3. L'Oreal
Awalnya sama sekali nggak kepikiran untuk daftar disini. Berawal dari ngobrol-ngobrol sama temen, gue pun iseng apply di salah satu beauty company terbesar di Indonesia ini. Pas coba buka websitenya, kebetulan liat vacancy-nya yang terlihat menarik, gue pun iseng apply untuk posisi recruitment intern.
Kenapa akhirnya gue mau daftar internship? Padahal awanya gue ga mau dan maunya langsung kerja permanen. Karena yang gue liat, program internship-nya L'Oreal yang bernama High Flyer Internship (HFI) ini terlihat oke. Mulai dari pekerjaan yang menarik, kesempatan ikut training (Batch sebelumnya bahkan training di kantornya Google!), sampai insentif yang sangat kompetitif untuk jabatan intern. Program magang ini juga salah satu bentuk rekrutmen mereka untuk menjaring potential employee. Tapiii program magang ini berjalan cukup lama yaitu selama 6 bulan.
Yang bikin gue tertarik dari posisi yang gue apply adalah pekerjaannya yang merupakan irisan dari 2 bidang yang gue suka, yaitu HR dan marketing. Dari jobdesc yang ada di website-nya juga tampaknya pekerjaannya meaningful dan dinamis, nggak sekedar admin seperti kebanyakan anak magang pada umumnya.
Yang bikin gue bingung adalah temen gue yang udah apply dari lama, jauh sebelum gue liat lowongan itu, belum dikabarin juga lolos atau nggaknya tapi lowongan ini masih tertera di websitenya. Apakah job advertisementnya belum dihapus, atau memang masih vacant? Yah coba apply aja lah gue pikir. Kali aja beruntung hehe. Akhirnya gue pun coba apply HFI 2015 batch 2 ini.
Phone Interview
Beberapa hari setelah gue apply, gue ditelepon L'Oreal. Sayangnya gue lagi in flight mau liburan. Sejam kemudian gue pun ditelepon lagi pas lagi di perjalanan menuju hotel. Ternyata recruiter-nya mau phone interview, tapi karena situasinya lagi nggak oke akhirnya kami janjian phone interview 1 jam lagi.
Sesampainya di hotel, gue ngechaarge aja di depan hotel sambil nungguin telepon. Yang bikin galau adalah keluarga gue mau pergi makan abis itu jalan-jalan. Ini antara gue ga mau ditinggal sendiri sama ga boleh melewatkan phone interview lagi. Untungnya abis itu gue di-SMS sama interviewer-nya bahwa interview digeser ke after lunch. Gue pun pergi makan sambil nge-charge HP.
Gue tungguin udah di jamnya kok belom ditelepon-telepon, sedangkan keluarga udah mau jalan lagi ke Jatim Park. Akhirnya kami semua berangkat ke Jatim Park, dengan keadaan gue masih was-was nungguin telepon. Sebelum kami masuk ke dalam Jatim Park, gue cari tempat sepi supaya nggak berisik saat phone interview. Sulitnya adalah disana dipasang lagu-lagu pake speaker.
Akhirnya gue menemukan tempat yang super sepi ga ada orang dan duduk menyendiri haha. Gue pun kemudian ditelepon lagi untuk wawancara. Iya, gue wawancara di Jatim Park. Interview berjalan dalam bahasa Inggris dan pertanyaannya masih pertanyaan screening banget, kayak kenapa mau daftar, terus availability, skill yang berkaitan dengan jobdesc. Nggak lama kok wawancaranya.
Di akhir wawancara gue diundang untuk dateng ke assessment center (AC) di kantor mereka. Ternyata jadwal AC-nya adalah lusa yang mana gue masih liburan di luar kota. Gue pun tanya apakah ada jadwal lain yang bisa gue ikuti, tapi kata dia AC lusa itu adalah AC keempat dan kemungkinan akan jadi AC terakhir. So, mau ga mau gue harus withdraw. Kecuali kalo nanti ada AC lagi, pasti gue akan dikabarin katanya.
Oke gue udah relain sih kalo emang harus withdraw karena nggak mungkin juga kan gue baru nyampe Malang dan harus balik ke Jakarta lagi. Jadi yaudahlah.
Ga lama kemudian tiba-tiba gue di-SMS lagi sama interviewer-nya. Katanya dia akan discuss sama HR Manager-nya mengenai kondisi gue. Kalo HR Manager-nya merasa gue adalah potential candidate, bisa aja nanti akan ada asesmen terpisah untuk gue. Tapi worst case-nya adalah gue withdraw.
Disitu gue agak ngerasa deg-dengan sih. Kalo sampe dibikin asesmen terpisah untuk gue dan ternyata gue ga memenuhi ekspektasi mereka, kan jadi nggak enak. Jadi itu jadi beban tersendiri buat gue. Dan gue inget kata dia bahwa udah ada 4x asesmen. Gue mikir kok untuk intern aja sampe 4x asesmen gitu.. Apakah mereka belum dapet-dapet kandidat yang cocok? Apakah itu berarti ekspektasi mereka tinggi banget? Padahal ini intern loh..
Beberapa hari kemudian gue pun di-SMS lagi, dikabarin bahwa gue diundang AC di kantor mereka. Dari invitation email gue menangkap bahwa akan ada beberapa kandidat lainnya bukan cuma gue sendiri. Cukup lega lah gue berarti AC ini bukan hanya gue sendiri.
Assessment Day
Seperti biasa, sekitar 1 jam sebelum jadwal gue udah sampe di lokasi. Kesan pertama begitu masuk ke lobby-nya adalah kantornya elegan banget. Interiornya didominasi oleh warna putih. So elegant. Selain gue, ada 1 kandidat cowok yang udah sampe duluan. Sebut saja X. Gue dan dia pun ngobrol-ngobrol sambil nunggu waktu.
Phone Interview
Beberapa hari setelah gue apply, gue ditelepon L'Oreal. Sayangnya gue lagi in flight mau liburan. Sejam kemudian gue pun ditelepon lagi pas lagi di perjalanan menuju hotel. Ternyata recruiter-nya mau phone interview, tapi karena situasinya lagi nggak oke akhirnya kami janjian phone interview 1 jam lagi.
Sesampainya di hotel, gue ngechaarge aja di depan hotel sambil nungguin telepon. Yang bikin galau adalah keluarga gue mau pergi makan abis itu jalan-jalan. Ini antara gue ga mau ditinggal sendiri sama ga boleh melewatkan phone interview lagi. Untungnya abis itu gue di-SMS sama interviewer-nya bahwa interview digeser ke after lunch. Gue pun pergi makan sambil nge-charge HP.
Gue tungguin udah di jamnya kok belom ditelepon-telepon, sedangkan keluarga udah mau jalan lagi ke Jatim Park. Akhirnya kami semua berangkat ke Jatim Park, dengan keadaan gue masih was-was nungguin telepon. Sebelum kami masuk ke dalam Jatim Park, gue cari tempat sepi supaya nggak berisik saat phone interview. Sulitnya adalah disana dipasang lagu-lagu pake speaker.
Akhirnya gue menemukan tempat yang super sepi ga ada orang dan duduk menyendiri haha. Gue pun kemudian ditelepon lagi untuk wawancara. Iya, gue wawancara di Jatim Park. Interview berjalan dalam bahasa Inggris dan pertanyaannya masih pertanyaan screening banget, kayak kenapa mau daftar, terus availability, skill yang berkaitan dengan jobdesc. Nggak lama kok wawancaranya.
Di akhir wawancara gue diundang untuk dateng ke assessment center (AC) di kantor mereka. Ternyata jadwal AC-nya adalah lusa yang mana gue masih liburan di luar kota. Gue pun tanya apakah ada jadwal lain yang bisa gue ikuti, tapi kata dia AC lusa itu adalah AC keempat dan kemungkinan akan jadi AC terakhir. So, mau ga mau gue harus withdraw. Kecuali kalo nanti ada AC lagi, pasti gue akan dikabarin katanya.
Oke gue udah relain sih kalo emang harus withdraw karena nggak mungkin juga kan gue baru nyampe Malang dan harus balik ke Jakarta lagi. Jadi yaudahlah.
Ga lama kemudian tiba-tiba gue di-SMS lagi sama interviewer-nya. Katanya dia akan discuss sama HR Manager-nya mengenai kondisi gue. Kalo HR Manager-nya merasa gue adalah potential candidate, bisa aja nanti akan ada asesmen terpisah untuk gue. Tapi worst case-nya adalah gue withdraw.
Disitu gue agak ngerasa deg-dengan sih. Kalo sampe dibikin asesmen terpisah untuk gue dan ternyata gue ga memenuhi ekspektasi mereka, kan jadi nggak enak. Jadi itu jadi beban tersendiri buat gue. Dan gue inget kata dia bahwa udah ada 4x asesmen. Gue mikir kok untuk intern aja sampe 4x asesmen gitu.. Apakah mereka belum dapet-dapet kandidat yang cocok? Apakah itu berarti ekspektasi mereka tinggi banget? Padahal ini intern loh..
Beberapa hari kemudian gue pun di-SMS lagi, dikabarin bahwa gue diundang AC di kantor mereka. Dari invitation email gue menangkap bahwa akan ada beberapa kandidat lainnya bukan cuma gue sendiri. Cukup lega lah gue berarti AC ini bukan hanya gue sendiri.
Assessment Day
Seperti biasa, sekitar 1 jam sebelum jadwal gue udah sampe di lokasi. Kesan pertama begitu masuk ke lobby-nya adalah kantornya elegan banget. Interiornya didominasi oleh warna putih. So elegant. Selain gue, ada 1 kandidat cowok yang udah sampe duluan. Sebut saja X. Gue dan dia pun ngobrol-ngobrol sambil nunggu waktu.
Kandidat lain pun satu persatu mulai berdatangan dan kami saling kenalan. Dari hasil ngobrol-ngobrol itu, banyak yang ternyata udah digantungin lama sekitar sebulanan, ada juga bahkan yang udah dapet reject letter terus tau-tau dipanggil lagi. Seolah seperti kekurangan kandidat dan cari yang masih bisa di-reconsider. Sementara gue cepet banget dipanggilnya cuma sekitar seminggu. Hampir semua kandidat juga ternyata seangkatan sama gue yang udah lulus sidang, meskipun judulnya ini intern. Peserta asesmen ternyata untuk function yang berbeda-beda. Mostly untuk marketing dan HR.
Sebelum mulai asesmen, kami pun dibawa ke satu ruangan dan diperkenalkan tentang L'Oreal. Disitu diputar video company profile, dijelaskan company profile juga pake slide yang menarik. Setelah denger penjelasan dari manajernya, gue yang tadinya biasa aja sama company ini jadi tertarik banget.
Tahap pertama assessment center adalah 3-minutes interview. Kami dipanggil secara bergantian untuk proses interview sementara yang lainnya menunggu di ruangan. Alhamdulillah gue bukan peserta yang dipanggil pertama kayak pas di Unilever :') Jadi bisa rileks dan tanya-tanya sama yang udah dapet giliran. Untungnya udah sempet diceritain sama temen gue yang lain tentang proses interview-nya, sehingga gue nggak kaget dan nggak terlalu deg-degan, karena kalo gue baru tahu saat itu juga, sepertinya gue akan kaget banget seperti peserta lainnya.
Sambil menunggu, para peserta juga ngobrol-ngobrol lah untuk saling kenal dan ngurangin ketegangan. Oh ya, menariknya kami juga dikasih beberapa produk L'Oreal yang beda-beda. Tapi sayang karena gue duduknya agak di ujung jadi dapet produk sisa, yaitu sabun cuci muka cowok :(
Tibalah giliran gue yang dipanggil ke dalam ruang interview. 3-minutes interview ini lebih kayak presentasi mengenai diri sendiri dalam bahasa Inggris, karena bener-bener introduction dan sambil berdiri! Ya, sambil berdiri di depan 2 interviewer! Katanya sih kita akan dikasih waktu 3 menit untuk ngomong baru abis itu tanya-jawab. Jadi nggak to' bener-bener 3 menit doang. Tapi kenyataannya, di sela-sela kita ngomong, interviewer langsung memotong kalo mereka punya pertanyaan. Interviewer-nya serius banget mendengarkan. Mukanya juga serius banget. Pada bilang mukanya galak dan nyeremin, tapi gue sih mikirnya itu ekpresi serius mendengarkan aja..
Gue yang tadinya udah menyiapkan script panjang lebar, nge-cut script bener-bener ke poin utamanya aja karena takut kebanyakan dan ada yang nggak sempet tersampaikan. Ternyata gue nge-cut cukup banyak sehingga masih ada sisa waktu sekitar 1 menit. Gue pun sempet nge-blank mau ngomongin apa karena poin-poin utama udah gue sampaikan semua.
Keluar dari ruang interview, pastinya gue ditanya sama seperti yang lainnya. Dan jawaban gue adalah "Yah begitu lah". Nggak yang seneng atau kecewa sih. Overall baik-baik aja meskipun sempet ada pertanyaan yang unexpected.
Dari 18 peserta, ternyata dieliminasi setengahnya untuk lanjut ke tahap berikutnya. Dan Alhamdulillah gue termasuk ke dalam 9 orang yang lolos ke tahap berikutnya.
Kami pun break ISHOMA dulu dan makan siang ternyata disediain. Kami makan di kantinnya L'Oreal di lantai atas, yang tetap terlihat elegan dengan dominansi interior warna putih. Cuma di kantinnya ini lebih berwarna, ada warna-warna bright yang bagus banget dikombinasiin dengan warna putih. Hmm gambarannya kayak di Nicole's Kitchen & Lounge kali ya..
Focus Group Discussion
Tahap selanjutnya adalah FGD. 9 peserta dibagi ke dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompoknya terdiri dari 3 orang. Kami dikasih sebuah business case singkat dan beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Selama diskusi, assessor yang merupakan interviewer sebelumnya mengobservasi kami secara bergantian.
Kami juga diminta membuat presentasi dalam flipchart kemudian mempresentasikan hasil diskusi kami di depan assessor dan peserta lainnya. Setelah itu, setiap kelompok juga diminta mengajukan satu pertanyaan untuk kelompok yang sedang maju presentasi.
Selesai FGD, kami dipersilakan pulang. Fiuhh akhirnyaa berakhir juga hari itu. Lega banget rasanya. Tapi tiba-tiba nggak lama kemudian dikasih tau lagi bahwa gue beserta 2 orang lainnya jangan pulang dulu karena mau di-interview sama user. Katanya mumpung user-nya bisa. What?? Gue yang tadinya udah lega langsung deg-degan lagi.
User Inteview
Dari 3 orang yang ditahan itu, ada 2 orang yang daftar HR, yaitu gue dan satu kandidat lainnya sebut saja si Y. Y di-interview lebih dulu dari gue. Gue pun nunggu sendirian dalam ketegangan. Sekitar 30 menit kemudian gue dibilangin untuk tunggu sebentar lagi, karena si Y lagi diminta ngedesain. What?? Ngedesain?? Ada asesmen tambahan lagi?? Agak panik sih diminta ngedesain apaan coba... Ya meskipun emang related sama jobdesc nantinya sih.
Sambil nunggu dipanggil interview, di waktu yang singkat itu pun gue langsung nge-chat di grup Media nanya beberapa cara di Photoshop yang gue belum ngerti. Ngerasa beruntung banget gue punya temen-temen di Biro Media yang pada jago desain dan responsif ketika ditanya.
Oke, gue pun akhirnya dipanggil interview. Ternyata interviewer-nya adalah 2 orang interviewer di 3-minutes interview sekaligus assessor di FGD. Yah begitulah kalo daftar HR, assessornya biasanya akan itu-itu aja dan keuntungannya kadang di beberapa company kita nggak perlu 2x interview (HR interview dan user interview) karena user kita adalah orang HR, jadi cukup sekali aja.
Di user interview ini pertanyaannya lebih mendalam seputar past experience, seperti pengalaman organisasi dan kepanitiaan. Ditanya kesediaan untuk pulang malem juga karena sepertinya akan ada beberapa waktu kita harus lembur. Gue sih ngerasa interview-nya cepet banget.
Design Assessment
Nah berkaitan dengan jobdesc yang akan dikerjaan yaitu ngedesain, sama seperti si Y gue pun diminta untuk ngedesain. Ternyata yang diminta adalah ngeduplikat poster hard copy ke dalam soft copy menggunakan Adobe Photoshop.
Ada 2 poster berbeda yang bisa kita pilih untuk diduplikat. Poster pertama lebih banyak elemennya dan lebih sedikit tulisannya, sedangkan desain kedua lebih banyak tulisan dibanding elemennya. Menurut gue tingkat kesulitan kedua poster tersebut cukup beda jauh sehingga gue pun pilih yang lebih gampang. Ternyata si Y juga pilih poster yang sama.
Gue dikasih waktu 30 menit untuk mengerjakan desain tersebut. Dari proses pengerjaannya, gue mulai dari yang gampang dulu karena ada beberapa teknik yang gue belum tau caranya. Gue pikir yang penting informasi utama dari poster tersebut tersampaikan. Yang jadi PR banget adalah banyaknya teks yang harus kita ketik. Itu time-consuming banget.
30 menit berakhir dan gue belum selesai. Informasi utamanya sih udah, tinggal aksesoris-aksesorisnya aja yang belum. Gapapalah gue pikir emang gue belum advance banget pake Photoshop. Setelah itu gue pun dipersilakan pulang.
Baru keluar gedung, tiba-tiba gue di-SMS lagi sama recruiter-nya. Dia bilang kedua user masih belum bisa menentukan antara gue dan Y karena hasil desain gue dan Y mirip-mirip. Oleh karena itu gue diminta dateng lagi di hari Seninnya untuk ngedesain lagi. Wow, persaingan semakin di ujung dan semakin ketat.
Belajar dari pengalaman, gue pun dengan niatnya minta bantuan anak-anak Media untuk ngajarin gue beberapa teknik yang belum gue bisa. Untungnya mereka bersedia meluangkan waktu untuk ngajarin gue. Setelah diajarin itu gue pun sempet latihan di rumah untuk praktik langsung apa yang udah diajarin ke gue.
Additional Design Assessment
Kali ini gue nggak dikasih pilihan poster, tapi udah ditentukan dari awal. As predicted, desainnya kali ini lebih susah dan lebih mirip desain sebelumnya yang punya banyak elemen. Di poster ini, elemennya banyak, teksnya pun juga banyak. Tapi kali ini beberapa teks udah disediain di Ms. Word tinggal dicopy, tapi tetep aja ada yang harus diketik.
Untuuung banget gue belajar dulu karena hampir semua yang gue pelajari itu keluar! Macem ujian aja. Overall sih gue bisa mengerjakan dengan cukup baik, meskipun engga selesai juga hehe. Tapi overall udah tercover sih baik teks maupun elemen lainnya. Tinggal sedikit printilan kecil aja yang belum. Ada juga elemen yang nggak tersedia, sehingga gue coba bikin yang mirip. Lolos nggak lolos, gue puas lah sama hasilnya karena gue bisa mengerjakan poster yang kayak gitu hehe.
Keesokan harinya, gue dapet offering dari company lain sedangkan L'Oreal ini belum keluar result-nya. Gue pun berinisiatif untuk tanya result-nya. Manajernya pun nanya apakah ada hal yang gue concern apa gimana. Gue pun menjelaskan kondisinya gue udah di-offer company lain dan untungnya manajernya responsif dan bersedia untuk ngasih tau result keesokan harinya.
Keesokan harinya seharian gue tungguin belum ada kabar juga. Was-was banget karena gue udah harus konfirm offering company lain. Kata temen gue sih manajernya masih bingung karena belum sreg sama kedua kandidat, dan nggak tahu apakah jadinya akan ada yang di-hire atau ngga. Ketika tahu hal itu, keinginan gue untuk intern disana sedikit memudar. Gue pikir buat apa gue kerja disana kalo atasannya sendiri kurang sreg sama gue. Takutnya kalo diterima dan kerja nanti malah jadi kurang nyaman.
Akhirnya baru jam 7 malem gue di-email hasilnya yang menyatakan bahwa gue nggak lolos. Agak sedih sih karena udah jadi kepengen, tapi nggak apa-apa karena gue inget keraguan manajernya dan gue juga udah dapet offering dari company lain juga hehe.
MT Heinz yang bertema Owners Only ini termasuk yang proses seleksinya panjang dan macem-macem. Ada periode online application, online test, video uploading, assessment center, panel interview, dan terakhir coffee with executive. Wah, video uploading dan coffee with executive sesuatu yang baru nih buat gue. Selain itu, beda sama Unilever dan P&G, link untuk online test ga langsung otomatis dikasih setelah submit online application, karena akan ada periode online test tersendiri.
Online Application
Gue daftar program MT Heinz ABC ini pas di UI Career Fair. Saat di job fair aplikan cuma diminta menuliskan email, katanya nanti link online application-nya akan dikirim via email. Ternyata bener, kalo ngecek ke company website-nya emang ga ada job opening. Di awal Oktober pun gue dapet email yang berisi link ke web online application. Online application-nya standar lah data diri gitu. Bagusnya, di website tersebut ada informasi yang cukup lengkap mengenai selection schedule-nya.
Online Psychometric Test
Online Application
Gue daftar program MT Heinz ABC ini pas di UI Career Fair. Saat di job fair aplikan cuma diminta menuliskan email, katanya nanti link online application-nya akan dikirim via email. Ternyata bener, kalo ngecek ke company website-nya emang ga ada job opening. Di awal Oktober pun gue dapet email yang berisi link ke web online application. Online application-nya standar lah data diri gitu. Bagusnya, di website tersebut ada informasi yang cukup lengkap mengenai selection schedule-nya.
Online Psychometric Test
Memasuki periode online test, malam harinya gue dikirimi email yang berisi username, password, dan link untuk online test-nya. Wah gue berasumsi kalo kayak gini berarti ga semua orang bisa ikut online test-nya. Gue pun ga langsung ngerjain tes itu. Gue cari waktu dimana gue cukup lowong dan lagi mood untuk ngerjain tes.
Akhirnya hari Minggu malam tanggal 1 November pun mood gue muncul untuk ngerjain tes itu. Dan karena ga mungkin besok-besoknya sih mengingat gue pasti capek pulang ngantor. Gue pun mulai cari-cari info soal online test-nya. Ternyata katanya online test-nya itu persis kayak online test MT STAR-nya Danone karena sama-sama menggunakan jasa ASI sebagai provider online test-nya. Wah, gue pikir ini bisa menguntungkan orang-orang yang ikut seleksi MT-nya Danone dong karena soalnya sama dan jangka waktunya ga terlalu jauh.
Setelah menyiapkan mental dan alat tempur, gue pun memulai online test-nya. Disini setiap kandidat dikasih kesempatan maksimal 5x login. Bedanya dengan tes Danone, Heinz ini hanya menggunakan 5 subtes, yaitu subtes verbal, numerik, perceptual speed (smart checking), business English, dan personality test.
Meskipun udah beberapa kali ikut online test dan written test untuk seleksi kerja, tetep aja gue deg-degan dan ga tenang. Panik selalu menghampiri gue ketika lagi ngerjain online test, terutama setiap memulai suatu subtes. Yang bikin gue selalu cemas adalah timer-nya. Susah deh untuk fokus. Tapi biasanya mulai ke pertengahan gue udah lebih tenang dan bisa mikir bener. Meskipun demikian, waktu yang dikasih tetep nggak cukup buat gue untuk ngerjain semua soal dengan benar. Strategi pun selalu dibutuhkan.
Beda dengan Unilever dan P&G yang ada practice test-nya, Heinz ini cuma ngasih contoh soal di setiap subtes. Jadi cuma bisa latihan dari situ. Tipe soal verbal, numerik, dan perceptual speed-nya mirip soal SHL kalo kalian tau. Dan thank God finally soalnya dalam bahasa Indonesia!
Jadi soal verbalnya itu menentukan apakah pernyataan di setiap nomor itu benar, salah, atau tidak dapat ditentukan berdasarkan teks yang ada. Kalo soal numeriknya biasa lah tabel-tabel gitu. Tapi kali ini nggak ada diagram lain selain tabel. Yang bikin pusing adalah tabelnya yang panjang ke samping banget. Jadi susah ngeliatnya. Kalo perceptual speed-nya atau yang mereka sebut smart checking adalah menyamakan 2 bentuk/huruf/angka dengan cepat. Misalnya ada teks 625afd, nanti kita cari option yang tulisannya 625afd juga di antara beberapa pilihan yang mirip-mirip.
Untuk subtes verbal dan numerik ini gue nggak menyelesaikan dengan benar karena keterbatasan waktu. Sementara itu untuk perceptual speed gue berhasil menyelesaikannya bahkan masih tersisa waktu sekitar 1,5 menitan yang kemudian gue pake untuk ngecek ulang jawabannya.
Untuk business English waktunya panjang, yaitu 60 menit untuk 60 soal. Soalnya beragam mulai dari bacaan paragraf sampai grammar. Menurut gue soalnya nggak bisnis banget sih, masih cukup general kok kayak soal-soal bahasa Inggris waktu sekolah. 60 menit itu juga buat gue lebih dari cukup untuk menyelesaikan 60 soal tersebut.
Terakhir, ada personality test yang berjumlah 100 pernyataan. Meski terdengar banyak, tapi nggak berasa kok karena setiap item berupa pernyataan singkat dan kita disuruh menentukan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri kita atau engga.
Selesai mengerjakan online test, perasaan gue datar aja. Ga pesimis kayak pas Unilever, atau ga optimis kayak pas P&G. Sekarang ngerjain tes kayak gini udah jadi hal yang biasa aja. Ga mau terlalu excited atau worry juga.
Video Uploading
H-1 periode video uploading, gue dikirimi email yang berisi link, username, dan password untuk tahap video uploading ini. Ternyata Heinz menggunakan sistem gugur, dimana yang nggak dikirimi email itu artinya nggak lolos ke tahap berikutnya. Beberapa orang juga sempet bingung karena nggak dikirimi email invitation, tapi nggak dikirimi reject letter juga.
Kandidat yang lolos diminta membuat video berdurasi 2 menit yang isinya short story about life path & achievement dan alasan kenapa mau join Heinz. Gue (dan kebanyakan kandidat lain) mengupload video di hari terakhir. Dari hasil browsing-browsing, ada yang bikin videonya niat banget banget sampe shooting di segala tempat, sampe yang cuma webcam di kamar pake kaos dan ada juga yang muka ngantuk.
Kalo gue bikinnya lumayan niat sih tapi nggak yang banget banget gitu. Paling fokus di editing aja biar lebih menarik. Sama bikin ala-ala multicam padahal cuma pake kamera HP haha.
Note: Kamu ngga akan nemu video ini di YouTube karena sudah ku-private :p
Focus Group Discussion
Lusanya pun gue dikirim email yang menyatakan gue lolos ke tahap selanjutnya yaitu FGD. FGD-nya pagi hari di kantor pusat Heinz. Gue pikir yang upload video cuma berapa puluh orang dan kebanyakan dari mereka lolos ke tahap FGD. Ternyata gue salah besar.
Di hari FGD gue dateng mepet-mepet dan ruangan udah rame banget. Ketika isi attendance list, gue liat ada nama salah satu kandidat yang gue temui di L'Oreal dan ternyata kami 1 kelompok FGD. Dan membingungkannya 1 kelompok FGD isinya sekitar 17 orang, dan ada 5 kelompok. Kami pun bingung gimana cara FGD di kelompok sebesar itu.
Begitu gue duduk di kelompok gue, gue langsung disambut hangat sama kandidat-kandidat lainnya. Langsung kenalan dan ngobrol-ngobrol nggak kaku. Gue suka nih yang kayak gini, dimana kandidat saling kenalan dan ngobrol-ngobrol. Background pendidikan dan universitasnya pun macem-macem. Si kandidat L'Oreal (Sebut saja si X) itu pun duduk di seberang gue dan kita sempet update progress karier setelah dari L'Oreal itu.
Kurang dari setengah jam kemudian, MC pun membuka acara dan menjelaskan rangkaian acara hari itu beserta company profile Heinz. MC-nya itu adalah orang Meksiko. Ternyata dari 400an orang yang upload video, yang lolos ke FGD ada 180 dan FGD dibagi ke dalam 2 sesi; Sesi pagi dan siang. Dari 180 itu akan di-cut jadi 60 untuk panel interview, dan dari 60 akan di-cut jadi 30 untuk coffee with executives. Terakhir, dari 30 akan di-cut jadi 15 yang kelima belas orang itu lah yang akan dapet posisi MT. Wow, ternyata masih banyak dan panjang bro. Yhaa kalo kayak gini sih ga usah kompetitif-kompetitif amat gue pikir. Peluangnya besar-nggak besar karena saingan masih banyak banget.
Setelah dijelasin, di setiap kelompok besar dihadirkan beberapa assessor dari berbagai function. Pertama, setiap kandidat dikasih selembar kertas yang harus diisi. Isinya kurang lebih mirip sama konten video uploading. Kami dikasih waktu 3 menit untuk mengisi itu, setelah itu secara bergantian diminta memperkenalkan diri selama maksimal 2 menit di depan temen-temen kelompok berdasarkan apa yang udah kita tulis sebelumnya.
Dari hasil observasi gue, sebenernya most kandidat punya background dan achievement yang sama/mirip, yang membedakan adalah gimana cara mereka mem-package itu dan gimana cara mereka mempresentasikan diri mereka. Mulai dari bahasa, cara bicara, gestur, dll.
Setelah itu, kami dibagi lagi ke kelompok-kelompok kecil yang berisi 5 orang kemudian dikasih business case untuk dicari solusinya bersama. Daan gue sekelompok sama si X. Enak sih jadinya karena ada yang gue kenal dan gue tau dia emang oke kemampuan analisa dan komunikasinya. Case-nya lumayan menurut gue. Nggak terlalu sederhana ataupun terlalu kompleks. Wajar lah. FGD itu berlangsung dalam bahasa Inggris dan selama FGD assessor mengobservasi kami secara bergantian.
Terakhir, ada personality test yang berjumlah 100 pernyataan. Meski terdengar banyak, tapi nggak berasa kok karena setiap item berupa pernyataan singkat dan kita disuruh menentukan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri kita atau engga.
Selesai mengerjakan online test, perasaan gue datar aja. Ga pesimis kayak pas Unilever, atau ga optimis kayak pas P&G. Sekarang ngerjain tes kayak gini udah jadi hal yang biasa aja. Ga mau terlalu excited atau worry juga.
Video Uploading
H-1 periode video uploading, gue dikirimi email yang berisi link, username, dan password untuk tahap video uploading ini. Ternyata Heinz menggunakan sistem gugur, dimana yang nggak dikirimi email itu artinya nggak lolos ke tahap berikutnya. Beberapa orang juga sempet bingung karena nggak dikirimi email invitation, tapi nggak dikirimi reject letter juga.
Kandidat yang lolos diminta membuat video berdurasi 2 menit yang isinya short story about life path & achievement dan alasan kenapa mau join Heinz. Gue (dan kebanyakan kandidat lain) mengupload video di hari terakhir. Dari hasil browsing-browsing, ada yang bikin videonya niat banget banget sampe shooting di segala tempat, sampe yang cuma webcam di kamar pake kaos dan ada juga yang muka ngantuk.
Kalo gue bikinnya lumayan niat sih tapi nggak yang banget banget gitu. Paling fokus di editing aja biar lebih menarik. Sama bikin ala-ala multicam padahal cuma pake kamera HP haha.
Note: Kamu ngga akan nemu video ini di YouTube karena sudah ku-private :p
Focus Group Discussion
Lusanya pun gue dikirim email yang menyatakan gue lolos ke tahap selanjutnya yaitu FGD. FGD-nya pagi hari di kantor pusat Heinz. Gue pikir yang upload video cuma berapa puluh orang dan kebanyakan dari mereka lolos ke tahap FGD. Ternyata gue salah besar.
Di hari FGD gue dateng mepet-mepet dan ruangan udah rame banget. Ketika isi attendance list, gue liat ada nama salah satu kandidat yang gue temui di L'Oreal dan ternyata kami 1 kelompok FGD. Dan membingungkannya 1 kelompok FGD isinya sekitar 17 orang, dan ada 5 kelompok. Kami pun bingung gimana cara FGD di kelompok sebesar itu.
Begitu gue duduk di kelompok gue, gue langsung disambut hangat sama kandidat-kandidat lainnya. Langsung kenalan dan ngobrol-ngobrol nggak kaku. Gue suka nih yang kayak gini, dimana kandidat saling kenalan dan ngobrol-ngobrol. Background pendidikan dan universitasnya pun macem-macem. Si kandidat L'Oreal (Sebut saja si X) itu pun duduk di seberang gue dan kita sempet update progress karier setelah dari L'Oreal itu.
Kurang dari setengah jam kemudian, MC pun membuka acara dan menjelaskan rangkaian acara hari itu beserta company profile Heinz. MC-nya itu adalah orang Meksiko. Ternyata dari 400an orang yang upload video, yang lolos ke FGD ada 180 dan FGD dibagi ke dalam 2 sesi; Sesi pagi dan siang. Dari 180 itu akan di-cut jadi 60 untuk panel interview, dan dari 60 akan di-cut jadi 30 untuk coffee with executives. Terakhir, dari 30 akan di-cut jadi 15 yang kelima belas orang itu lah yang akan dapet posisi MT. Wow, ternyata masih banyak dan panjang bro. Yhaa kalo kayak gini sih ga usah kompetitif-kompetitif amat gue pikir. Peluangnya besar-nggak besar karena saingan masih banyak banget.
Setelah dijelasin, di setiap kelompok besar dihadirkan beberapa assessor dari berbagai function. Pertama, setiap kandidat dikasih selembar kertas yang harus diisi. Isinya kurang lebih mirip sama konten video uploading. Kami dikasih waktu 3 menit untuk mengisi itu, setelah itu secara bergantian diminta memperkenalkan diri selama maksimal 2 menit di depan temen-temen kelompok berdasarkan apa yang udah kita tulis sebelumnya.
Dari hasil observasi gue, sebenernya most kandidat punya background dan achievement yang sama/mirip, yang membedakan adalah gimana cara mereka mem-package itu dan gimana cara mereka mempresentasikan diri mereka. Mulai dari bahasa, cara bicara, gestur, dll.
Setelah itu, kami dibagi lagi ke kelompok-kelompok kecil yang berisi 5 orang kemudian dikasih business case untuk dicari solusinya bersama. Daan gue sekelompok sama si X. Enak sih jadinya karena ada yang gue kenal dan gue tau dia emang oke kemampuan analisa dan komunikasinya. Case-nya lumayan menurut gue. Nggak terlalu sederhana ataupun terlalu kompleks. Wajar lah. FGD itu berlangsung dalam bahasa Inggris dan selama FGD assessor mengobservasi kami secara bergantian.
Setelah menyiapkan presentasi, setiap kelompok pun presentasi secara bergantian di depan kelompok lain dan assessor. Harusnya presentasi-tanya jawab, presentasi tanya-jawab, tapi kelompok gue beda sendiri. Presentasi semua, baru abis itu assessor mengajukan pertanyaan untuk setiap kelompok.
Setelah itu, dikasih break 15 menitan dan juga dikasih snack beserta minuman yang merupakan produk Heinz ABC juga. Ini lah tipikal FMCG, dimana kandidat suka dikasih produk mereka juga. Dari 4 FMCG yang gue ikut seleksinya, 3 dari mereka ngasih produk mereka. Sambil istirahat, para kandidat pun ngobrol-ngobrol lagi.
Selesai istirahat, kami pun masuk ke dalam ruangan lagi. Dikira udah selesai FGDnya. Tau-tau ternyata masih ada 1 sesi FGD lagi :') Kami dibagi ke kelompok yang berisi 5 orang lagi, tapi anggotanya beda dengan sebelumnya. Kali itu gue dapet kelompok yang isinya cowok semua :') Gue cewek sendiri.
Durasi FGD-nya super singkat cuma 10 menit, udah termasuk untuk baca soal. Kalo sebelumnya kami dikasih waktu untuk baca, diskusi, dan nyiapin presentasi. Untungnya case-nya termasuk yang sederhana. Alhasil, di waktu yang super singkat itu diskusi berjalan secara barbar :") Semua pengen ngomong, semua pengen mengemukakan pendapat. Gue yang cewek sendiri dan duduk paling tengah pun bingung harus ikutan barbar atau rada stay calm :") Kalo gue calm sendiri nanti gue tenggelem dan ga ke-notice sama assessornya. Btw assessornya juga observasi secara bergantian. Gue liat salah satu assessornya senyum mau ketawa gitu ngeliat diskusinya barbar. Yhaa emang kocak juga sih muka-muka ngotot + agresifnya langsung pada keluar. Setiap gue mau ngomong, baru nganga, eh udah disamber yang lain. Nganga lagi, disamber yang lain lagi. Gue cuma bisa menghela napas dan ketika ada jeda sepersekian detik, gue langsung masuk disitu.
Waktu FGD selesai, kami pun lega habis "bertarung" haha. Kali ini yang disuruh presentasi 1 orang aja dan ga pake tanya jawab. Setelah FGD kedua berakhir, gue baru nyadar bahwa kelompok gue emang isinya orang-orang ambi semua kayaknya :") Kayak anak ambi di setiap kelompok (dari kelompok sebelumnya), diambil untuk dijadikan 1 kelompok. Kocak jadinya kalo diinget-inget.
Kesimpulan gue dari FGD itu adalah sebagian besar kandidat sebenernya punya kompetensi dan background yang mirip-mirip. Tinggal gimana cara mem-package dan mempresentasikannya. Kalo nggak outstanding banget atau nggak beda, bisa-bisa ga ke-notice. Dan gue merasa gue belum se-outstanding itu semaksimalnya gue bisa. Ini sih satu hal yang agak jadi perhatian gue. Ketika FGD gue ngerasa ga bisa ngeluarin semua pikiran gue karena harus berbagi dengan yang lain juga. Plusss kadang apa yang ada di otak dan yang keluar di mulut suka nggak sinkron :") Jadi ngerasa belum maksimal aja.
Setelah FGD sore sampe malemnya pun gue sakit kepala (Kebiasaan abis FGD suka sakit kepala) akhirnya gue tidur cepet. Pas tengah malem kebangun, gue pun sempetin ngecek email sebentar karena katanya pengumuman FGD akan diumumin malem itu juga. Dan ternyataa gue dapet email yang menyatakan gue lolos ke panel interview! Ga nyangka sih sejujurnya. Yaa mayan sih seneng tapi lebih ke nggak nyangka kalo gue lolos. Man, dari 180 orang gue termasuk ke 60 orang yang lolos. Sepertiganya.
Panel Interview
Gue pun dijadwalkan interview di hari kedua. Awalnya gue dijadwalin jam 11 pagi, tapi tiba-tiba direschedule jadi jam 3 sore. Sempet bertanya-tanya, kenapa nih? Tapi ga boleh negative thinking, kalo engga nanti outcome-nya jadi negatif juga.
Hari itu gue sampe kantor Heinz jam 2. Kecepetan sejam, gapapa. Jadinya bisa baca-baca lagi, menenangkan diri dulu, dan touch up lagi. Cukup banyak yang lalu-lalang di lobby-nya Heinz, dan mereka tampak ramah. Beberapa melempar senyum ke gue.
Jam 3 pun orang HR-nya nyamperin gue dan ngajak gue ke ruang interview. Dia bilang gue akan di-interview oleh X dan Y, yang dari namanya kayaknya mereka berdua expat. Wow, that would be my first time to be interviewed by expats. Mulailah deg-degan. Tapi berusaha tenang, berpikir positif bahwa interview-nya akan seru karena bisa dapet kesempatan diinterview sama expat.
5 menit kemudian interviewer-nya masuk ruangan. Wow. Dua orang expat. Satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka dengan ramah memperkenalkan diri. Ternyata mereka berdua dari Brazil, dan mereka berdua orang commercial (sales). Hmm hawa nggak enak nih (Karena interviewer berasal dari bidang yang gue nggak familiar). Ini pertama kalinya juga gue diinterview bukan sama orang HR.
Pertanyaan pertama adalah apa pendapat gue soal commercial (sales). What??? Maksudnya gimana coba diperjelas? Itu open question bangeet yang gue ga tau maksudnya dia gimana, atau arahnya dia kemana. Ditambah gue ga begitu ngerti tentang bidang sales. Alhasil gue sendiri juga ga ngerti gue jawab apa. Pertanyaan berikutnya masih seputar sales. Gue ngerasa seolah kayak diinterview untuk ditempatkan di sales, padahal ini kan untuk MT yang (harusnya) lebih general ga sih?
Jam 3 pun orang HR-nya nyamperin gue dan ngajak gue ke ruang interview. Dia bilang gue akan di-interview oleh X dan Y, yang dari namanya kayaknya mereka berdua expat. Wow, that would be my first time to be interviewed by expats. Mulailah deg-degan. Tapi berusaha tenang, berpikir positif bahwa interview-nya akan seru karena bisa dapet kesempatan diinterview sama expat.
5 menit kemudian interviewer-nya masuk ruangan. Wow. Dua orang expat. Satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka dengan ramah memperkenalkan diri. Ternyata mereka berdua dari Brazil, dan mereka berdua orang commercial (sales). Hmm hawa nggak enak nih (Karena interviewer berasal dari bidang yang gue nggak familiar). Ini pertama kalinya juga gue diinterview bukan sama orang HR.
Pertanyaan pertama adalah apa pendapat gue soal commercial (sales). What??? Maksudnya gimana coba diperjelas? Itu open question bangeet yang gue ga tau maksudnya dia gimana, atau arahnya dia kemana. Ditambah gue ga begitu ngerti tentang bidang sales. Alhasil gue sendiri juga ga ngerti gue jawab apa. Pertanyaan berikutnya masih seputar sales. Gue ngerasa seolah kayak diinterview untuk ditempatkan di sales, padahal ini kan untuk MT yang (harusnya) lebih general ga sih?
Pertanyaan soal sales pun berakhir dan mulai ke pertanyaan common saat wawancara, seperti perkenalan diri. Tentu interview-nya full English. Baru mulai perkenalan diri, tiba-tiba ada yang masuk. Jeng jeng, ada perempuan Meksiko, sebut saja Z, yang menjadi interviewer ketiga gue. Really? 3 expat interviewers??
Interview pun berjalan ups and downs. Kadang gue bisa lancar jawab, kadang tersendat. Disini ada kendala budaya dan bahasa menurut gue. Dari segi bahasa, aksen dan logat mereka yang dari Brazil itu nggak umum buat gue dan bikin gue beberapa kali harus tanya ulang pertanyaan mereka. Mereka pun sepertinya fokus banget dengerin gue ngomong dan di awal minta gue bicara lebih lambat. Dari segi budaya, gue ngerasa cara nanya mereka itu beda. Cara mereka membahasakan pertanyaan itu somehow beda dari interview yang biasa gue jalani.
Adanya Z both membantu dan cukup menyulitkan gue. Membantu karena ternyata background dia HR, menyulitkan karena dia sangat mengerti HR dan punya cara sendiri untuk ngulik jawaban gue. Gue sempet stuck banget saat ditanya satu pertanyaan. Ketika gue jawab dengan jawaban yang biasa gue lontarkan di setiap interview, Z bilang intinya gini, "Jawaban kamu adalah jawaban common yang ada di setiap buku HR. Well, that's good artinya kamu prepare untuk interview ini. Tapi kami pengen denger jawaban jujur dari kamu."
Disitu gue tercengang. Ga nyangka interviewer akan melontarkan kalimat tersebut, karena selama ini gue jawab jawaban template itufine-fine aja. Dan meski mungkin jawaban gue common, tapi gue ngga bohong. Gue jawab jujur sesuai keadaan diri gue. Makanya ketika mereka minta jawaban lain, gue pun bingung harus jawab apa karena jawaban itu lah yang biasa gue jawab setiap ditanya pertanyaan itu. Gue pun coba membahasakan dengan kalimat lain tapi intinya tetep sama. Tapi mereka masih belum terima jawaban gue dan mereka maksa gue jawab dengan jawaban lain. Cara mereka "memaksa" jawab literally maksa. Cara ngomongnya sih baik, tapi pertanyaan dan omongannya cukup menyudutkan. Sejujurnya gue bener-bener bingung harus jawab apa karena gue jawabnya jujur itu :"
Mereka pun nanya pertanyaan yang sama tapi dengan kata-kata yang beda, tapi pertanyaannya malah jadi aneh dan gue malah jadi ga ngerti maksud mereka. Gue jawabnya pun nggak yakin dan malah jawaban gue itu nggak begitu merepresentasikan diri gue. Si Z pun bilang bahwa dia tipe orang yang akan nge-push orang lain untuk melakukan sesuatu, nge-push-nya sampe bikin orang itu literally nangis. Makin merasa tertekan lah gue. Z bilang, dia bukannya bermaksud ngasih pressure ke gue, tapi dia bener-bener pengen tau jawaban gue yang lain. But Z, you really gave me pressure.
Y pun coba membahasakan dengan bahasa lain yang akhirnya bikin gue bisa mikir dan mengeluarkan jawaban yang beda dari sebelumnya. Ketika gue udah jawab dengan jawaban lainnya lagi, baru lah terlihat dari ekspresi mereka yang menunjukkan bahwa "Ini loh jawaban yang gue mau daritadi."
Di interview kali ini jujur gue merasa tertekan. Baru pertama kali gue ngerasa interview tertekan. Bener-bener nggak enak sumpah. Udah yakin banget gue bakal nggak lolos. Dan ternyata bener, gue nggak lolos ke tahap terakhir. Sayang nggak sayang sih. Sayang karena tinggal 1 tahap lagi, tapi nggak sayang juga mengingat buruknya wawancara kemarin. I can say that it was the worst interview I've ever had.
Terus setelah nanya sama beberapa orang yang ikut panel interview, nggak ada yang semua interviewer-nya expat. Either mix sama orang Indo atau justru dua-duanya Indo. Dan pada sama orang HR. Gue sempet mikir apa emang sengaja diwawancara sama orang yang cross-function.. Entahlah.
Sempet ngerasa nggak adil karena pada diinterview cuma sama 2 orang sedangkan gue 3, dan tiga-tiganya expat. Tapi yaudahlah mo gimana lagi. Malam harinya ada orang yang lolos ke tahap selanjutnya dan dikabari via email. Sementara itu seperti yang gue yakini, gue nggak lolos karena nggak ada kabar kelanjutannya sampai dengan tahap selanjutnya berlangsung.
Interview pun berjalan ups and downs. Kadang gue bisa lancar jawab, kadang tersendat. Disini ada kendala budaya dan bahasa menurut gue. Dari segi bahasa, aksen dan logat mereka yang dari Brazil itu nggak umum buat gue dan bikin gue beberapa kali harus tanya ulang pertanyaan mereka. Mereka pun sepertinya fokus banget dengerin gue ngomong dan di awal minta gue bicara lebih lambat. Dari segi budaya, gue ngerasa cara nanya mereka itu beda. Cara mereka membahasakan pertanyaan itu somehow beda dari interview yang biasa gue jalani.
Adanya Z both membantu dan cukup menyulitkan gue. Membantu karena ternyata background dia HR, menyulitkan karena dia sangat mengerti HR dan punya cara sendiri untuk ngulik jawaban gue. Gue sempet stuck banget saat ditanya satu pertanyaan. Ketika gue jawab dengan jawaban yang biasa gue lontarkan di setiap interview, Z bilang intinya gini, "Jawaban kamu adalah jawaban common yang ada di setiap buku HR. Well, that's good artinya kamu prepare untuk interview ini. Tapi kami pengen denger jawaban jujur dari kamu."
Disitu gue tercengang. Ga nyangka interviewer akan melontarkan kalimat tersebut, karena selama ini gue jawab jawaban template itufine-fine aja. Dan meski mungkin jawaban gue common, tapi gue ngga bohong. Gue jawab jujur sesuai keadaan diri gue. Makanya ketika mereka minta jawaban lain, gue pun bingung harus jawab apa karena jawaban itu lah yang biasa gue jawab setiap ditanya pertanyaan itu. Gue pun coba membahasakan dengan kalimat lain tapi intinya tetep sama. Tapi mereka masih belum terima jawaban gue dan mereka maksa gue jawab dengan jawaban lain. Cara mereka "memaksa" jawab literally maksa. Cara ngomongnya sih baik, tapi pertanyaan dan omongannya cukup menyudutkan. Sejujurnya gue bener-bener bingung harus jawab apa karena gue jawabnya jujur itu :"
Mereka pun nanya pertanyaan yang sama tapi dengan kata-kata yang beda, tapi pertanyaannya malah jadi aneh dan gue malah jadi ga ngerti maksud mereka. Gue jawabnya pun nggak yakin dan malah jawaban gue itu nggak begitu merepresentasikan diri gue. Si Z pun bilang bahwa dia tipe orang yang akan nge-push orang lain untuk melakukan sesuatu, nge-push-nya sampe bikin orang itu literally nangis. Makin merasa tertekan lah gue. Z bilang, dia bukannya bermaksud ngasih pressure ke gue, tapi dia bener-bener pengen tau jawaban gue yang lain. But Z, you really gave me pressure.
Y pun coba membahasakan dengan bahasa lain yang akhirnya bikin gue bisa mikir dan mengeluarkan jawaban yang beda dari sebelumnya. Ketika gue udah jawab dengan jawaban lainnya lagi, baru lah terlihat dari ekspresi mereka yang menunjukkan bahwa "Ini loh jawaban yang gue mau daritadi."
Di interview kali ini jujur gue merasa tertekan. Baru pertama kali gue ngerasa interview tertekan. Bener-bener nggak enak sumpah. Udah yakin banget gue bakal nggak lolos. Dan ternyata bener, gue nggak lolos ke tahap terakhir. Sayang nggak sayang sih. Sayang karena tinggal 1 tahap lagi, tapi nggak sayang juga mengingat buruknya wawancara kemarin. I can say that it was the worst interview I've ever had.
Terus setelah nanya sama beberapa orang yang ikut panel interview, nggak ada yang semua interviewer-nya expat. Either mix sama orang Indo atau justru dua-duanya Indo. Dan pada sama orang HR. Gue sempet mikir apa emang sengaja diwawancara sama orang yang cross-function.. Entahlah.
Sempet ngerasa nggak adil karena pada diinterview cuma sama 2 orang sedangkan gue 3, dan tiga-tiganya expat. Tapi yaudahlah mo gimana lagi. Malam harinya ada orang yang lolos ke tahap selanjutnya dan dikabari via email. Sementara itu seperti yang gue yakini, gue nggak lolos karena nggak ada kabar kelanjutannya sampai dengan tahap selanjutnya berlangsung.
23 comments
Hi, my namae is ismail. i like your blog hehehe. i plan to enroll High Flyer Internship especially in accounting division. does the Accounting recruitment process the same as HR. thanks in advance
ReplyDeleteHi Ismail! Thanks for stopping by :)
DeleteI'm not sure about that, but when I attended the assessment, there were some different functions; HR, marketing, etc. and we went through the same process.
Makasih ya kak udah sharing
ReplyDeleteBest of luck buat karir kakak! :D
Hi kak, saya lagi seleksi utk batch 1 2018 nih. Sudah FGD dan lagi nunggu dipanggil buat interview sama user. Saya mau nanya, kira2 kalo kita ga lolos FGD bakal dikirimin reject letter ga ya?
ReplyDeleteHalo, ini utk di perusahaan yg mana ya? Kebetulan di 2 perusahaan yg aku tulis disini ada FGD semua hehe.
DeleteKalo pas di Heinz, aku sih ga di-email pas ga lolos. Saranku kamu coba tukeran kontak deh sama kandidat lainnya buat tau update dari mereka juga
Loreal, kak
DeleteOh kalo L'Oreal aku kurang tau krn waktu itu abis FGD aku langsung interview
DeleteHai kak aku barusan diinvite untuk interview dgn user. Kira2 apa aja yg perlu dipersiapkan dan pertanyaan nya seputar apa ya?
DeleteWaktu itu sih aku pertanyaannya seputar diri kita.. Kegiatan2 dan experience organisasi gitu
DeleteGa ditanya tentang materi kuliah kak?
DeleteApakah ketika phone interview loreal lgsg diminta datanf accessment Kak? Atau diemail konfirmasi dulu?
ReplyDeleteAku lupa deh.. Seingetku pas phone interview itu langsung diinvite terus dikirimin email invitation
DeleteKalo ga lulus user interview, bakal dikirimin reject letter ga kak?
DeleteWaktu itu sih aku dikirimin. Tapi sebelumnya tuh aku sempet email ke hiring managernya untuk tanya result. Aku ga tau kalo aku ga email ke beliau apakah akan dikirimin reject letter atau ngga
Deletehalo anindita, terima kasih udah sharing. aku mau nanya untuk assessment di l'oreal , kalau dr dateng sampe ke FGD, kira2 itu butuh waktu berapa lama ya? terima kasih!
ReplyDeleteHai, waktu itu aku kurang lebih setengah hari.. Makan siang pun disediain disana. Kalo ga salah dari jam 9 sampe jam 2/3 gitu. Tapi karena aku langsung interview, jadi seharian sampe sore
Deletehalo kak, makasih ya sharingnya bermanfaat. kak mau nanya kalo fgd loreal itu pake bahasa inggris juga? terimakasih
ReplyDeleteHai, seingetku iya pake Bahasa Inggris dan di setiap kelompok ada observernya
DeleteHi kak aku mau nanya kalau pas lorealnya telpon kita trs kita ga ngangkat itu gimana ya?
ReplyDeleteHi kak aku mau tanya kalau dapet panggilan phone interview tapi ga keangkat gimana ya?
ReplyDeleteHai, kamu bisa email mereka dan say sorry nggak keangkat teleponnya dan bisa minta untuk ditelepon kembali. Atau kalau kejadiannya masih di hari yang sama, kamu bisa telepon balik ke kantor mereka dan minta disambungkan ke HR bagian rekrutmennya
DeletePermisi ka mau tanya kalo program magang L'oreal apakah kita dapat benefit berupa uang saku?
ReplyDeleteHai, setauku dapet dan lumayan besar untuk ukuran anak magang hehe
Delete