financial

Melek Investasi

April 11, 2018

Belakangan ini gue lagi concern banget soal financial thingy dan investasi. Bukan tanpa sebab, ini semua berawal dari hadirnya akun-akun Instagram yang bikin melek finansial. Mulai dari akun Instagram-nya Bursa Efek Indonesia (BEI/IDX), perusahaan-perusahaan sekuritas, sampai financial advisor yang lagi dibicarakan banyak orang yaitu Jouska.

Pertama kali gue follow akunnya IDX gara-gara mereka mengkampanyekan banget Yuk Nabung Saham. Selama ini gue lebih terpapar pada tabungan dan reksadana, tapi awam dengan nabung saham. Mulai lah gue follow akun ini.

Selanjutnya ngga sengaja gue nemu akun Sucor, perusahaan tempat gue investasi reksadana. Gue pun langsung visit dan terkesima sendiri sama isinya. Wahh kemana aja gue? Udah hampir 2 tahun invest disana tapi baru tau kalo mereka punya Instagram. Daan kalo ngeliat branding-nya sekarang mereka ini menyasar kaum millenial banget. Jadi semangat dan terpacu lah gue untuk mulai invest lagi.

Ditambah adanya akun Jouska yang banyak sharing cerita nyata dan ngasih edukasi, gue semakin sadar pentingnya investasi. Selain akun-akun di atas, sekarang gue jadi follow beberapa akun-akun yang berhubungan dengan investasi seperti Pasar Modal Syariah, Investor Muda, Bareksa, sampai Ryan Filbert salah satu praktisi di bidang investasi. Kalo mau dicari sih ada banyak banget akun-akun sejenis. Tapi gue merasa kebutuhan saat ini cukup ter-cover dengan akun-akun tersebut.

Sebenernya investasi bukan sesuatu yang baru buat gue. Gue tumbuh di keluarga yang ngajarin untuk melek finansial sejak kecil. Waktu kecil dulu diajarin nabung, saat remaja mulai dikenalin gimana membangun aset, beranjak dewasa disadarkan pentingnya berinvestasi. Jujur gue merasa beruntung sih keluarga ngajarin untuk berinvestasi karena banyak temen-temen gue yang ngga pernah dikenalin investasi sama keluarganya, bahkan keluarganya takut untuk berinvestasi karena pernah denger-denger cerita orang rugi, akhirnya dia juga jadi takut untuk memulai.

Sampai dengan akhir masa kuliah, gue udah sadar banget pentingnya investasi. Tapi gue belum memulai. Gue bingung harus mulai darimana. Jadi yang gue lakukan adalah baca-baca dan ngobrol-ngobrol aja tanpa bener-bener mempraktekannya. Semakin gue sadar ini penting tapi guenya males gerak, semakin gemes sama diri sendiri haha. Kadang suka gemes sama diri sendiri, nyadar akan sesuatu tapi ga berubah untuk melakukannya.

Sampai suatu saat gue magang di salah satu perusahaan sekuritas yaitu Sucor (baca disini). Disana gue melakukan analisis jabatan untuk berbagai macam posisi. Mau ga mau gue harus belajar dong jadinya. Padahal asli, gue awam banget. Gue ga punya background Ekonomi, ga ngerti istilah-istilah dunia keuangan. Tapi disinilah gue justru jadi belajar. Gue mewawancara karyawan-karyawan level tingginya disana, mulai dari Supervisor unit, Manager, Department Head, sampai CEO. Dari situ gue otomatis belajar dan sedikit-sedikit jadi tahu flow kerja perusahaan sekuritas.

Akhirnya gue memutuskan untuk membuka reksadana disana. Sejujurnya gue buka disana karena alasan kemudahan aja sih. Di luar banyak banget perusahaan sekuritas, tapi gue ga ngerti cara memilih dan males juga ngebanding-bandingin perusahaan segitu banyaknya. Berhubung gue udah tau dalemnya Sucor ini kayak gimana dan menurut gue perusahaan ini cukup oke, gue coba buka disana.

Yang namanya mahasiswa, modalnya masih sedikit. Untungnya setoran awal disana engga terlalu besar dan masih oke untuk kantong mahasiswa. Apalagi ini pertama kalinya gue berinvestasi, gue belum berani invest banyak-banyak.

Karena tujuan gue itu adalah investasi jangka panjang, prinsip investasi yang gue pegang saat itu adalah beli dan lupakan. Mau harga turun, harga naik, ga usah terlalu mengkhawatirkan pergerakan harganya karena toh ngga mau diambil sekarang juga kan. Hampir setahun pertama nilai investasi gue selalu minus. Mulai dari minus 300 ribu, turun lagi ke 500 ribu, sampai minus 800 ribuan. Perasaan gue saat itu gimana?

Awalnya santai : "Oh minus? Emang perekonomian lagi turun kok wajar."
Bulan-bulan berikutnya mulai bimbang : "Eh ini kok turun terus ya? Apa saat lagi turun gini sebaiknya gue beli? Tapi kan gue masih newbie. Ini aja ga tau gue bener apa engga investasinya. Hmm liat dulu aja deh."
Lama-lama: "Eh ini bener ga sih keputusan gue invest disini??"
Akhirnya: "Hhh yasudahlah bodo amat. Inget prinsip investasi; beli dan lupakan. Toh ga mo diambil sekarang, nanti juga pasti nilainya naik"

Statement letter bulanan yang dikirim akhirnya males gue buka. Kayak males aja gitu ngeliat angkanya minus terus ga untung-untung haha. Tapi yang namanya investasi reksadana, gue yakin suatu saat akan rebound.

Ternyata kesabaran berbuah hasil. Yang tadinya minus sampe 800 ribu, angkanya berubah mendekati 0. Kemudian mulai profit 300 ribu, sampai terakhir profit 1 jutaan. Alhamdulillah gue investasi di tempat yang bener ternyata haha. Belakangan diketahui kalo Sucor ini justru sekarang jadi perusahaan sekuritas yang dilirik banget karena performance-nya yang bagus. Bahkan beberapa produknya menduduki peringkat 3 besar untuk setiap kategori. Saat itu keyakinan gue kembali dan sejujurnya ada sedikit penyesalan karena ngga invest lebih banyak, karena dihitung-hitung return-nya justru besar hampir mendekati 50% dalam waktu 2 tahun!

Di Sucor gue cuma invest di awal, top up sekali, terus ga pernah gue apa-apain. Disitu gue berandai-andai coba gue rutin investasi seperti plan gue di awal, pasti return-nya akan semakin banyak (Namanya manusia emang maruk dan ga pernah puas ya). Tapi ketika pikiran itu muncul, gue ingetin ke diri sendiri kalo engga apa-apa, anggap aja 2 tahun itu waktunya cek ombak haha. Jadi ga nyesel-nyesel amat.

Awalnya gue berencana rutin investasi setiap bulan. Tapi jujur gue kurang disiplin untuk transfer setiap bulan dan ngga pake sistem auto debit. Kenapa ga pake auto debit? Karena gue pengen milih gue mau investasi kemana. Jadi ga melulu gue investasi di satu tempat aja. Meskipun ujungnya ga jadi investasi tiap bulan, uang yang di rekening tetep gue sisihin. Tetep ada porsinya untuk investasi dan akhirnya investasinya gue rapel, sekali transfer langsung banyak.

Selain ke reksadana, gue coba investasi unit link juga lewat Prudential. Hayoo pada tau ga kalo perusahaan asuransi sekarang juga ada investasinya? Produk investasinya disebut unit link. Ada produk asuransi + investasi, ada juga yang investasi aja.

Lalu pertanyaannya kenapa Prudential? Lagi-lagi jawabannya simple dan alasan kemudahan aja. Pertama, siapa sih yang ga tau Prudential? Gue yakin dengan nama besar dan sustainability perusahaan ini selama bertahun-tahun, perusahaan ini aman. Kedua, gue ada keluarga yang kerja disana jadi gampang aja kalo mo buka account dan nanya-nanya kalo ada apa-apa. Ketiga, jujur gue males sih ngebanding-bandingin perusahaan lagi karena perusahaan asuransi pun juga ada banyak kan, jadi yang udah pasti bagus aja. Terakhir, keluarga gue dari dulu juga udah pake Pru. Dari semua poin itu, insya Allah amanlah.

Setelah mulai merasakan manfaat investasi, gue makin semangat buat belanjain uang gue untuk investasi. Apalagi sekarang sistemnya banyak yang udah online, rasanya jadi kayak belanja online aja gitu. Gue orangnya ga suka belanja, tapi gue suka belanja produk investasi haha. Rasanya kayak main game. Gue pun mulai belajar diversifikasi produk dengan membeli produk yang beda-beda.

Ditambah dengan follow akun-akun tentang investasi, setiap harinya gue dapet market update, edukasi, dan jadi "diingatkan" tentang pentingnya investasi. Buat gue pribadi ini memotivasi banget sih parah. Jadi semangat banget buat belajar lebih dalam tentang investasi terutama investasi pasar modal.

Kenapa pasar modal? Kenapa ngga emas? Kenapa ngga properti? Atau deposito? Hmm panjang nih kalo dijelasin. Tujuan dari tulisan ini bukan untuk edukasi, cuma pengen cerita pengalaman pribadi aja. Untuk part edukasinya bisa baca disini. Intiiinya banget sih sejauh ini gue ngerasa paling cocok investasi di pasar modal. Gue ga bilang ini paling baik, tapi ini paling cocok buat gue. Ngga ribet mesti ngelola barang fisik, bisa jual beli kapan aja, mudah pencairannya, dan return-nya juga lumayan.

Ngga menutup kemungkinan kalo nantinya gue juga coba investasi emas atau lain-lainnya. Tapi satu-satu dulu deh pelan-pelan belajar. Gue masih sangat newbie, masih sangat-sangat perlu belajar, dan semakin kesini gue semakin terpacu untuk mempelajari itu. Lalu kok gue berani investasi padahal masih minim ilmu? At least I take a baby step. At least gue bergerak dan memulai. Karena kalo kumpulin ilmu terus tanpa action juga buat apa. Kalo terus-terusan takut salah, takut rugi, ga bakal mulai!

Ga perlu terlalu banyak mikir lah. Perlu mikir, tapi ngga usah terlalu ribet dan khawatir. Yang penting ga bener-bener 0 pengetahuan ketika memulai. Pahamin aja dulu konsep besarnya. Detil-detil dan analisis mendalam lainnya bisa dipelajarin sambil jalan. Dan juga bisa learning by doing. Toh kalo salah langkah juga uangnya masih bisa di-withdraw. Yang penting investasinya di tempat yang aman dan kredibel, jangan mudah tergiur investasi ga jelas. Ujung-ujungnya nanti investasi bodong.

Ditambah usia juga masih muda dan belum menikah. Tinggal juga masih sama orangtua. Kalopun salah dan rugi, masih banyak waktu untuk ngumpulin duit lagi. Inget guys, uang tuh bisa dicari. Anggap aja kerugian itu bagian dari proses belajar. Anggep aja biaya belajar. Konsep investasi itu semakin awal kita memulainya, sedini mungkin, maka akan semakin baik. Apalagi kalo buat investasi jangka panjang. Makanya gue ngga terlalu mikirin kalo bakal rugi atau harga lagi turun. Toh uangnya ga mau gue pake sekarang juga kan.

Setelah mencoba reksadana dan unit link, gue mulai mempelajari saham. Apa yang terpikir orang awam ketika denger kata "Saham"? Wih canggih, gila, serem, advance, berani. Gue pun berpikir demikian, makanya belum berani terjun langsung ke saham. Mulai dari reksadana dulu aja.

Lalu semakin banyak gue follow akun tentang investasi, pelan-pelan ketakutan gue terhadap saham itu luntur dan berganti dengan penasaran. Penasaran karena banyak yang menggaungkan bahwa sebenernya investasi saham itu ngga seribet yang kita pikirin. Once you understand the market, it will be addictive. Apalagi banyak contoh investor muda yang mungkin start-nya sejak masih mahasiswa. Ini bikin gue yakin kalo semua pasti bisa dipelajari kok.

Gue pun mulai coba daftar-daftar event yang berkaitan dengan belajar saham, buka account di perusahaan sekuritas (Belom diisi kok), baca artikel online, cari buku dan channel YouTube. Sejauh ini sih baru sampe situ aja. Kedengerannya agresif banget ya? Haha ngga kok. Percayalah gue masih Dyani yang mageran :)) Baru sampai tahap collecting source, baca sedikit-sedikit, dan registrasi ini itu. Mungkin nanti gue cerita lagi yah kalo udah ikut acara-acara dan menyelesaikan buku-bukunya hehe. [UPDATE: Kelanjutannya bisa baca disini]

Kalo kamu, kapan mau mulai investasi?

You Might Also Like

1 comments

  1. Thanks infonya, investasi tuh emang penting banget. Tapi sayangnya, masih banyak orang yang takut buat investasi. Alasannya beraneka ragam. Padahal, ketakutan itu bisa diatasi dengan beberapa cara yang ada di sini: solusi takut berinvestasi

    ReplyDelete