebanyakan tur cuma 1 hari di Abu Dhabi, gue nginep 2 hari 1 malam di sana supaya lebih santai dan eksplor obyeknya lebih lama.
Khusus untuk Day 3 urutannya agak ngaco sendiri, awalnya itu gue bikin mulai dari Jumeirah Beach Hotel, Souk Madinat Jumeirah, The Pointe, Atlantis The Palm, Dubai Marina, The Walk, The Beach, tapi karena satu dan lain hal urutannya jadi terbolak-balik dan kurang efisien. Day 4 juga harusnya Souk dulu baru Al Seef, tapi karena belanja mau ditaro di akhir, jadinya Al Seef dulu. Bolak-balik sih jatohnya, jadi nanti coba disesuaikan lagi aja untuk rute yang ini sesuai kebutuhan.
Nah yang gue coret itu adalah yang gue ga jadi datengin, terutama yang mall-mall karena ternyata ya udah aja gitu mallnya. Masih bagusan mall-mall di Jaksel. Masuk ke mall ini rasanya mirip Senayan City, mall yang itu kombinasi Kota Kasablanka dan Grand Indonesia, ini kayak PIM. Haha ya di mana-mana mall mah gitu-gitu aja. Selain mall, ada juga yang ga jadi gue datengin karena ternyata ngga sempet dan bukan prioritas juga.
Kalo mau itinerary lengkap beserta jam, transportasi, biaya transportasi, biaya masuk, dan keterangan lainnya just drop me a message.
Persiapan: Weather, Culture, etc.
UAE dikenal sebagai negara bersuhu tinggi alias panas (banget). Biasanya sih pake baju tipis aja, dan bawa topi mungkin biar ga pusing. Ada seorang temen yang selama di UAE hampir tiap hari minum obat sakit kepala saking kepalanya pusing karena panas.
Tapi, balik lagi bulan apa kamu akan pergi ke negara ini. Paling enak ke UAE itu antara bulan Desember-Februari, karena lagi winter jadi suhunya adem. Gue sendiri kesana bulan Desember, sengaja pilih bulan ini supaya ngga terlalu panas disana. Jangan bayangin winternya akan kayak negara-negara Eropa yang super dingin dan bersalju ya. Winter di UAE itu rasanya kayak lagi di Lembang pagi-pagi. Dingin dingin sejuk, yang kalo kuat ga pake jaket juga masih bisa. Siang harinya matahari tetap terik, tapi suhunya cukup dingin, jadi kalo lagi pas ga kena sinar matahari ya tetep dingin gitu. Anginnya sendiri sih lumayan, tapi ngga yang kenceng banget gitu. Enaknya sih disana udaranya cukup kering, jadi walau kena terik matahari, banyak jalan kaki tapi ngga keringetan. Rambut pun masih on sampai 2 atau 3 hari haha, sedangkan kalo di Indo setengah hari aja udah lepek.
Jujur waktu itu bingung banget harus pake outfit apa ke UAE, karena disana itu terkenal panas, tapi lagi winter gitu loh. Takutnya bawa baju tipis kedinginan, bawa baju tebel takut ketebelan dan salah kostum. Baca di internet pun jawabannya beda-beda. Setelah merasakan sendiri, ternyata pake baju biasa kayak di Indonesia gitu aman kok, paling bawa jaket parasut tipis aja yang bisa nahan angin, buat pagi atau malam hari. Biasanya pagi hari dan jam 4 sore ke atas itu suhunya lebih dingin dan anginnya lebih banyak.
Hal yang juga cukup jadi concern adalah dress code. Berhubung UAE itu negara Islam, kalo gue baca di internet dan hampir semua situs, sangat disarankan pake baju sopan yang menutupi bahu dan lutut. Jadi katanya jangan pake sleveless dan rok atau celana pendek di atas lutut. Jangan juga yang tipis menerawang. Tapi ternyata setelah berada disana dan ngeliat sendiri keadaan aktualnya gimana, orang bebas-bebas aja berpakaian. Dubai dan Abu Dhabi itu udah jadi kota modern, jadi cara berpakaiannya pun cenderung bebas. Banyak kok terutama turis yang pakaiannya terbuka-terbuka gitu. Mungkiin kalo di kota-kota lain masih konservatif gue kurang tau, tapi kalo di Dubai dan Abu Dhabi sendiri udah lebih bebas.
TAPI, yang perlu diperhatikan adalah beberapa obyek wisata punya dress code yang wajib diikuti, terutama obyek yang berkaitan dengan agama kayak Sheikh Zayed Grand Mosque dan Jumeirah Mosque. Semua pengunjung disana apapun agamanya wajib berpakaian tertutup, dan kepalanya juga harus ditutupi alias pake kerudung. Untuk detailsnya nanti gue jelasin di post berikutnya yaa. Tapi intinya beberapa obyek ada yang mewajibkan dress code tertentu, jadi coba dicek-cek lagi rulesnya via web mereka.
Selain tata cara berpakaian, again karena UAE negara Islam ada perilaku-perilaku yang ngga diizinkan disana. Kalo baca di internet sih kayak PDA (public display affection) termasuk gandengan tangan dengan lawan jenis gitu ga boleh. Gue notice hal ini awalnya gara-gara nonton film Sex & The City 2 yang ngambil setting di Abu Dhabi, tapi ternyata hal-hal kayak gini jadi top search di Google juga, kayak boleh ngga holding hands, kissing, unmarried couple stay in one hotel room, dll. Haha mungkin karena kebanyakan turisnya dari negara Barat yang terbiasa kayak gitu kali ya.. Kalo buat orang Indo rasanya hal tersebut ngga terlalu jadi concern. Tapi hal itu perlu di-notice ya, bahwa ada rules setempat yang mengatur hal-hal kayak gitu. Khusus di Sheikh Zayed Grand Mosque, mereka strict banget soal perilaku-perilaku pengunjungnya. Nanti gue ceritain di post berikutnya.
Ngomong-ngomong, film Sex & The City 2 itu cukup ngasih gambaran budaya di UAE sih. Bahkan tentang orang nawarin jam tangan di pasar, yang ternyata akan diajak ke tempat penjualan barang-barang ilegal, ternyata beneran ada juga. Kemaren pas gue ke salah satu pasar (souk) ada orang nawarin jam tangan persis kayak di film itu. Ngga tau beneran akan dibawa ke tempat ilegal apa ngga, tapi lebih baik dihindari aja.
Nah, berikut adalah web-web penting dan informatif seputar Dubai dan Abu Dhabi yang jadi main reference gue kemaren selama persiapan, termasuk list obyek, transportasi menuju kesana, timings, sampe peta wisatanya.
https://www.visitdubai.com/en/discover/things-to-do-in-dubai
https://www.dubai-online.com/
https://visitabudhabi.ae/en/see.and.do/attractions.and.landmarks/iconic.landmarks.aspx
FYI, Kemenlu Indonesia sekarang punya aplikasi bernama Safe Travel loh yang isinya informasi seputar negara-negara, termasuk local rules dan juga kontak KBRI for emergency. Meskipun masih perlu upgrade banget sistem aplikasinya, but this is a good initiative.
Untuk cerita detail tentang transportasi, obyek, dllnya bisa dibaca di post-post berikutnya.
---
Read more here:
Part 2 - Travel Essentials & Abu Dhabi
Part 3 - Dubai
Part 4 - Dubai
1 comments
Pengalamannya menarik, semoga sukses selalu,.
ReplyDelete